The Mocha Eyes

Bentang Pustaka
Chapter #2

Secangkir Moka

Ini kali pertamanya saya menulis naskah di tempat-tempat yang berbeda. Setelah enam buku saya sebelumnya hanya ditulis di sebuah pojokan kamar dengan sebuah meja kecil yang lebih sering dalam kondisi berantakan daripada rapi.

Saya menyebutnya dengan “write on the road”—bukan terinspirasi dari novel On The Road-nya Jack Keruoac yang semua ide ceritanya diambil dari pengalaman si penulis saat bertualang. Saya menyebutnya “write on the road” karena saya menulis naskah ini di sudut kedai kopi ala Amerika, menghabiskan dua paper cup Americano ukuran grande. Saya juga menulis di meja-meja yang berisik dengan suara anak-anak yang meminta kentang goreng di restoran ayam Colonel Sanders sehingga saya mengetahui hebohnya bekerja di restoran cepat saji pada saat jam makan siang. Di sinilah saya menyelesaikan beberapa bagian dari naskah saya, tetapi saya menikmatinya dan merasakan tokoh saya bergerak di kedai kopi dan restoran cepat saji.

Naskah ini memang sedikit berbeda. Temanya yang tidak biasa—“What’s your love flavour?”—membuat saya harus sering mencoba rasa moka, berbagi lidah saya yang coffee addict :). Perbedaan lain terdapat pada penulisan sebagian narasi yang terkesan blakblakan—mewakili tokoh “aku” yang keras kepala dan dingin—sehingga kontras dengan bagian narasi dan dialog yang romantis dan filosofis.

Lihat selengkapnya