The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #6

BAB 6 - Lima Tahun yang Lalu Pada Malam Itu

Masa kini. Di kamar Yuka.

Malam itu, setelah menatap Yuka yang tertidur, Leon pergi ke kamarnya dan mendapatkan Disa yang masih berada di kamar mandi, lalu berbaring.

Di waktu yang sama. Disa, saat menggunakan skincarenya. Ingatan lima tahun lalu mengalir jelas dan membuat Disa canggung sekaligus khawatir untuk tidur lagi bersama Leon.

Menarik nafas dalam, lalu berdiri lama menatap cermin. Air dari kran mengalir, tapi belum disentuhnya. "Tenanglah..."

"Ini bukan pertama kalinya..." suara hati Disa bergetar. "Bukan pertama kali aku tidur di rumah ini... bukan pertama kalinya juga tidur dengan Kak Leon."

Disa menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah "Kak Leon, dia tidak mengingatnya jadi aku harus tetap bersikap tenang." Tangannya bergerak seolah mengipasi kedua pipinya.

Disa menggelengkan kepala pelan, "tidak, ini sedikit sulit jantungku berdebar, walaupun bagaimanapun Leon cinta pertamaku" ucapnya pelan sambil melanjutkan skincare.

Di saat itu juga, di waktu yang sama dan di luar kamar mandi, Leon berbaring mengingat dengan jelas kejadian lima tahun yang lalu bersama Disa yang sebenarnya dia mengingatnya.

Masa lalu. Di rumah keluarga Reinhart - Musim gugur 2019.

Tiga bulan setelah Disa dan Lena masuk kuliah.

Di sore hari, Disa berdiri di dapur rumah Lena, mengenakan apron biru muda milik almarhumah ibu Lena, sedang mengaduk bubur hangat di atas kompor.

Lena terbaring di kamarnya, demam tinggi sejak pagi. Awalnya ia hanya mengeluh lelah, tapi suhu tubuhnya naik drastis menjelang malam. Disa yang berencana mampir sebentar akhirnya memutuskan tinggal dan merawat Lena.

Disa mematikan kompor lalu menuang bubur ke dalam mangkuk, menambahkan irisan daun bawang dan sedikit kecap asin seperti selera Lena. Ketika ia bersiap naik ke kamar di lantai dua, ponselnya bergetar.

Sebuah pesan dari Lena.

[Kak Leon belum pulang, dari siang gak bisa dihubungi. Aku khawatir. Bisa tolong bantu telponin? Ini nomornya...+00xxx]

Disa memandangi pesan itu beberapa saat.

"Leon..." gumamnya pelan lalu menaiki tangga dengan hati cemas.

Saat membuka pintu kamar Lena, ia disambut wajah pucat sahabatnya yang setengah tertutup selimut. Lena tersenyum lemah ketika melihat Disa datang membawa bubur.

"Aku tahu kamu akan selalu menjagaku..." ucap Lena tersenyum lemah.

"Sudah kubilang istirahat saja, kenapa malah pegang ponsel?" tegur Disa lembut sambil meletakkan bubur di meja kecil dekat ranjang.

Lena menggeleng. "Aku nggak tenang... Kak Leon sudah seminggu pulang malam-malam, kadang mabuk. Tapi hari ini bahkan nggak ada kabar sama sekali."

Disa terdiam sejenak, hatinya tak nyaman. Ia tahu betapa Leon sangat mencintai adiknya. Dan jika seseorang seperti Leon sampai bersikap seperti itu... pasti ada luka dan beban pikiran yang dalam sedang ia sembunyikan.

"Aku coba hubungi dia yah, kamu makan dan minum obat, lalu tidurlah. Jangan terlalu khawatir" ucap Disa sambil membuka kontak baru dan menyimpan nomor Leon.

Lena menatap Disa dengan mata sayu, lalu menarik selimut lebih erat. "Makasih, Disa... cuma kamu yang bisa kuandalkan."

Disa tersenyum tipis, lalu berdiri dan melangkah keluar kamar. Menatap layar ponselnya.

Ia menekan tombol panggil. Suara sambungan berdering panjang.

Namun tidak diangkat.

Lihat selengkapnya