Adora kaget mendengar suara itu dan melihat seseorang muncul dari kegelapan berjalan cepat ke arahnya.
Pria muda itu berdiri tepat di depan Adora. Tingginya sekitar seratus tujuh puluh sentimeter. Rambut hitamnya di potong pendek dan rapi. Pria itu sepertinya memiliki darah campuran karena wajahnya tidak terlihat seperti orang pribumi. Wajahnya sangat tampan dan Adora tidak pernah bertemu dengan pria setampan ini sebelumnya.
"Ma-maaf saya datang dari kota. Hari ini akan menginap di Vila ini."
"Tidak perlu terlalu formal. Sepertinya usia kita tidak terlalu jauh," ujar pria itu, "jadi kalian sudah sampai ya. Apa kamu datang sendirian? Aku dengar yang akan datang menginap itu tiga orang."
"Oh iya, aku bertiga. Dua temanku di depan. Kami tidak bisa masuk karena pintu di kunci. Jadi aku lagi mencari orang yang bisa membukakan pintu."
"Aku pegang kunci pintu depan. Ayo kita ke sana." Pria itu langsung melangkah pergi.
Adora berlari mengejar dan menyamakan langkahnya dengan pria itu.
"Apa kamu tinggal di sini?" Tanya Adora.
"Mulai hari ini : iya. Saudaraku dan aku akan menemani kalian selama di sini."
"Oh, kamu sejak awal tidak tinggal di sini, jadi kamu dan saudaramu tinggal di mana?"
Pria itu berhenti, "di bawah situ," dia menunjuk pedesaan di bawahnya - Vila itu berada di atas bukit dan perjalanannya agak terjal -
Sementara itu Rize menggedor-gedor pintunya tetapi daun pintu terlalu tebal dan suaranya segera teredam.
"Kalau kita ketuk pun, pasti tidak akan terdengar." Rize mendorong pintunya tetapi tidak terbuka - jelas tidak akan terbuka karena di kunci -
CKLEK
Pintu teras terbuka dan seorang pria bertubuh besar keluar. Pria itu tersenyum ramah. Suara bariton keluar dari mulutnya, "Halo. Selamat malam dan selamat datang. Akhirnya kalian tiba juga, pasti kalian capek sekali. Hahahaha..."
"Selamat malam, Pak. Maaf kalau kami kemalaman tibanya." Salam Rize.
"Tidak apa-apa yang penting kalian tiba dengan selamat."
"Apa anda Pak Watson, penanggung jawab tempat ini?" Tanya Neiri.
"Ah, benar. Saya Watson yang bertanggung jawab di Vila ini dan... Ken, tolong ke sini!" Panggil Pak Watson.
"Iya, Pak." Seorang Pria keluar dari dalam mendapati mereka bertiga.
"Mulai hari ini Ken dan Arthur akan menemani kalian selama seminggu di sini."
Pria yang bernama Ken itu memandang kedua gadis di depannya dengan seksama dan tersenyum sangat ramah.
Dia blasteran!
"Aku Ken. Saudaraku dan aku akan membantu kalian selama di sini. Jangan sungkan meminta bantuan." Ujar Ken dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih.
"Selamat malam, aku Neiri dan ini Rize."
"Senang bertemu dengan kalian. Kalian hanya berdua?"
"Tidak. Teman kami tadi pergi mencari orang yang bisa bantu membukakan pintu."
"Oh, begitu. Bisa tolong panggilkan dia kembali ke sini?"
"Baik!" Rize dan Neiri pergi mengejar Adora.
Pak Watson melirik sekitar Ken, "ke mana Arthur?"
"Sepertinya dia pergi untuk mengunci pintu gudang belakang. Sebentar lagi dia akan menyusul."
Sementara itu Adora melihat teman-temannya datang menyusulnya.
"Adora, pintu sudah di buka. Ayo kembali." Teriak Rize.
"Horee, ayo kita masuk."
"Siapa dia, Ra?" Tanya Neiri.
"Oh iya, aku lupa. Tadi aku ketemu dengan dia di belakang sana. Aku lupa tanya namanya."
Adora berbalik untuk menanyakan namanya dan melihat pria itu menatapnya dengan lekat. Ekspresi wajahnya terkejut dan kedua matanya terbuka lebar.
"Kamu... Namamu Adora?" Tanya pria itu.
"Iya, benar. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Tanya Adora.
Seketika ekspresi haru muncul di wajah pria itu, "ayo kita kembali ke depan dulu." Pria itu segera melewati mereka dan mendapati Ken dan Watson di depan pintu teras lalu bergabung dengan mereka.
Ken melihat wajah saudaranya memberikan isyarat. Ken memandang seorang gadis yang baru saja datang. Hati Ken sangat terenyuh memandang seorang gadis yang begitu dirindukan dan berharga.
Ken langsung tahu bahwa dia adalah Adora, kembaran Ayanna. Ken memperhatikan Adora dengan seksama. Wajahnya sedikit berubah karena tidak lagi terlihat pucat seperti dulu. Tidak di sangka, gadis kecil yang dulu pucat karena sakit-sakitan kini menjadi sangat sehat dan semakin cantik.
"Nama saya Adora. Anda Pak Watson, benar?"
Watson memandang tajam pada wajah Adora namun selang beberapa detik, muncul ulasan senyuman di wajahnya.
"Benar, nama saya Watson, penanggung jawab Vila ini. Selamat datang Adora dan teman-temannya."
"Halo Adora, ini aku Ken. Bagaimana kabarmu?" Ken mengulurkan tangan.
Adora mengerutkan dahi dan merasa asing dengan orang di hadapannya namun dia tetap membalas uluran tangan Ken.
"Kabarku baik. Senang bertemu dengan kalian. Mohon bantuannya selama di sini."
Ken lebih tinggi sedikit dari pria yang ditemuinya tadi. Rambut Ken berwarna coklat keemasan agak panjang tetapi rapi dan matanya berwarna biru abu-abu. Adora yakin bahwa Ken juga berdarah campuran. Tetapi untuk seorang blasteran, pengucapan bahasa Indonesianya sangat bagus.
"Kalian bersaudara?" Tanya Adora.
"Iya, dia adikku. Namanya Arthur"