"Mas Sakha baik-baik aja? tadi saya dengar ada suara berisik banget di dalam." tanya pak Rahmat dengan mimik wajah serius.
Sebenarnya aku ingin menceritakan apa yang baru saja terjadi, tapi apa orang lain percaya kalau aku menceritakan kejadian yang baru saja aku alami ini.
"Sssst." Wanita itu menempelkan telunjuk tangan di bibirnya, isyarat dari wanita itu kepadaku agar diam dan sepertinya firasatku benar kalau dia bukan manusia.
"Iya, saya baik-baik aja kok pak, pak Rahmat bisa ya bantuin saya bangunin teman-teman saya, sepertinya mereka tadi agak sedikit kaget sama suasana di dalam." jawabku sedikit kikuk
"Iya mas saya ke sana dulu ya untuk bangunin teman-temannya." Kata Pak Rahmat sambil beranjak dari hadapanku.
Saat pak Rahmat membangunkan Yoga dan Ferdi, aku berusaha menyadarkan Julian dan Riki yang ada di dekatku
"Kii bangun kiii." Ucapku Sambil memukul kecil di wajahnya Riki untuk membuat dia sadar.
"Yaaan banguun yaaan." Aku mencoba menepuk kaki dan wajahnya Julian.
"Aaaaaa kaaa kayaknya tadi kita kena angin puting beliung atau apa yaaa, kenapa gue jadi gak sadar gini." Celetuk Yoga dengan raut wajah bingung.
"Hhmmm kayaknya barusan ada kejadian yang diluar nalar ya Kha." Riki mulai ketakutan
"Kepala gue sakit banget kena dinding ini, kira-kira tadi angin apa bagaimana ya? sumpah gw kira udah mati." Keluh Ferdi sambil menahan sakit
"Lo gak kenapa-kenapa kan apa lo ada yang luka Kha?" tanya Julian sambil menyentuh kedua bahuku.
"Gue baik-baik aja kok, tadi kayaknya kalian cuma syok aja makanya sampai pingsan, nanti pak Rahmat antar kalian balik yaa, maafin gue sudah buat kalian ketakutan."
"Ya sudah kami balik dulu ya Kha soalnya kami capek banget, kayaknya kita gak usah datengin tempat ini lagi." Ujar Riki sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Aku hanya bisa membalas komentar mereka dengan tersenyum kecut, dan lagi-lagi wanita itu masih berdiri di depanku dan tidak ada satupun yang melihatnya kecuali "Aku".