Kini Hans, Keenan, dan Angel sudah berada di lab sekolah. Mereka duduk saling berhadapan. Tak lama setelah itu Miss Lea memasuki lab, lalu guru berparas cantik tersebut duduk di samping Angel.
"Mana Stefany?" tanya Miss Lea.
"Dia ada urusan, Miss. Tapi dia bilang tidak mau ikut," ucap Hans. Miss Lea diam, lalu senyum tipis muncul di bibirnya.
"Baiklah tidak apa-apa. Bagaimana, apakah kalian sudah memutuskan ikut atau tidak dan mendapat izin dari orang tua?" tanya Miss Lea seraya tersenyum ke arah tiga siswanya tersebut.
"Aku diizinkan Miss," ucap Angel dengan mata berbinar-binar.
"Hmm, aku juga dan Kami harap tugas ini tidak membahayakan kami semua," ucap Hans.
"Baiklah." Miss Lea tersenyum.
"Sebelum itu kalian akan diberikan beberapa pelatihan terlebih dahulu dan sedikit ujian, nanti pulang sekolah temui Miss di sini lagi."
"Baik, Miss," ucap Keenan, Hans, dan Angel.
"Hmm, sepertinya aku harus merencanakan sesuatu agar aku bisa menang dan hadiahnya untukku semua. Ibu pasti senang," batin Angel dengan seringai di bibirnya.
***
Jam istirahat masih 15 menit lagi, kini Hans, Keenan, dan Stefany berjalan beriringan. Hans dan Keenan tadi menemukan Stefany di cafetaria sekolah lalu menyeret gadis itu untuk mengikuti mereka ke taman dan membicarakan tentang tugas yang diberikan Miss Lea.
"Apakah kalian tidak merasa bahwa Angel sedang merencanakan sesuatu?" celetuk Hans sembari mengeluarkan dan membuka sekotak susu varian taro dari saku celananya.
"Hmm? Memang dia kenapa?" tanya Stefany.
"Kau tadi tidak ikut. Tadi wajah Angel aneh sekali saat Miss Lea mengatakan tentang tugas kita dan reward-nya."
Sedangkan Keenan hanya mengangguk mengiyakan.
"By the way, kalian tidak bosan meminum susu rasa taro dan matcha? Aku yang melihat nya saja sudah bosan," ucap Keenan karena sejak tadi kedua orang itu asik minum susu kotak berperisa tersebut.
"Kau tidak tau bagaimana nikmat nya susu ini Keenan, susu ini sudah seperti separuh jiwa kami, benar bukan Stefany?" tanya Hans dengan merangkul pundak Stefany.
"Tidak juga, aku tidak semaniak kau." Stefany melepaskan tangan Hans dari pundaknya.
Hans berhenti berjalan, memegang dadanya dramatis. Stefany yang melihat itu menatapnya dengan jijik.
***
"Lihat saja, aku akan menghancurkan kalian," gumamnya.
***
Kini bel pulang sudah berbunyi, sontak semua murid segera membereskan barang-barang mereka dan berbondong-bondong pulang untuk mengistirahatkan tubuh di rumah.
Sementara di sebuah kelas 4 orang siswa tengah berkumpul.
"Mari kita berangkatt," teriak Hans dengan lantang sembari merangkul pundak Stefany dan Keenan.
Stefany melepaskan rangkulannya tersebut lalu berjalan terlebih dahulu. "Aku 'kan tidak ikut," ucap Stefany sembari membalikkan badan menatap mereka.
Sedangkan Angel yang diabaikan mereka mendengus kesal melihatnya.