Sheilla dan Daniel lebih dulu berdiri, diikuti oleh Rino dan Keynita yang masih saling tertawa sambil menggoda Disa dengan kalimat-kalimat pujian setengah serius.
“Beneran ya, Disa, kalau kamu keluarin brand sendal jepit pun kayaknya bisa laku keras,” ucap Rino, membuat semua tertawa satu kali lagi sebelum mereka benar-benar pamit.
Anak-anak juga sudah mulai menguap, energi mereka terkuras oleh keseruan malam itu.
Setelah semua berpamitan dan rumah kembali tenang, hanya tersisa keluarga kecil itu, Disa, Leon, dan anak mereka yang tertidur.
Setelah memastikan Yuka tertidur lelap, Leon menggenggam tangan Disa dan menariknya pelan menuju kamar mereka.
“Beri tahu aku tentangmu,” ucapnya pelan.
Mereka masuk ke kamar dengan langkah ringan. Disa dan Leon bergiliran mandi. Setelah itu, Disa yang sudah berbaring menggunakan piyama pendeknya, Leon menghampiri dan berbaring disamping Disa menyamping menatapnya. Tanpa banyak kata, mereka berbaring berdampingan di atas ranjang, tenang, dekat, dan nyaman.
Leon memandangi wajah Disa yang terlihat lebih damai dari biasanya.
“Setelah malam ini… aku sadar, aku belum benar-benar mengenal kamu sepenuhnya,” suaranya rendah. “Aku ingin tahu ceritamu. Dari awal. Bukan sebagai pemilik Lumiera, bukan sebagai CEO… tapi sebagai Disa istriku.”
Disa diam sejenak, menatap langit-langit kamar.
Ada sedikit getaran dalam hatinya. Antara lega, haru, dan ketakutan kecil, karena selain Lena, ada seseorang yang benar-benar ingin mendengar.
“Perjalananku bukan yang mudah, Kak Leon,” bisiknya pelan. “Tapi mungkin… dengan kamu di sampingku, aku siap untuk membaginya.”
Leon hanya menggenggam tangannya lebih erat, tidak mendesak, hanya hadir.
Kisah yang selama ini Disa simpan rapat-rapat kisah yang akan membuka lebih banyak tentang siapa dirinya, dan bagaimana ia bisa menjadi wanita yang berada di sampingnya malam ini.
Disa terdiam sejenak, menarik napas perlahan. Leon tetap di sampingnya, tak berkata apa-apa, tapi hadir sepenuhnya.
Masa lalu. Pulau Costa Vela - Musim panas 2012.
Disa yang berusia 13 tahun saat itu.
Di kapal pribadi milik keluarga Moreau Rivera.
“Ailycia… kita mau kemana”. Ucap Disa kecil.
“Ayo kita panggil Kak Aegis untuk bermain bubble gun” ucap Ailycia dengan membawa 3 pistol tembakan balon.
“Kak Aegis, ayo bermain bubble gun” ucap Ailycia memanggil Kakaknya yang sedang melihat pemandangan laut.
Kak Aegis menoleh “aku tidak mau ikut, kalian lakukan berdua” ucap Aegis yang menikmati angin laut.
Tapi insting seorang Kakak membuatnya mengikuti adik-adiknya bermain.
Di bagian Deck kapal.
“Disa, Aily. Jangan terlalu banyak bergerak mainnya duduk saja jangan berdiri” ucap Aegis yang duduk berjarak dari arah mereka.
Tak selang beberapa waktu, kapal bergoyang dan membuat pistol Ailycia terjatuh ke laut.
“Aaaaaa… bubble gun ku” ucap sedih Ailycia.
dia melanjutkan “Disa, berikan padaku milikmu” ucapnya dengan merebut milik Disa.
Disa yang saat itu masih kecil, tidak ingin memberikan pistolnya “tidak, kamu kan masih bisa ambil satu punya Kak Aegis” ucapnya sambil memeluk pistol karena tidak mau diambil Ailycia.
Aegis yang melihatnya berkata “ini punya Kakak saja” ucap Aegis khawatir Ailycia menangis dan mengulurkan pistolnya.
Ailycia berdiri, di waktu yang sama kapal bergoyang.
BYUURRRR~
(suara jatuh Ailycia ke laut)
Aegis tiba-tiba berdiri terkejut. Disa yang tidak tahu apa-apa hanya diam melihatnya kaget.
Aegis menggendong Disa ke arah tempat aman “Disa jangan bergerak diamlah disini, Kakak akan memanggil Ayah dan Ibu” ucapnya gelisah.
Tak lama dari itu. Ibunya teriak histeris. Ayahnya memanggil bantuan untuk mengentikan kapal. Tapi tidak ada tanda-tanda lokasi Ailycia yang terjatuh di laut itu.
“Putriku, tidakkkkk. Apa yang sebenarnya terjadi Aegis. Kenapa kamu tidak menjaga adikmu dengan baik” ucap ibunya teriak menoleh sekilas ke arah Disa.
“Sayang, cepat selamatkan Aily bagaimana ini ya Tuhan” suaranya terdengar gelisah dan penuh rasa khawatir.
“Aku akan ikut turun” ucap Ibunya tegas.
“Jangan, tunggulah disini sayang percayakan pada tim penyelamat” ucap Ayahnya tetap tenang.
Aegis dan Disa diam dengan bingung tidak tahu harus bagaimana, ibunya mendekat. “Aegis kenapa ini bisa terjadi, bagaimana jika adikmu tidak ketemu” ucapnya menahan tangis sambil berlutut lemas kakinya.
Aegis dengan rasa takut “aku… aku tidak tahu aku hanya melihatnya terjatuh saat mereka sedang asik bermain” ucap Aegis berbohong.
Sambil memegang kedua pundak Disa keras “Mama sakit…” ucap Disa sedih berlinang air mata.
“Kamu, pasti kamu kan yang mendorongnya” ucap Ibunya kasar.
“Disa hanya bermain bubble gun bersama Aily, dan bubble gunnya terjatuh, Aily berdiri untuk mengambil bubble gun Kakak” ucap Disa sambil menangis
“Nggak, untuk apa aku berbohong Ma… aku hanya melihatnya tiba-tiba terjatuh” ucap Aegis dengan nada gemetar ketakutan.
Tak lama kemudian, Ailycia ditemukan namun saat CPR dilakukan dengan panik di deck kapal.