THE MISSION

ADH Project
Chapter #2

Chapter 2

Siang hari dengan cuaca cukup terik. Keenan bersama satu temannya—Eden—terlihat keluar dari gerbang dan berjalan ke arah pedagang bakso yang berada di sebrang sekolah.

"Daripada makan bakso di kantin yang harganya mahal lebih baik makan disini," ucap Keenan kepada Eden.

"Pak, bakso dua seperti biasa minumnya lemon tea," tambahnya.

"Kalau di pikir-pikir uang jajanmu seminggu bahkan mampu untuk membeli seisi kantin beserta penjualnya tapi kenapa kau lebih suka jajan di sini?"

"Jika di kantin harganya sangat mahal, bakso satu mangkok paling murah 50.000, itupun isinya sedikit dan lagipula rasanya tidak enak," ucap Keenan. Kedua pemuda berseragam SMA itu duduk di bangku yang telah disediakan

Eden hanya menganggukkan kepalanya, tidak lama kemudian bakso yang mereka pesan sudah sampai. Berbeda dengan Eden yang langsung menyuapkan bulatan bakso panas yang membuat tidak jadi mengunyah baksonya dan meniup dari mulut, Keenan masih sibuk menambahkan berbagai bumbu pelengkap yang tersedia di atas meja.

"Ah, ngilu." Eden mengipasi mulutnya yang terbuka.

"Makanya jangan asal telan." Keenan tertawa.

Saat sedang memakan baksonya, Keenan merasa dirinya sedang ditatap olah seseorang yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Jika di perhatikan pria itu seperti mengenakan pakaian serta model rambut era 90-an, persis seperti gambar orang-orang jaman dahulu di buku pelajarannya.

Namun, pada akhirnya Keenan tidak peduli dan memilih untuk segera menghabiskan makanannya. Setelah habis Keenan dan Eden hendak kembali ke kelas, tapi ternyata mereka sudah terlambat. Keenan menyuruh Eden untuk kembali ke kelas sendiri karena Keenan akan bertemu Miss Lea jadi ia tidak perlu khawatir karena tidak mengikuti pelajaran berikutnya.

Eden pun pergi dengan wajah masam, terpaksa akan menerima hukuman dari guru yang mengajar karena terlambat sedangkan Keenan menertawakan muka masam Eden.

***

Ruangan Miss Lea berada di lantai tiga. Keenan menekan tombol lift, setelah sampai ia berbelok ke arah kanan ke pintu yang berada paling ujung. Saat memasuki ruangan, ternyata di sana sudah ada Hans, Angel, dan Stefany.

"Maaf saya terlambat," ucap Keenan.

Stefany berdecak. "Sudah selesai makan baksonya?" tanya Stefany.

"Sudah." Keenan menjawab acuh, lalu duduk di kursi samping Stefany karena bangku kosong hanya tersisa itu.

"Baik, karena sudah berkumpul semua Miss sebelumnya ingin berterima kasih kepada kalian karena sudah mengerjakan makalah yang saya berikan. Lalu, ini." Miss Lea memberikan masing-masing satu buah amplop berwarna coklat yang sedari tadi dipegangnya kepada mereka berempat.

"Nanti dibuka saat di rumah, minta persetujuan orang tua juga, ya."

"Baik, Miss," ucap mereka berempat.

***

Hans dan Stefany kembali ke kelas. Keduanya berjalan bersama, saat melewati kantin atau yang bahkan bisa disebut sebagai minimarket sekolah Hans berbelok tak lupa dirinya menarik tangan Stefany agar gadis itu mengikutinya.

"Aku mau beli susu taro bentar, tunggu ya. Kalau ketahuan nanti kita dihukum bareng." Hans menarik tangan Stefany, membuka pintu yang terbuat dari kaca dan pergi ke rak khusus minuman.

"Dihukum kok ngajak-ngajak." Stefany berdecak kesal. Namun, dia tetap mengikuti Hans.

Hans mengambil susu dengan kotak berwarna ungu tersebut sebanyak 3 buah. Stefany yang melihatnya mengerutkan kening, jijik. "Apaan taro, nggak enak. Mending matcha," ucap Stefany.

Gadis itu ikut mengambil susu berperisa matcha lalu menempelkan kotak tersebut di kening Hans dengan sedikit mendorongnya. "Ini baru enak, yum yum."

Lihat selengkapnya