The mosby

Fahmi Sihab
Chapter #12

Ball Playing Defender

Hari ini adalah babak final dia untuk jadi seorang Miss Muslimah. Salah satu kompetisi ratu sejagad dengan tema perempuan Muslimah. Gua ga tahu dengan jelas sih perbedaanya dengan kompetisi ratu sejagad yang ada pada umumnya. Faktanya sama-sama pamer kecantikan dan skill sebagai seorang perempuan, tapi ga terlalu memperlihatkan sisi keislaman juga. Mungkin satu yang terlihat adalah mereka pake hijab. Sesuatu yang kayanya udah jadi alat menjadi Muslimah seutuhnya di mata masyarakat umum. Tapi yang jelas yang menang harus terlibat dalam kegiatan sosial yang di galang oleh Yayasan penyelenggara.

Kory punya semangat yang membara untuk bisa menang di ajang Miss Muslimah Karawang. Ini masih regional si, tapi mungkin aja dia bisa menang, walaupun ga tahu juga karir kedepannya gimana, seenggaknya minimal setelah ikut ini, endorsan dia agak sedikit terjamin. Selama ini sih dia di Instagram cukup banyak followernya untuk ukuran yang jarang posting, dia punya sekitar 1500an follower.

Dia hari ini ada di tahapan untuk ajang menunjukan kemampuan/bakat dari masing-masing peserta. Gua ga tahu sih dia bisa apa. Selama ini yang gua tahu dia cuman punya percaya diri yang kelewatan aja. Nyanyi terakhir kali gua lihat dia lebih ke teriak dengan kalimat yang bagus aja. Maen alat musik juga paling… tepuk tangan tuh termasuk alat musik bukan yah? Gua bener-bener ga yakin dia bisa menang dalam kontes ini.

Ternyata setelah gua lihat dia nampilin sesuatu yang peserta lain ga nampilin, dia nampilin baca Qur’an dan cukup baik ternyata. Mungkin itu salah satu keajaiban nama. Nama dia Kory dan ternyata dia punya skill untuk jadi Kory, walaupun beda huruf depannya sih. Tapi intinya kesempatan dia untuk menang datang lagi. Dan semua orang tercengang termasuk gua, walaupun kenyataannya gua ga datang ke tempat itu. Yang gua lakukan hanya memantau dan sesekali memberi support lewat chat.

Gua ga datang bukan karena gua ga peduli, karena faktanya gua nyeritain dia sama kalian, itu kan tandanya gua sangat memerhatikan dia dan peduli sama ni orang. Gua kaya gini karena gua sangat membatasi diri. Meskipun gua tertarik sama dia, kenyaataanya gua ga bisa berbuat banyak. Dia udah di lamar, bukan sekedar punya pacar, tapi dia punya tunangan. Seseorang yang selangkah lagi jadi suami dia. Mungkin bukan selangkah lagi tapi selangkangan lagi. Ga nyambung analoginya, tapi katanya mirip dan gua seketika kepikiran kata itu. Jadi ya gua tulis aja.

Dia udah sekitar satu tahun punya tunangan. Yang gua tahu dari temen-temennya dan postingannya di status whatsapp. Dia kayanya pernah putus nyambung gitu deh. Tapi gua ga tahu proseduralnya putus nyambung saat tunangan dan apa bedanya dengan putus nyambung pas pacaran. Karena kalo tunangan kan lebih resmi ada segala pasang cincin. Kalo putus juga harus ngumumin ke banyak orang termasuk sanak sodara dan akan mendapatkan komentar-komentar yang tak ingin di dengar, minimalnya saran-saran tai. Yang mereka sendiri kalo ngalamin belom tentu bisa ngelakuinnya.

Gua mulai tertarik sama dia pada saat dia disuruh sama Dosen buat maju ke depan kelas. Semua mahasiswa sih di kelas yang di suruh ngelakuin itu, termasuk gua. Dia waktu itu nyeritain kisah hidupnya yang cukup sederhana sebetulnya dan mengharukan juga sih. Dia cukup berprestasi ternyata pas sekolah. Dia juga satu-satunya orang yang lulus SNMPTN dan masuk universitas negeri di sekolahnya. Tapi ga dia ambil dan memilih untuk kerja dan kuliah di universitas swasta bareng gua.

Dia cerita sambil nangis dan melewati waktu yang di tentukan. Dan seperti yang kalian tahu sifat sarcasme gua ga bisa di bendung. Gua malah bikin tulisan durasi supaya dia berhenti, tapi di balik itu emphaty gua cukup besar. Dan seperti yang kalian tahu ego bisa menghancurkan dan mengalahkan perasaan suka sebesar apa pun itu. Negative always win.

Dan kayanya kejadian itu malah bikin stigma negatif dari dia terhadap gua. Gua sebenernya ga terlalu peduli, tapi lama kelamaan tingkah lakunya malah bikin gua jadi semakin suka sama dia. Pas awal masuk setelah kejadian itu sebenernya dia belom tunangan dan kesempatan gua buat deketin dia juga masih cukup besar. Walaupun dia udah pacaran, tapi ya masih terbuka lah. Karena kayanya dia ga suka-suka amat sama cowoknya. Cowoknya jauh lebih tua dari dia dan garing. Mukanya juga masih gantengan gua. cowoknya lebih mirip karakter bapak-bapak yang dizolimin di FTV indosiar.

