The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #4

BAB 4 - Berjanjilah Padaku Disa

"Aku masih ingat pertama kali kita bertemu Lena. Kamu yang pertama mengajarkanku apa itu rasa bahagia" Ucap Disa tersenyum pelan sambil memegang foto Lena di rak samping dekat tv, tatapannya penuh kerinduan

Hari itu adalah awal semester baru. Di kelas 2 suasana yang gaduh saat seorang murid baru berdiri di depan kelas.

Masa lalu. SMP Phalaenopsis Academy - Musim Dingin 2015

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Ini Lena dari SMP Stellarys Tech. Ayo, perkenalkan dirimu," ucap guru sambil menepuk pundak Lena lembut.

Gadis itu maju ke depan, tersenyum malu. "Aku Lena Reinhart. Senang bertemu kalian semua."

Guru menunjuk ke satu bangku kosong. "Lena, duduklah di sebelah Disa, ya."

Dengan nada tegas seorang guru "Anak-anak, Ibu berharap kalian dapat membantunya beradaptasi dengan lingkungan sekolah kita".

"Baik, Bu" ucap murid serentak.

Di pojok kelas disamping bangku kosong, terlihat seorang gadis berambut panjang hitam duduk sambil menatap ke luar jendela, tampak tak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Lena mendekat dengan langkah pelan. Ia duduk di sebelah Disa, sesekali melirik gadis itu. Disa tampak fokus membaca buku tebal dengan sampul asing.

Dengan berbisik sopan, Lena menyapa, "Hai... Disa kan? Aku Lena. Senang bertemu kamu."

Disa hanya mengangguk kecil, matanya tetap tertuju ke buku.

Saat bel istirahat berbunyi, Lena dengan penuh semangat menawarkan, "Ayo ke kantin bareng. Ada makanan apa saja di sana?"

Disa menjawab datar, "Duluan aja."

Tak menyerah Lena pun duduk kembali di samping Disa. Ia melirik buku di tangan Disa dan bertanya, "Apa yang kamu baca?"

"Verzeichnis einiger Verluste," jawab Disa tanpa menoleh.

Lena mengerutkan dahinya. "Bahasa apa itu?"

"Jerman," jawab Disa.

Lena terpana. "Kamu bisa bahasa Jerman? Hebat banget!"

Disa menoleh sedikit, suaranya tetap tenang. "Jerman, Jepang, Inggris, Mandarin. Baru empat."

Mata Lena melotot kecil. "Baru empat katanya!" Ucap hatinya kagum.

Lena bertanya lagi dengan rasa kagum. "Serius empat bahasa? Kamu belajar semua itu sendiri?"

Jawab Disa datar, "ya, jika memili uang aku ambil kursus untuk ujian sertifikasinya".

Hari-hari berikutnya, Lena penasaran kenapa Disa selalu menyendiri, Lena pun mencoba untuk berteman dengannya. Namun itu tidaklah mudah.

Lena yang tak pernah berhenti mencoba mendekati Disa. Meski awalnya hanya dibalas dengan anggukan atau jawaban pendek, Lena tetap tidak menyerah. 

Ia sering membawa bekal tambahan, memberikan susu rasa alpukat, minuman kesukaan Disa dan kadang duduk diam hanya untuk menemani.

Suatu siang, Lena menghampiri Disa yang tengah duduk membaca di taman, lalu tanpa banyak bicara, meletakkan sebotol susu alpuket di sebelahnya.

Disa menoleh perlahan, menatap Lena yang tersenyum lebar.

"Makasih," ucap Disa pendek, namun kali ini... disertai senyum kecil.

Sejak saat itu, tembok es yang memisahkan mereka perlahan sedikit mencair.

Siang hari berikutnya, Lena mendekati Disa dengan dua kotak makan siang.

"Aku bawa dua. Kamu boleh pilih," kata Lena ceria.

Disa menatap Lena, lalu melepas earphonenya untuk pertama kalinya di taman itu.

"Kamu niat banget," ujar Disa alisnya terangkat.

Lena tertawa kecil. "Karena... aku cuma mau berteman."

Disa menatapnya lama, sebelum akhirnya mengangguk kecil.

"Kau sangat suka baca ya?" tanya Lena sambil membuka kotak makan siangnya.

Disa menolehnya sekilas dan menjawab dengan nada datar, "ini menenangkan".

Dalam hati Lena, "entah kenapa setiap aku berbicara dengannya, seperti berbicara pada Kakakku". Lena menarik nafasnya "huftt...".

Disa menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

Lena menatap Disa, "apa orang pintar selalu merasa tenang saat membaca, jujur saja aku sangat tidak suka membaca". Lena tertawa dengan memberikan suapan pertama pada Disa.

Sejak hari itu, Lena dan Disa selalu terlihat bersama. Mereka berbagi bekal, rahasia, tawa, bahkan air mata.

Di suatu sore hari itu, saat bel pulang berbunyi, salju turun perlahan. Lena keluar dari gerbang sekolah sambil merapatkan jaketnya. Ia lupa membawa payung.

"Lena... kamu belum pulang atau memang nunggu aku?" suara Disa terdengar datang dari sampingnya.

Lena menoleh, sedikit terkejut. "Disa... kamu belum pulang juga? Aku... lagi nunggu jemputan." Ucapnya tersenyum lega melihat sahabatnya.

"Kamu lihat cowok itu?" bisik Disa, menunjuk seorang remaja lelaki yang baru keluar dari mobil sambil membawa payung.

Lihat selengkapnya