The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #19

BAB 19 - Terima Kasih Telah Mencintaiku

Sementara itu, di rumah, Disa perlahan membuka matanya.

Refleks, Disa menoleh ke sisi tempat tidur.

Kosong, hanya ada bantal yang masih sedikit hangat. Leon tidak ada.

Disa mengerutkan dahinya bingung, setengah sadar duduk di ranjang. “Kak Leon…?” gumamnya, suaranya serak karena baru bangun.

Dan melihat cacatan kecil di atas laci meja samping tempat tidurnya.

“Sayang, aku keluar sebentar beli buku buat persiapan ujian. Sarapan duluan aja, ya. Aku usahain cepet pulang. Love you.”

— Leon

Begitu membaca catatan itu, Disa tak bisa menahan senyum lega.

Setelah itu hal pertama yang ia lakukan adalah bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar di sebelah, kamar Yuka.

Saat membuka pintu, Disa tersenyum melihat putri kecilnya yang sudah terjaga, menggeliat pelan di atas ranjang bayi.

“Selamat pagi, nak,” bisik Disa lembut, membungkuk dan menggendong Yuka ke pelukannya.

Dengan langkah santai, ia membawa Yuka ke kursi menyusui yang ada di sudut kamar.

Disa menyusui Yuka sambil membelai lembut rambut tipis di kepala bayi mungil itu.

Tak butuh waktu lama, Yuka kembali terlelap dalam pelukan hangat Disa, bibir kecilnya masih sedikit bergerak seolah bermimpi tentang susu hangat.

Disa tersenyum, menahan napasnya sejenak, menikmati momen damai itu.

Setelah memastikan Yuka tertidur dengan nyaman, Disa membaringkannya kembali di ranjang bayi, menarik selimut tipis ke atas perut mungilnya, lalu mencium kening Yuka perlahan.

Ia berjalan ke dapur, menyiapkan sarapan sederhana, roti panggang, telur mata sapi, dan segelas susu hangat.

Sambil makan di meja dapur, Disa sesekali menoleh ke arah kamar, memastikan suara Yuka tetap tenang.

Saat Disa baru saja membereskan piring sarapannya di wastafel, suara pintu depan berderit pelan.

Dia menoleh cepat, senyum kecil muncul di wajahnya saat melihat Leon masuk, membawa tas kertas berisi buku-buku.

“Sayang!” sapa Disa ceria, berjalan menghampirinya.

Leon membalas senyumnya lebar, meletakkan tas belanjaan di meja. Ia langsung meraih Disa ke dalam pelukannya, memeluk erat sejenak seperti mengobati rindu.

“Aku pulang,” katanya pelan, mengecup kening Disa.

“Selamat datang,” jawab Disa sambil tersenyum manis. “Udah beli bukunya?”

Leon mengangguk, mengangkat tas belanjaannya. “Sudah. Aku beli di toko buku Emerald. Ternyata sekarang udah gede banget tokonya.”

Disa tertawa kecil. “Wah, beneran berubah ya? Aku jadi pengen main ke sana.”

Leon tersenyum, meletakkan jaketnya. “Iya, dan aku ketemu Pak Arman. Ternyata beliau inget kamu juga. Kamu masih inget sama Pak Arman kan?”.

Disa tertawa malu, “Iya, tentu saja. Aku sering membantu menata buku dan mengobrol banyak tentang cara membangun sebuah bisnis dulu.”

Leon menggeleng geli. “Pantas aja kamu hebat banget,” godanya sambil mengingat perkataan Pak Arman dengan ekspresi terkagum.

Lihat selengkapnya