The Missing Killer

Erena Agapi
Chapter #8

07

“When you’re strange, when you’re strange, when you’re strange.”

People are Strange: The Doors


1986

Sebelum menjadi mekanik truk di Save Mart, aku pernah bekerja sebagai polisi di Departemen Kepolisian Auburn, di kaki bukit Sierra. Yang di Universitas Sierra lah aku lulus dengan pujian dari gelar associate di bidang ilmu kepolisian, tahun ‘69.

Akan tetapi, setelah kusadari, jauh lebih tenang hidup sebagai mekanik yang bekerja tidak penuh waktu alih-alih polisi. Lebih-lebih, senior-seniorku sewaktu itu memberiku banyak perkataan. Perkataan, perkataan, dan perkataan, termasuk mengatakan kalau aku dungu.

Akan tetapi, mau dungu seperti apa seorang polisi, ya akan tetap mengerti cara baik memata-matai. Barangkali terdengar sombong, tetapi kalau soal menyelidiki, setelah bertugas di dua kantor polisi, aku jelas pernah menerapkannya di luar kantor. Dan pembelajaran itulah yang aku gunakan untuk menguntit George Georgie.

Adalah sebab Peter tetap kukuh merahasiakan hotel milik George Georgie, yang secara langsung membuat jalan buntu untukku. Tapi hal begitu tidak akan menghentikan langkah kakiku. Aku perlahan-lahan mulai menguntit George Georgie, lewat satu petunjuk yang kuketahui: ia masih menjadi anggota tetap Haskell's AntiHodad.

Aku memakan waktu dua hari untuk menguntit George Georgie. Bahkan sempat satu hari—hari kedua—aku menghabiskan waktu sampai malam, lalu pulang terlambat dan datang ke Save Mart terlambat. Bos tidak marah, ia justru memujiku dengan, “Beruntung kau mengajari junior-juniormu dengan baik. Mereka perlahan-lahan semakin canggih mengikutimu.”

“Mereka bekerja malam? Bagaimana dengan siang tadi?”

“Aku meneleponmu. Dan kau tidak mengangkatnya.”

Fungsi utama telepon rotary dial di rumahku hanya dua; menerima telepon Save Mart kalau ada pekerjaan mendadak di luar shift, dan menanti telepon Karen sampai waktu yang tidak diketahui. Sayangnya, Karen tidak pernah mau menelepon, sementara sewaktu aku meneleponnya beberapa kali, ia hanya mengangkat sekali dan berkata keras, “Diamlah! Tunggu aku sampai meneleponmu!”

Sampai saat ini pengungguan itu terasa akan selamanya. Aku memang tidak becus menjadi kepala keluarga. Persetan dengan ‘pria sejati’.

Ah, kembali ke penguntitanku terhadap George Georgie. Selama dua hari itu, aku bertandang ke Pantai Haskell. Tidak benar-benar ke pantainya maksudnya, tetapi mengendap-endap di antara jimmyweed—atau goldenweed—lalu melarikan diri cepat-cepat sewaktu ada orang di dekat. Aku sering berlutut tersembunyi, biasanya di sebelah longleaf pine yang rendah, dikelilingi banyak semak liar termasuk jimmyweed itu.

Sebetulnya barangkali aku bisa mencoba berpura-pura berbaur alih-alih berpakaian hijau gelap dan berlutut di antara semak. Akan tetapi, tidak. Mereka akan tahu kalau aku musuh, dan mereka bisa melakukan banyak hal padaku.

Sayangnya, tentang George Georgie—entah sejak kapan aku mengikuti cara Peter menyebutnya—aku tidak tahu ia ini yang mana dari semua pemuda atau lelaki dewasa di situ. Bahkan pada hari pertama aku kemari sekitar pukul sembilan sampai sepuluh, yang kutemui hanya pria dua puluh sampai empat puluh tahun, berjumlah sepuluh sampai dua puluh orang. Aku tidak akan tahu apakah mereka Haskell's AntiHodad, kalau mereka tidak saling memanggil dengan nama. Mereka benar-benar terlihat biasa, tanpa tato, tanpa gaya rambut aneh, tanpa kebiasaan aneh kecuali kalau menghisap ganja yang diselipkan ke rokok adalah aneh.

