The Morning Sky After Pain

Shavrilla
Chapter #21

BAB 21 - Saat Segalanya Terasa Sempurna

Setelah selesai makan malam, Leon dan Disa berjalan pelan menuju mobilnya. Malam sudah menunjukan pukul sembilan, tapi udara pantai tetap terasa hangat dan nyaman.

Begitu masuk ke dalam mobil, Leon menoleh ke arah Disa yang duduk di kursi sebelahnya, masih mengagumi cincin di jarinya.

“Aku suka banget sama cincinnya sayang” ucap Disa dengan suara lembut, penuh rasa syukur. Ia menoleh ke Leon sambil tersenyum kecil, matanya berbinar. “Terima kasih, Sayang…”

Leon hanya tersenyum, tangannya otomatis mendekat untuk menggenggam tangan Disa, ibu jarinya mengusap lembut punggung tangan istrinya itu, mengangkat genggamannya dan menciumnya.

“Aku yang harusnya terima kasih,” jawab Leon pelan, “karena kamu mau tetap ada di sini… bersamaku dan Yuka.”

Mereka saling bertukar senyum, hangat dan penuh cinta.

Disa mendekatkan tubuhnya sedikit, bersandar ringan di bahu Leon sambil berbisik, “Nanti kalau Yuka udah gede, aku mau cerita ke dia… gimana papanya melamar mamanya, yang begitu terasa sempurna bagi mamanya.” Dengan mengangkat dan melihat tangan kanannya yang masih mengagumi cincin di jari manisnya.

Leon tertawa kecil, lalu dengan lembut mengecup rambut Disa.

“Yuka pasti bakal bangga punya Mama kaya kamu.”

Mobil yang perlahan berjalan dengan alunan musik yang lembut menemani mereka.

Mobil melaju pelan di jalanan menuju rumah, tidak ada percakapan berat, hanya keheningan nyaman di antara mereka.

Saat mobil mulai mendekati area perumahan mereka, Leon melirik jam di dashboard lalu tersenyum kecil.

“Waktu terasa sebentar yah, tapi kita nggak punya banyak waktu lagi buat menikmati romantis-romantisan kayak gini,” gumam Leon sambil tertawa kecil. “Yuka pasti udah nunggu kita di rumah… begitu juga, bibi Melia.”

Disa ikut tertawa. “Iya… nanti Yuka protes karena papa sama mamanya pacaran kelamaan,” godanya, membuat Leon ikut tertawa pelan.

Leon melirik Disa sebentar, matanya penuh sayang. “Untung Yuka masih empat bulan… kalau udah gede, mungkin kita udah dapet tatapan sinis bayi,” candanya.

Disa tertawa geli, membayangkan Yuka kecil merengek manja. “Aku yakin dia cuma perlu satu lirikan kecil… terus kita berdua bakal langsung minta maaf.”

Leon tertawa, hatinya terasa hangat. “Iya, lirikan bayi paling mematikan.”

Tawa kecil mereka menyatu dengan suara mesin mobil yang terus melaju pelan.

Mobil Leon perlahan memasuki halaman rumah mereka. Lampu teras menyala, memberikan sambutan hangat. Leon mematikan mesin, lalu berbalik ke arah Disa dengan senyum kecil.

“Siap ketemu bos kecil kita?” godanya pelan.

Disa mengangguk sambil tersenyum, mereka turun dari mobil, dan Leon sempat meraih tangan Disa, menggenggamnya erat saat berjalan menuju pintu.

Begitu pintu dibuka, aroma rumah yang familiar langsung menyambut mereka. Di ruang tamu, bibi Melia sudah menunggu sambil membaca majalah. Ia segera bangun begitu melihat Leon dan Disa masuk.

“Selamat malam, Pak Leon, Bu Disa,” sapa bibi Melia ramah, suaranya pelan agar tidak mengganggu ketenangan malam.

“Maaf ya Bi, kami pulangnya agak lama,” kata Disa sambil menaruh tas di dekat sofa.

Bibi Melia tersenyum, menggeleng santai. “Nggak apa-apa, Bu. Yuka juga tadi tidurnya pulas banget setelah minum susu.”

Leon tertawa kecil, melepas jasnya. “Baguslah, nanti kita dikomplain kalau dia bangun tengah malam.”

Disa tertawa pelan, lalu berbalik ke bibi Melia. “Terima kasih banyak, Bi. Kalau Bibi mau pulang sekarang nggak apa-apa kok. Besok sabtu jadi libur?”

“Iya, Bu. Saya pamit pulang ya,” jawab bibi Melia ramah.

Begitu hanya berdua, Leon dan Disa bergerak lebih santai. Disa membawa tas dan sepatunya ke kamar sambil menahan tawa kecil. “Kayaknya kita bakal dapat ‘protes’ dalam bentuk tangisan kalau Yuka bangun tengah malam ni.” Ucap Disa sambil tersenyum.

Leon merangkul pinggang Disa sambil berjalan bersampingan dari ruang tamu ke kamar. “Nggak apa-apa. Asal dia pelan-pelan protesnya… papanya butuh istirahat juga,” katanya Leon bercanda, membuat Disa tertawa kecil.

Disa mengajak Leon untuk membersihkan diri.

“Kita mandi dulu, yuk. Biar seger,” ajaknya sambil tersenyum kecil.

Leon mengangkat alis sambil tersenyum nakal. “Mandi bareng?” bisiknya Leon menggoda.

Disa mendorong bahu Leon pelan sambil tertawa. “Mandi masing-masing, sayang,” ucapnya dengan nada menggoda balik.

Lihat selengkapnya