Masalah besar yang gua hadapin adalah dia sama cowoknya satu kantor, di mana dia setiap hari ketemu. Bahkan satu department, di mana harus komunikasi setiap hari. Walaupun dia akhirnya bakal putus, pasti ga berlangsung lama. Karena akan lebih sulit putus dari orang yang sering ketemu dan mau ga mau jadi teman dan mau ga mau harus saling kasih empati lagi.

Tapi bukan gua kalo ga berjuang terus-terusan. Gua mulai menyusun rencana untuk seenggaknya bisa ngobrol bareng sama dia. Dia cukup aktif di kelas, jadi kemungkinan untuk bisa nyari bahasan agak sedikit lebih mudah. Dia juga sering di notice oleh dosen-dosen, tapi lama kelamaan itu malah bikin gua curiga jangan-jangan dosen juga tertarik sama dia.

Obrolan pertama gua akhirnya muncul setelah gua mulai mencoba untuk ngechat dia. Satu hal yang akhirnya menunjukan dia sangat kurang dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Terbukti saat gua memperkenalkan diri gua di chat dan dia menjelaskan perspektif dia tentang gua dengan pengambaran yang aneh.

“Aa tuh, Aa yang elu gua itu kan” celetukan dia di whatsapp yang seketika membuat gua berhenti dan mencoba berfikir. Ini cewek ngomong apa si? ini ga lebih baik dari penggunaan Bahasa burung beo yang belajar ngomong dan ga ngerti apa yang dia omongin. Akhirnya gua bales dong “Aa yang elu gua tuh maksudnya apa si?” Terus dia jawab “Aa yang kalo ngomong pake elu gua.” Mungkin kalian bertanya kenapa itu bisa jadi sangat terlihat menggambarkan gua. Karena di kelas gua, mayoritasnya menggunakan Bahasa yang lebih baik, di mana mereka menggunakan aku-kamu. Jarang yang menggunakan Bahasa orang Jakarta. Bahkan mereka yang laki-laki banyaknya menggunakan Bahasa Jawa, mungkin karena Bekasi cukup banyak orang perantauan dari Jawa.

 

 

Gaya ngomong dia sih agak menunjukan cara berfikirnya yang kayanya sih cenderung tertinggal. Tapi gua tetep suka, apalagi dengan semua pesona dan tingkah lucunya dia. Dia mungkin bukan orang yang cukup pintar dan bisa diajak diksusi masalah berat. Tapi dia bisa membuat gua seneng hanya gara-gara dia ngomong ngelantur dan akhirnya gua ketawa.

Setelah chat gua yang cukup singkat dan jawaban dia yang cukup aneh akhirnya kita mulai rajin chatingan. Membahas beberapa hal tentang dia dan gua. Gua belom bisa ngajak dia jalan sih, tapi seenggaknya progressnya lumayan dengan chat dan interaksi di kampus yang intens. Walaupun gua ga menunjukan ketertarikan gua terhadap dia dan sebaliknya.

Hari ini di kampus ada presentasi kelompok, Kory ga masuk padahal jadwalnya dia presentasi adalah hari ini. Sisa dua orang yang satu kelompok sama dia, Mona dan Qisti. Mereka sudah menyiapkan materi sejak dua minggu yang lalu. Mereka patut diakui sebagai kumpulan orang-orang rajin. Sejak ada tugas mereka bergerak cepat untuk bisa nyelesain semuanya, supaya pas hari-H mereka tinggal eksekusi. Dan ini sangat bertentangan dengan gua yang apa-apa harus mendekati deadline, gua ga bisa ngelakuin sesuatu dengan sesegera mungkin. Bukan karena gua males, tapi karena gua sangat menerapkan system first in first out. Ya semua itu alesan, gua males, jadwal gua buat nonton film di Netflix, baca novel-novel Ziggy yang belom gua selesaikan, streaming Celtics di NBA playoff dan streaming Liverpool menuju gelar juara yang ke 19nya ga bakal gua tinggalin.

Ketidak hadiran kory ternyata jadi masalah besar buat Pak Nandang, Dosen yang cukup disiplin. Orang-orang bilang dia killer, gua ga mau pake istilah itu. Karena segalak-galaknya Dosen selalu normal-normal aja sebenernya, paling juga susah ngasih nilai bagus atau kalo nggak ngasih tugas yang numpuk. Nggak yang pas ngajar tiba-tiba dia bisik-bisik terus mulai gigitin telinga lu ampe abis. Kory ga hadir karena dia semalem sibuk lembur di tempat kerjanya, berdasarkan postingan dia terakhir jam 22.00 di whatsapp. Mungkin dia masih tidur sekarang. Untuk membuktikan hipotesa gua, gua chat Kory.

To Kory :

Kory, kamu ga masuk?

From Kory :

Iya A, aku ga kuat berangkat. Kecapek-an kayanya

To Kory :

Terus presentasi gimana?

From Kory   :

Ga tahu aku juga, mungkin aku di kosongin aja nilainya.

To Kory :

Jangan dong, masa kamu udah capek-capek ngerjain juga

From Kory   :

Lihat selengkapnya