Selama beberapa jam awal pengintaian, aku rasa nama itulah masalahnya. Dari semua lelaki di situ, aku tidak mendengar seorang pun yang dipanggil George atau Georgie. Ia barangkali memiliki nama panggilan di sini.

Namun, aku tetap kukuh menunggu seseorang memanggil George, yang membawaku selama dua hari waktu terang atau mulai gelap, aku berlutut di sana. Mendengarkan obrolan anak-anak Haskell's AntiHodad. Dari dua hari itu, bisa aku tarik garis besar tentang kelompok itu, selain kalau mereka pengguna, pengedar, dan pencuri ganja:

Haskell's AntiHodad hanya sekelompok remaja hingga dewasa yang gemar berselancar, terutamanya di Pantai Haskell. Atau tepatnya Pantai Haskell ini secara paksa menjadi pantai milik mereka.

Fakta ini aku temukan di hari kedua, saat ada pengunjung asing melewati jalur curam untuk menyentuh pantai berombak sedang di tengah pepohonan dan semak liar itu. Pengunjung itu adalah satu keluarga. Mereka sempat beradu mulut dengan Haskell's AntiHodad, sampai satu anggotanya memukulkan papan seluncurnya ke kepala pengunjung itu. Itulah yang memulai pengeroyokan. Sampai pengunjung itu saling bahu-membahu melarikan diri dengan kepala bercucuran darah.

Lalu, tentang Haskell's AntiHodad kembali, kalau mereka memang penghisap ganja, dan terlibat beberapa kriminal kecil-kecilan (malam kemarin aku dengar seseorang mengaku berhasil mencuri obat legal dari rumah di dekat Bandara Santa Barbara). Akan tetapi, mereka bukan kriminal kelas kakap atau bahkan pembunuh. Sama sekali bukan.

Satu-satunya yang menyeramkan dari mereka hanya satu itu; jangan coba-coba berselancar di Pantai Haskell sewaktu kehadiran mereka, atau mereka akan memukul, menendang, dan menghabisimu tanpa membunuhmu. Tapi sebaliknya, tidak semua mereka adalah orang-orang bermasalah. Dan beberapanya bahkan menolak sewaktu ditawari ganja—mereka anak-anak baik. Yah, Haskell's AntiHodad hanya menggabungkan para peselancar akut.

Setelah menyadari itu, kemarin ini aku berlutut dan memikirkan nama itu, memecahkannya: Haskell's AntiHodad. Anti berarti menentang sesuatu, sementara hodad (aku tidak mengerti apakah ini slang) berarti seorang peselancar yang bermain buruk, atau seseorang yang punya papan selancar baik tetapi tidak pernah berselancar.

Selama hari pengintaian, pernah satu kali aku waktu mengalami keram, meski hanya sebentar, terpergok oleh seorang anggota yang barangkali mendekat sebab rintihanku. Seseorang itu terus mendekat ke persembunyianku, dan bisa-bisa aku akan terlihat. Maka mau tidak mau aku melompat, dan berlari gesit dengan kaki keram.

Kami kejar-kejaran di antara semak-semak itu. Menembus semakin ke kerumunan pohon palem dengan tanaman-tanaman lain di sekitarnya, yang sekitar setinggi enam kaki. Aku tenggelam masuk ke dalamnya. Namun, aku telah mengenali sedikit-sedikit pelosok itu.

Mereka tidak mendapatkanku, dan berhenti mengejar tepat di sebelah papan peringatan serangan Jepang 23 Februari 1942: pukul tujuh pagi submarine Jepang mendatangi Richfield Oil Field ini. Mereka berhenti mengejar, berdiri dengan napas memburu, sementara aku menembus sisa semak yang menenggelamkanku itu, lalu segera memasukki mobil dan melaju pergi—pura-pura melaju pergi maksudnya, sebab aku dua jam kemudian kembali ke Pantai Haskell.

Seringkali pemantauan itu tidak berguna—seperti mendengar mereka saling bercerita film slasher yang kalau aku bergabung, aku akan bilang satu favoriku adalah Dressed to Kill, thriller yang benar-benar bergaya dengan kekuatan erotisnya. Meski kebanyakan anggota itu para pemuja A Nightmare on Elm Street; tren yang menakjubkan.

Lihat selengkapnya