The Miracle Of Saeeda

Delfa Anesia
Chapter #2

Mencari si "penunggu" gedung

"Kamu jangan sampai kesiangan ya nak, ini hari pertama kamu kerja kan." Ucap seorang wanita yang tersenyum lembut sambil memandangku dari kejauhan, akhirnya aku bisa mendengar suara ini lagi setelah enam tahun menghabiskan waktu di negeri orang.

Aku membalas wanita yang sedang tersenyum padaku dengan wajah semringah karena akhirnya aku bisa berkumpul lagi bersama kedua orang tuaku.

"Maaf ya Mi kalau Sakha baru keluar kamar sekarang." Sahutku pada ibu sambil berjalan menuju meja makan di mana kedua orang tuaku sudah menungguku di sana.

"Kamu yakin mau jadi dosen di kampus lain, kenapa gak terima tawaran dari Papi untuk jadi rektor di kampus milik kita sendiri atau kamu bisa mengelola gedung mewah kita yang sudah lama kosong itu kan." Jawab Ayahku sambil memandangku dengan wajah yang sedikit serius.

Aku hanya bisa menjawab pertanyaan ayahku dengan senyuman masam.

"Yang Papi kamu bilang benar, kenapa kamu gak coba mengelola ulang gedung kita itu, gedung kita punya potensi besar kalau di kelola lagi, dari pada jadi sarang hantu kan." Ujar Ibuku dengan lirikan matanya yang sedang mencoba merayuku.

"Sarang hantu? siapa yang bilang gedung itu berhantu?" jawab dengan ekpresi sedikit tidak percaya.

"Satu kota ini tahu kalau gedung itu berhantu, jadi siapa yang mau beli gedung berhantu itu kalau bukan kita sendiri yg mengelolanya kembali, jadi kamu pikirkan baik-baik permintaan orang tuamu ini ya nak." Jawab Ayah padaku.

"Emmmmmm, oke, nanti setelah pulang dari kampus Sakha coba kesana." Jawabku sambil berpamitan dan bergegas pergi menuju tempat kerjaku.

*************

Akhirnya langkahku berhenti di tempat aku bekerja, dengan langkah yang penuh semangat aku melangkah menuju ruangan prodi dengan senyuman yang merekah dan sesampainya di sana "Kamu dosen baru itu? namanya siapa?" sapa seorang pria melirikku .

"Apa pria ini dosen senior di ruangan ini." Gumamku .

"Perkenalkan, nama saya Sakha Amoeza pak." Jawabku sambil tersenyum kaku.

"Saya Andi, kepala prodi di jurusan ini, jadi kamu yang lulusan dari Oxford itu ya, mudah-mudahan kamu betah ya bergabung bersama kami di sini." Ketus Andi sambil melirikku sinis.

Aku hanya tersenyum kikuk dengan mataku yang sedikit membesar saat mendengar perkenalan dari kaprodiku, setelah itu aku menundukkan kepalaku untuk pamit mengajar, saat aku mulai melangkah berjalan menuju kelas pertamaku, terdengar bunyi notifikasi yang saling bersahutan dari ponselku.

"Ka lo balik jam berapa?"

"Bro nanti ketemuan di mana?"

"Bro lo nanti mau di jemput gak?"

"Bro kenapa gak di jawab chat gueeee?"

Aku senyum-senyum sendiri melihat percakapan itu, sepertinya teman-temanku sangat antusias saat mendengar kabar bahwa aku sudah kembali ke kota kelahiranku. karena selama menyelesaikan S3 di negeri orang aku jarang sekali pulang ke kotaku.

"Kita kumpul di kafe tempat biasa okei, jam lima gue otw ke sana."

Aku tersenyum kecil sambil berjalan santai menuju kelas pertama ku saat membalas celotehan mereka yang ada di grup.

***

Akhirnya perkuliahan pertama hari ini berakhir dengan lancar dan aku segera menuju kafe di mana teman-temanku sudah menunggu.

"kebiasaan banget anak ini baru dateng jam segini." sahut seorang pria menyambutku dengan tatapan yang sedikit kesal. Dia Julian, pria ini adalah sahabatku yang paling cerewet.

"Namanya juga baru pertama kerja kan bro." Ledek salah satu sahabakut lagi, namanya Riki, pria yang paling sering membuat onar di geng kami.

Aku mempunyai empat sahabat baik, persahabatan itu terjalin sejak kami SMA, kami selalu pergi berlima sedari dulu, jadi maklum saja kalau persahabatan kami masih bertahan hingga saat ini.

"Gimana rasanya balik lagi ke Indonesia bro?" tanya seorang pria yang menatapku dengan senyuman yang sedikit mencurigakan, Pria aneh ini namanya Yoga, sahabatku yang paling sering berkelakuan aneh diantara yang lain.

"Gue kira lo sudah kecantol cewek bule di sana? ucap Salah satu temanku lagi sambil tertawa terpingkal-pingkal menggodaku, pria ini namanya Ferdi, sahabatku ini selalu menertawakan hal-hal yang tidak penting menurutku.

Ferdi dan Yoga adalah sahabatku yang selalu membuat suasana menjadi lebih hidup kalau kami sedang berkumpul.

Lihat selengkapnya