The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #8

BAB 8 - Malam yang Terucap

Ia menatap Disa lekat-lekat, seakan ingin memastikan bahwa semua yang ia katakan masuk ke dalam hati wanita di hadapannya.

"Aku ingat malam itu... lima tahun lalu," ucap Leon akhirnya. "Aku tahu, aku bilang aku lupa dengan alasan mabukku hari itu... tapi itu tidak benar. Aku ingat semuanya."

Disa terkejut.

"Aku tahu, aku seorang pengecut, tapi Disa. Usiamu baru dua puluh tahun saat itu, dan usiaku dua puluh empat tahun. Kamu belum sepenuhnya tahu apa yang kamu rasakan padaku. Dan aku... aku tidak bisa bertanggung jawab atas tindakanku. Malam itu... aku terlalu egois."

"Tapi, aku tidak ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Karena itu bukan suatu kesalahan bagiku dan bukan juga penyesalan. Itu murni rasa menginginkanmu. Tapi aku akan minta maaf karena aku tidak jujur dan membohongimu selama ini."

Ucap Leon dengan suara gemetar dengan tatapan berkaca-kaca. "Maafkan aku Disa, pasti berat bagimu dengan beban perasaan yang selalu kamu simpan".

Leon menunduk sejenak. Suaranya terdengar berat. "Aku mengatakan ini bukan menghindar sebagai alasan"

"Saat itu, aku tidak lulus ujian sebagai jaksa, aku hanya bingung bagaimana aku bisa memenuhi semua keperluan adikku. Dan aku memutuskan untuk bekerja di perusahaan sebagai advokat. Rasanya berat ketika aku harus mengubur cita-citaku dengan mempertimbangkan situasi saat itu." Leon terdiam dengan rasa penyesalan.

"Kamu pun tahu sendiri keuangan keluargaku hancur. Aku harus bolak-balik dari magang kejaksaan sambil kerja part time demi kebutuhan Lena tercukupi. Rasanya seperti semua beban dunia bertumpu di pundakku saat itu. Dan kamu selalu datang, di saat aku kehilangan semua arah. Bahkan jauh dari hari itu, hadirmu selalu membawa ketenangan Disa." Ucapnya jujur.

Disa hanya diam, tapi tatapan matanya seolah berkata, lanjutkan.

"Aku takut membuatmu terjebak di dunia yang bahkan aku sendiri tidak tahu jalan keluarnya. Makanya aku tidak pernah bicara tentang malam itu dengan jujur. Tapi... aku juga tidak pernah bisa melupakanmu, Disa." Ucap Leon penuh penyesalan.

Tanpa disadari, air mata Disa menetes ke pipinya, tapi ia tersenyum.

Leon mengulurkan tangan, menyentuh pipi Disa dengan lembut. Mengecup kening Disa dan mengatakan, "Maafkan aku".

"Jika suatu hari nanti... kamu bertanya apakah aku mencintaimu... mungkin aku masih terlalu takut untuk menjawabnya. Tapi aku tahu satu hal dengan pasti, Disa... kamu adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku ingin menjadi versi terbaik dari diriku sendiri."

"Aku belum tahu bagaimana caranya mencintai dengan benar. Aku juga tidak ingin membohongimu dan perasaanku sendiri. Disa... kamu mungkin tidak tahu, tapi kamu sudah menjadi bagian dari hariku, dari nafasku... bahkan sebelum aku sadar aku membutuhkannya.

Disa menatap Leon, tersentak karena hal yang tidak pernah diketahuinya dan hatinya bergetar oleh setiap kata yang keluar dari pria di hadapannya.

Lihat selengkapnya