The Mysteries of The Falls at Zucker's Palace.

nandini s
Chapter #5

Memory Flash.

Gaffin kembali ke Istana tanpa Claudia. Lelaki itu merutuki kebodohan dirinya sendiri. Tak seharusnya ia membiarkan gadis itu tertinggal jauh. Andai saja hal bodoh untuk memenangkan pertandingan tak terbesit dipikirannya, pasti Claudia masih bersama dengannya sampai detik ini.

Lelaki itu mengikatkan kuda yang ia tunggangi di sebuah tiang belakang Istana. Ia sempat bertemu dengan Hippogriff yang membawa dirinya ke Istana Zucker. Sang Hippogriff bahkan menyapa diri nya tetapi lelaki itu tak menghiraukan nya. Ia masih memikirkan bagaimana cara mencari Claudia, tanpa ia sadari bahwa Hippogriff lebih memiliki wawasan yang luas dibandingkan diri nya.

“Hey, Yang Mulia!” Seru Hippogriff karena Gaffin berlalu begitu saja dari hadapannya, “Kapan kita akan kembali ke Istana?” Lanjutnya lagi saat ia tak mendengar sahutan dari lelaki itu.

Tetapi Gaffin memilih tak menghiraukannya, ia terus melangkahkan kakinya masuk kedalam Istana. Apa yang harus ia katakan kepada Viona dan juga Zucker, mungkin mereka akan memenggal kepala lelaki itu.

Dibukanya pintu itu perlahan, lelaki itu tersentak saat melihat seseorang yang sangat ia benci. Maksudnya, ia sangat membenci sifat dari orang tersebut. Angkuh, dan gemar sekali tebar-tebar pesona didepan semua wanita.

“Claudia sedang berlatih kuda dengan Pangeran Gaffin, Pangeran Arthur.” Viona berbicara dengan lelaki itu, putra dari kerajaan Mercia. Gaffin hanya menatap mereka dari depan pintu.

Saat Zucker menyadari keberadaan Gaffin disana, buru-buru ia memanggilnya, “Kemari lah, Pangeran Gaffin.” Pria tua itu menggerakkan tangannya sebagai sebuah kode untuk menyuruh lelaki itu datang menghampiri mereka. Gaffin menurut, dengan ragu ia pun berjalan kesana.

“Dimana, Claudia?”

Gaffin terbelalak saat Viona melontarkan pertanyaan itu kepadanya. Apa yang harus ia katakan? Ah bagaimana pun lelaki itu harus memberitahu kedua orang tua Claudia. Semua orang disana mengarahkan perhatian penuh kepada Gaffin, wajahnya benar-benar lesu, berharap lelaki itu tidak mengatakan hal buruk.

“Di-a meng-hilang, Ratu Vio-na.”

Wanita itu tampak ketakutan, ritme jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia menyambar tangan lelaki itu dengan cepat, tubuhnya gemetaran, “A-pa mak-sudmu meng-hilang, Pa-ngeran Ga-ffin?”

“Saat kami tengah melakukan pertandingan berkuda, a-aku tak melihatnya berada dibelakangku lagi,” Ucap lelaki itu penuh penyesalan, ia jatuh berlutut sembari menetaskan air mata, “Ma-afkan aku, Ratu Viona.”

Tanpa disadari bahwa semua orang diruangan itu terkejut, bagaimana mungkin gadis itu bisa menghilang ketika masih disekitaran Istana Zucker. Viona tak kuasa menahan air yang sedari tadi ingin menetes, satu kedipan dari matanya berhasil membuat air itu lolos dan terjatuh melewati pipinya.

Pergerakkan dari Zucker membuat orang-orang disana menoleh, “Ka-u ma-u ke-mana, suami-ku?” Tanya Viona disela ia menarik nafasnya.

“Mencari Putri kita.”

***

Lihat selengkapnya