The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #9

BAB 9 - Hari Masih Terasa Tenang

Beberapa menit kemudian, Leon muncul di ruang makan dengan rambut berantakan dan mata yang masih berat. "Selamat pagi..." gumamnya serak lalu duduk dan menerima gelas berisi air putih dari Disa.

Disa tersenyum. "Pagi... apakah tidurmu nyenyak?"

Leon mengangguk menyimpan gelasnya di meja, "aku terbangun karena temanku menelepon, mereka akan mampir kesini setelah pulang kerja nanti. Kamu sudah pernah bertemu dengan mereka sekali kan" menatap Disa yang sedang memasak.

Disa mengangguk, "Hari ini pun aku dijadwalkan memberikan presentasi utama dalam regional business launch. Akan ada semua kepala cabang dan klien besar," sambil mencicipi kuah dan mematikan kompor.

Leon menatap Disa. "Di mana tempatnya?" tanya Leon.

"Aula Lantai 3, Gedung Gensora Tower, distrik bisnis pusat," jawab Disa sambil membawa nampan, Disa berjalan mendekat, menaruh satu persatu semangkuk sop dan tumis sayuran lengkap dengan nasi dan set alat makan di depan Leon. 

"Acara dimulai pukul sebelas. Tapi aku harus sampai sana setengah jam sebelumnya untuk briefing dengan panitia dan teknisi panggung."

"Tunggu, kamu tidak ikut sarapan denganku?" Kata Leon melihat di meja makan hanya untuknya saja.

Disa tersenyum kecil sambil melepaskan apron. "Maaf, aku nggak sempat. Aku akan makan sandwich di mobil nanti. Aku harus segera bersiap."

Ia menepuk ringan bahu Leon sambil menambahkan, "Oh, dan satu lagi. Tolong belikan beberapa bahan makanan untuk makan malam, ya. Kita akan menyambut teman-temanmu bersama nanti. Mungkin aku sampai rumah sekitar pukul 3 sore".

Leon mengangguk, meski sorot matanya masih menjelaskan tidak ingin melepas pagi mereka yang singkat.

Disa berjalan menaiki tangga, menuju kamar atas untuk mandi dan berdandan.

Sementara itu, Leon memakan sarapannya dengan tenang. Setelah selesai, ia membereskan piring dan alat makan ke tempat cucian, lalu membilas tangannya di wastafel. Kemudian ia membuka lemari dan mengambil botol susu Yuka.

Dengan gerakan yang sudah terbiasa, ia menyiapkan susu hangat, lalu membawanya ke lantai atas. Pintu kamar Yuka terbuka sedikit, memperlihatkan bayi kecil itu masih tidur di tempat tidur bayi.

Leon tersenyum. Ia duduk di pinggir tempat tidur Yuka, menatap wajah tenang bayi itu sejenak, lalu meletakkan botol susu di atas meja kecil di samping tempat tidur.

Tak lama setelah Leon meletakkan botol susu, tubuh kecil Yuka mulai bergerak. Mata bulatnya terbuka perlahan.

"Selamat pagi, Putriku," ucap Leon lembut, lalu mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Ia mencium dahi Yuka dan membawanya turun ke ruang tamu.

Setelah itu Leon duduk di sofa, Leon perlahan memposisikan Yuka di pangkuannya, menopang tubuh mungil itu dengan penuh hati-hati. Ia mengambil botol susu yang tadi disiapkan.

Tak lama kemudian, matanya tertutup perlahan karena kenyamanan yang ia rasakan di pelukan ayahnya.

Leon memandangi wajah bayi itu sambil sesekali melirik televisi yang menayangkan berita pagi. Pikirannya tenang, bahkan hampir melupakan segala tekanan yang biasanya membebaninya.

Jam dinding menunjukkan pukul 08.40.

Setelah menepuk-nepuk punggung putrinya untuk bersendawa, Leon meletakkan Yuka di bouncer bayi.

Selang beberapa waktu.

Lihat selengkapnya