The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #1

BAB 1 - Pertemuan Terakhir yang Terlambat

"Seandainya aku ada saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkannya atau setidaknya menahan tangannya untuk bertahan".

Masa kini. Peacewood Memorial Park - Musim Hujan 2024

Hujan deras turun sejak pagi. Langit seakan ikut bersedih, meneteskan air mata untuk jiwa yang baru saja pergi. Tak ada suara lain selain suara hujan dan bisikan doa-doa pelan.

"Lena..." panggil Leon dengan nada gemetar.

Wajahnya yang biasanya tampak tegas kini terlihat rapuh, matanya kosong, seperti jiwanya ikut terkubur bersama nama yang terukir di batu nisan itu.

"Apakah semua yang aku lakukan salah? Kakak hanya... ingin kamu hidup tanpa memikirkan beban apapun", ucap Leon dengan nada penuh penyesalan terdengar seperti suara akan menangis yang tertahan.

"Kenapa kamu melakukan ini Lena... jangan meninggalkanku seperti ini" kata Leon yang menyangkal dan enggan menerima kenyataan ini.

Leon diam sejenak, dan melanjutkan ucapannya.

"Aku ini apa, kalau bukan kakak yang gagal?" Ucap Leon pelan sambil menahan air matanya.

Dengan tangan bergetar, Leon menyentuh bingkai foto kecil yang terpasang di batu nisan itu. 

Senyumnya Lena membuat Leon secara tidak sadar meneteskan air matanya. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh membasahi pipinya.

Lena, adik satu-satunya.

Satu-satunya keluarga yang tersisa setelah kematian orang tua mereka.

Leon jatuh berlutut di atas tanah basah, seolah ingin adiknya kembali.

"Kalau saja aku pulang lebih cepat. Kalau saja aku mengetahui kekhawatiranmu. Kalau saja aku..." suara Leon dengan menahan emosi sedih, marah, menyesal pada dirinya sendiri.

Tak ada jawaban. Hanya suara hujan dan angin dingin yang tertiup di udara.

Dalam kerumunan pelayat yang perlahan pergi, seorang wanita muda menggunakan payung hitam berdiri tak jauh dari Leon. 

Menggunakan mantel hitam panjang yang elegan, dengan rambut bergelombang menutupi sebagian wajahnya yang penuh duka.

Disa.

Sahabat Lena sejak masa sekolah. Ia datang bukan hanya sebagai pelayat, tapi sebagai seseorang yang turut kehilangan.

Dengan langkah pelan, Disa mendekat. Ia tahu kata-kata mungkin tak akan cukup.

"Kak Leon..." suaranya pelan hampir tidak terdengar karena hujan. 

"Kuatkan dirimu... Lena tidak ingin melihatmu seperti ini... maka dari itu mari ikhlaskan kepergian Lena." Ucap Disa yang matanya terlihat merah.

Leon menoleh dengan tatapannya kosong.

"Bertahan untuk Lena, untuk Yuka. Untuk semua janji yang belum sempat kutepati." Bisik Leon dalam hatinya.

Hatinya hancur, tapi di dalam keadaan itu, ia tahu satu hal bahwa hidupnya kini tidak lagi miliknya sendiri.

Lihat selengkapnya