"Gua? Ngajar?" Nadhira mengangguk.
"Sini, Niel," ajak Nadhira sambil melambaikan tangannya.
Dengan perasaan bingung, Daniel segera maju ke depan papan tulis.
"Adik-adik, perkenalkan ini teman kakak, namanya Kak Daniel," ucap Nadhira memperkenalkan. "Say Hai sama kak Daniel."
"Hai Kak Daniel," seru anak-anak di rumah saung itu, yang mengikiti pembelajaran hari ini ada 15 orang.
"Halo adik-adik," sahut Daniel canggung.
"Lu ajarin, Niel," bisik Nadhira.
"Gimana ngajarnya? Gua nggak pernah ajarin anak kecil sebelumnya," ragu Daniel, pasalnya ia baru kali ini mengajar anak-anak. Biasanya cuma ajarin Gio saja, itupun Daniel ngajarnya dengan bentak-bentak jika Gio tidak memperhatikannya. bagaimana dengan anak-anak yang akan Daniel ajarkan? Bisa-bisa ini pertama dan terakhir kali Daniel mengajarkan anak-anak.
"Ajaran, kaya lu ajarin si Gio aja, Niel. Masa gitu doang nggak bisa," remeh Nadhira sambil berbisik.
Daniel memberanikan diri mengajar anak-anak pemulung itu, sementara Nadhira duduk memperhatikan Daniel yang sedang mengajar. Daniel sangat teliti mengajak anak-anak itu dari membatunya mengajar berhitung, perkalian, pembagian, bilangan bulat, menghitung luas dan sebagainya. Daniel berusaha mungkin berbuat seramah mungkin agar anak-anak tidak takut dengannya.
Nadhira yang melihatnya merasa bahagia entah kenapa Nadhira terus memperhatikan Daniel dengan kagum dan terpesona. Aura laki-laki macho-nya terpancar bukan Daniel yang Nadhira kenal seperti suka bercanda, jailin orang, ceria. Tetapi saat ini beda sekali orang yang serius, bertanggung jawab dan terasa hangat.
Malam pun datang kini sudah pukul 19.00 waktunya pelajaran usai. Daniel dan Nadhira pamit pulang dengn anak-anak pemulung sana.
"Main-main ke sini lagi ya, Ka Daniel," sahut salah satu anak perempuan yang senang di ajarkan oleh Daniel.
"Pasti dong," seru Daniel, ia mengulurkan tangannya ke depan untuk tos dan perempuan kecil itu menerima tos dari Daniel, mereka tersenyum.
Setelah berpamitan Nadhira dan Daniel akhirnya meninggal kan tempat yang seharusnya tidak mereka tempati, karena banyak sekali sampah dan pasti kurang sehat apalagi untuk anak-anak yang masih butuh pertumbuhan dan hidup yang layak tetapi bagaimanapun Nadhira hanya bisa membantu semampunya, ia memberikan tenaga, pikiran dan waktunya untuk merubah pola hidup agar lebih baik walau hanya sekecil hal positive itu.
Selama di perjalanan pikiran Daniel di penuhi dengan rasa penasaran, siapa Rio? Atau dia yang Nadhira suka? Atau dia... atau dia.... dikepala Daniel sudah dipenuhi dengan rasa penasaran, pasti readers penasaran kan dengan sosok Rio itu? Apalagi Daniel. Mending kita tanya, dari pada ia stres sendiri kan?
"Ra?"
"Hm."
"Lu belum jawab pertanyaan gua," ujar Daniel, matanya masih fokus ke jalan raya.
"Pertanyaan yang mana ?" tanya Nadhira bingung.
"Itu yang dari didaerah pemulung," ucap Daniel, ia semakin gemas dengan Nadhira yang tidak mengerti.
"Pemulung?" tanya Nadhira lagi, ia semakin tidak mengerti apa yang dimaksud Daniel.