The Mysteries of The Falls at Zucker's Palace.

nandini s
Chapter #4

Disappear.

Cuaca hari ini memang sangat cocok untuk latihan berkuda. Sebenarnya hari ini bukan jadwal dirinya untuk berlatih, tetapi karena gadis itu telah mengatakan kepada Viona bahwa dirinya dan juga Gaffin akan latihan berkuda, apa boleh buat? Maka ia harus melakukan nya agar ibunya tak mencurigai dirinya. Mmm… atau bahkan ibunya ingat bahwa hari ini bukan jadwal untuk berlatih… argh entahlah. 

Gadis itu berjalan duluan, meninggalkan Gaffin yang sepertinya masih mengingat kejadian sebelumnya. Pipi Claudia memerah karena ucapan lelaki itu, ah senang sekali bagi Gaffin rasanya. Mungkin ini adalah sebuah awal yang baik untuk membuat gadis itu benar-benar jatuh cinta kepadanya.

“Hey!”

Panggilan dari Claudia membuyarkan lamunannya. Lelaki itu tersadar dan akhirnya menatap lurus kearah gadis yang tengah berdiri tepat didepan pintu masuk latihan berkuda.

“Apa kau akan terus-terusan berdiri disana?” Tanya Claudia sembari melipat kedua tangannya, “Baiklah, akan ku kunci pintu ini agar kau tak bisa masuk.”

Belum sempat gadis itu mengunci pintu, Gaffin sudah melesat cepat masuk kedalam. Lelaki itu menyengir lebar sebelum akhirnya berseru, “Ayo! Aku tak sabar melihat seorang putri kerajaan Zucker mengendarai kuda!”

Kini karena lelaki itu berada tepat disamping Claudia. Gadis itu pun hanya meliriknya sembari berkata, “Kau akan mengetahui keahlianku.” Ujar Claudia tersenyum licik.

Gaffin mangut-mangut, “Baiklah.. akan kupastikan kekalahanmu.” Ujar nya tersenyum meremehkan.

Claudia maju selangkah, hanya menyisakan jarak sejauh 1 m dengan lelaki itu, “Kau?” Gadis itu menunjuk Gaffin dengan jari telunjuknya, “..menantangku?” kemudian berbalik menunjuk dirinya sendiri sembari tertawa kecil.

Yang ditunjuk hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali.

“Baiklah,” Claudia menyetujuinya, “Akan kuterima tantanganmu.” Ujar gadis itu dengan nada sedikit dongkol, kemudian ia melenggang pergi meninggalkan Gaffin, menyisakan senyuman indah yang terukir di sudut bibir lelaki itu.

***

Saat ini mereka berdua sudah menaiki masing-masing kuda milik kerajaan Istana Zucker. Claudia menaiki kuda berwarna putih, sedangkan Gaffin menaiki kuda berwarna hitam. Dua kuda ini merupakan kuda kesayangan milik gadis itu, yang sebelumnya juga pernah dinaiki oleh Arthur.

Gadis itu sengaja tak memberi tahunya, mengingat kejadian sebelumnya saat membahas Arthur lelaki itu bahkan tak menjawab pertanyaannya, dari raut wajahnya dapat terlihat jelas bahwa lelaki itu tak menyukai Arthur.

“Mengapa kau melihatku seperti itu?”

Gaffin, sepertinya lelaki itu sadar bahwa diri nya sedari tadi diperhatikan oleh gadis itu. Claudia pun buru-buru memalingkan wajahnya.

“Apa... kau ingin memohon kepadaku?” Gaffin berujar lagi, membuat gadis itu menatap kearahnya dengan tatapan tidak suka, “Pangeran Gaffin, aku ingin menyerah saja.” Lelaki itu mempraktekkan tata cara gadis itu berbicara.

Jelas, hal itu membuat Claudia meledak. Gadis itu benar-benar kesal, dan bersumpah akan melemparkan tubuh lelaki itu ke dasar jurang.

“Sebaiknya, kau jangan terlalu bersemangat, pangeran Gaffin.” Itulah kalimat yang Claudia lontarkan, sebelum akhirnya ia memasangkan helm pelindung dikepalanya, “Aku takut kau akan jatuh sakit, saat keberuntungan tak berpihak kepadamu.”

Lelaki itu hanya tertawa kecil menyepelekan, dan segera bersiap-siap.

Berhubung mereka tak memiliki wasit, tak ada pilihan lain selain mengubah seekor kelinci yang baru saja lewat, menjadi layaknya manusia yang berprofesi sebagai seorang wasit sungguhan. Tentu nya hal itu membuat Gaffin terkesima dengan kekuatan yang gadis itu miliki, tetapi lelaki itu bersikap biasa saja agar sang gadis tersebut tak meroket.

Setelah keduanya telah selesai, pertandingan pun segera dimulai.

Sang wasit memberikan sebuah aba-aba sembari memegang sebuah bendera kecil yang ia pegang ditangan kanan nya, beberapa detik berikutnya ia pun melayangkan bendera tersebut ke udara sebagai pertanda bahwa pertandingan telah dimulai.

Lihat selengkapnya