"Sekitar tanggal 12 Mei-2 Juni 1998 korbannya mencapai 213 orang."
"Salah satu korban bernama … ."
"Sekian presentasi dari kami, selanjutnya kami akan membuka sesi tanya jawab, ada yang ingin bertanya?" ucap seorang siswa sembari menggeser slide di layar depan kelas.
Seorang gadis yang duduk di pojok kelas mengangkat tangannya. "Andaikan masa lalu bisa diubah, apa ada cara supaya korban berkurang?"
Semuanya terdiam, termasuk sang guru. Tak lama kemudian, seorang siswi yang merupakan salah satu kelompok yang sedang presentasi tertawa. "Mau ngubah seperti apa lagi? Sejarah tetap sejarah. Kembali ke masa lalu juga tidak ada gunanya."
Gadis itu terdiam mendengar jawaban tidak memuaskan dari teman kelasnya, netranya beralih ke arah guru yang sedari tadi diam memandang siswa-siswanya.
"Bagaimana menurut Miss Lea?"
"Pertanyaan pertama, bagaimana cara kembali ke masa lalu?" Miss Lea menjawab, guru berusia kira-kira 30 tahunan itu duduk di kursinya.
Semua siswa di dalam kelas terdiam sejenak memikirkan pertanyaan Miss Lea.
Salah seorang siswa berperawakan tinggi mengangkat tangan. "Miss tahun ini sudah sangat canggih bukankah hal mudah untuk kita kembali ke masa lalu," ucapnya.
"Dikira bikin mesin waktu kayak bikin telur ceplok apa," gumam Stefany, gadis yang duduk di pojok kelas.
"Apa sih, nyambung aja." Hans—pemuda yang sebelumnya bertanya—mendelik.
"Secanggih-canggihnya teknologi juga tidak mudah untuk kita kembali ke masa lalu, Hans," ucap Miss Lea.
"Kalaupun iya kita bisa kembali ke masa lalu dengan pengetahuan yang tinggi sekarang dan dari pelajaran sejarah yang kita pelajari, sudah pasti akan terpikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dikarenakan pikiran kita sudah berada di jaman modern."
"Okay, back to class. Berhubung beberapa menit lagi bel bunyi silakan tutup presentasinya dan kita masuk ke bab 4 Minggu depan. See u."
***
Semua siswa mulai berhamburan keluar kelas dikarenakan sudah memasuki jam istirahat.
SMA Saturnus—Sekolah Menengah Atas paling populer. Walau lokasinya bukan di pusat kota, tetapi SMA Saturnus adalah salah satu sekolah favorit dengan segudang siswa berprestasi dengan teknologi super canggih. Berbagai fasilitas di sekolah sudah sangat modern. Beberapa robot ditugaskan untuk menjadi staff sekolah dan yang paling menarik adalah perpustakaan.
Perpustakaan SMA Saturnus adalah yang terbaik dibandingkan yang lain, berbagai jenis buku ada di sana. Juga bisa diakses oleh masyarakat umum tetapi hanya dengan kartu anggota khusus. Kecuali untuk pelajar di SMA Saturnus, mereka bisa dengan bebas berkeliaran di area perpustakaan.
Seperti sekarang terlihat seorang siswa sedang duduk dan membaca buku di salah satu meja perpustakaan. Namanya Keenan Deandrana Rasyid La Kohler, pemilik nama panjang itu merupakan salah satu siswa paling berprestasi di SMA Saturnus.
Tidak lama kemudian satu orang siswa duduk di depan mejanya sembari menarik buku yang tengah di baca oleh Keenan.
"Hans, apa kau tidak ada pekerjaan lain selain menggangguku," ucap Keenan.
"Tidak." Hans berkata lempeng.
"Keenan, kamu tampan sekali."
Keenan kembali merebut buku dari tangan Hans. "Iyuwh, jauh-jauh dariku, mau apa kau?" Keenan menggeser duduknya.
"Aku butuh bantuanmu untuk mengerjakan makalah tugas sejarah dari Miss Lea."
"Ambil bukunya lalu bawa sini, akan ku bantu," ucap Keenan
"Ya." Hans langsung berdiri menuju deretan buku sejarah tidak perlu waktu lama untuk mencarinya karena perpustakaan sudah memiliki fitur yang canggih yaitu dengan mencari kata kunci di sebuah layar yang terletak di tiap rak dan akan tertera dimana lokasi buku tersebut, dan setelah mendapatkan bukunya Hans kembali ke meja Keenan dan memberikannya.