Hari ini Adora benar-benar hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Wajahnya merah dan sangat lemas. Dia masuk angin dan demam karena bermain ke hutan kemarin. Ayanna, Ken dan Arthur dipindahkan ke kamar lain agar tidak tertular dan supaya Adora bisa cukup istirahat.
Siang ini saudara-saudaranya menemaninya di kamar. Ayanna naik ke atas tempat tidur lalu tidur di samping Adora. Ken dan Arthur bersandar di samping ranjang.
"Aku baru aja mau ajak Adora main," ucap Ken murung sambil mengelus kepala Adora.
"Ini karena aku mengajak Ara keluar kemarin, maaf Ara," Arthur merasa sangat menyesal.
Amelie dan Anna masuk membawakan baju ganti dan obat penurun panas untuk Adora.
"Anak-anak, Adora mau minum obat dan istirahat. Jadi kalian main di luar dulu ya," Amelie mengusir mereka.
"Mama, Aya mau temani Adora saja. Aya tidak apa-apa tertular jadi Adora tidak sendirian,"
"Jangan Aya, mama akan semakin sedih jika kamu jatuh sakit juga. Aya main sama Ken dan Arthur dulu ya,"
Anna membawa Ken, Arthur dan Ayanna keluar dari kamar meninggalkan Adora agar dia bisa beristirahat.
"Mama... Aku mau main ke hutan sama Arthur," ucap Adora lemah setelah minum obat.
Amelie menggeleng, "jangan sekarang, Sayang. Nanti saat kamu sudah sehat,"
"Tapi aku mau, Ma... please," Pinta Adora memelas.
Hati Amelie sangat sedih melihat anaknya sakit dan memohon padanya seperti itu. Tapi Amelie tidak akan mengijinkan Adora pergi dengan kondisi seperti ini. Amelie memeriksa suhu tubuh Adora dengan wajahnya dan panasnya sudah turun sedikit.
"Istirahatlah, Nak. Kalau sudah sembuh kamu baru boleh pergi ke sana lagi. Mama keluar dulu ya," Amelie keluar membawa gelas kosong.
Amelie tidak pernah menyangka bahwa tindakannya meninggalkan Adora saat itu akan menjadi awal dari penyesalannya seumur hidup.
Jam enam sore hujan turun sangat deras. Ken, Arthur dan Ayanna berlarian masuk ke dalam rumah. Amelie dan Anna membawakan handuk kering. Ayanna berlari untuk mengecek kondisi Adora namun kemudian mereka mendengar suara teriakan Ayanna.
"Mama, Adora menghilang!"
Seketika Amelie berlari ke kamar Adora dan melihat bahwa jendela sudah terbuka dan air hujan merembes masuk ke dalam kamar. Amelie jatuh terduduk di lantai memandang kamar yang kosong.
Mereka semua sangat panik malam itu karena tidak menemukan Adora di mana pun. Amelie dan Anna menangis sambil mendekap Ayanna, Ken dan Arthur. Samuel mondar mandir dari tadi dan tidak habis pikir kenapa Adora pergi tanpa bilang-bilang lagi.
"Ke mana Adora pergi?" Samuel kebingungan.
"Apa ada tempat yang mungkin Adora ingin kunjungi?" Tanya Andreas.
Amelie teringat sesuatu dan tubuhnya merinding mengingatnya. "Hutan," jawab Amelie. "Dia bilang ingin pergi ke hutan lagi,"
"Hutan yang kemarin?" Tanya Samuel.
Arthur segera melepaskan diri dari pelukan Anna dan berkata, "aku tau tempatnya. Papa mama tunggu saja di sini. Aku akan bawa Ara pulang!"
Arthur segera berlari keluar menuju hutan sementara hujan masih turun dengan deras. Tiga puluh menit kemudian Arthur benar-benar membawa Adora pulang dengan kondisi tidak sadarkan diri. Tubuh Arthur penuh luka karena terpeleset di tanah dan jalan bebatuan.
Suhu tubuh Adora sangat tinggi dan hampir step. Obat-obatan yang dibawa masih kurang memadai. Adora harus dibawa ke rumah sakit sekarang.
Hari itu juga Samuel dan Amelie mengemasi barang-barang mereka seperlunya saja dan memasukannya ke dalam mobil.
"Anna tolong jaga Ken dan Arthur di sini. Aku akan segera kembali," Andreas mengecup kening Anna lalu memeluk kedua putranya setelah itu pergi bersama Samuel.
Selama tiga hari Anna hanya bertiga dengan kedua anaknya. Andreas mengabari bahwa Adora belum juga sadar dan Andreas tidak bisa segera pulang. Anna sangat cemas dan tidak bisa hanya berdiam diri di Vila ini. Anna akhirnya memutuskan untuk menyusul suaminya bersama kedua anaknya menggunakan mobil Andreas.
Anna melajukan mobilnya dengan kencang di tengah gerimis hujan. Jalan berkelok-kelok, naik dan turun. Lalu tanpa di duga tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang dari arah berlawanan mengambil jalan yang salah. Anna membanting setirnya ke kanan dan menginjak rem. Mobilnya terguling ke tengah jalan dan saat itu jalanan sedang sangat sepi. Kepala dan dada Anna terbentur. Kaca depan pecah dan mobil hancur.
Anna berusaha bangun meraih anak-anaknya di kursi belakang dengan sangat susah payah. "Ke...n, Ar...thur," panggilnya tapi tidak ada jawaban.
Lalu kemudian pintu mobil Anna di buka paksa oleh seorang pria yang tidak dia kenal.
"To...long, to...long anak-anak...ku. Selamat...kan mereka... Ku...mohon..."
Pria itu mengeluarkan anak-anaknya yang sudah tidak sadarkan diri dari dalam mobil. Anna kemudian jatuh pingsan.
***
Adora membuka matanya dan memandang sekelilingnya dengan bingung. Dia seperti terlahir baru tanpa membawa ingatan apa pun. Dia merasa sangat asing. Tiba-tiba seorang wanita memeluknya dengan penuh rasa syukur. Seorang pria menggenggam tangannya dan seorang gadis kecil memanjat ke atas ranjangnya.
"Si-siapa kamu?" Tanya Adora ketakutan.
Amelie, Samuel, Ayanna dan Andreas sangat terkejut.
"Ini Aya, Adora!" Teriak Ayanna.
"A-aya siapa?"
"I-ini kembaranmu, Ayanna. Ini mama, papa, dan Papa Andreas," ucap seorang wanita dengan wajah keibuan.
Adora ketakutan melihat orang-orang asing di depannya. Dia mencengkram selimutnya dan mulai menangis.
Andreas terduduk lemas. Panas yang tinggi membuat Adora kehilangan ingatannya. Bagaimana caranya dia menjelaskan pada Anna dan anak-anaknya nanti. Ponsel Andreas berdering dari nomor telepon yang tidak di kenal. Andreas mengangkatnya dan mendapat kabar buruk.
"Samuel, pinjam mobilmu aku mau ke rumah sakit!" Teriak Andreas.
"Ke-kenapa? Ada apa?" Samuel panik.