Dahulu kala, disebuah negeri sebelah selatan perancis, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Wilson. Ia mempunyai seorang putra yang berusia 18 tahun, dan rumor mengenai putranya yang akan dilantik menjadi seorang raja sudah beredar luas dengan amat sangat cepat di seluruh penjuru kerajaan.
Tampan, bijaksana dan juga pemberani menjadi nilai plus sang putra untuk membuat seluruh rakyat kerajaan mengidolakannya. Ia amat sangat ramah, dan tak pernah sekalipun bersikap angkuh seperti layaknya seseorang yang barusaja memenangkan sebuah lotre undian.
Hari ini Kerajaan Wilson memiliki undangan khusus dari kerajaan Zucker, jamuan pertemuan keluarga untuk membahas mengenai perjodohan antara putranya dengan putri tunggal kerajaan Zucker.
“…apakah kau sudah selesai?”
Saat seseorang memanggilnya, lelaki itu tengah berdiri tepat didepan cermin, membenarkan tatanan dasi kupu-kupu yang terpasang dilehernya. Setelahnya, ia mendongakkan kepalanya, menatap kearah cermin, menampilkan seorang wanita setengah tua bergaun putih dengan rambut yang ditata rapi, berdiri didepan pintu sembari memperhatikannya.
Gaffin berdehem, sebelum akhirnya mengangguk, “Ya, Bu. Aku sudah selesai.”
Seseorang yang ia sebut Bu, merupakan Ibunya. Ratu Elizabeth. Wanita yang dinikahi oleh ayahnya sejak 17 tahun silam.
Sesaat kemudian, lelaki itu memutar tubuhnya, “Dimana, Ayah?” Gaffin menaikkan salah satu alisnya sembari memiringkan kepalanya, lalu menatap kearah pintu, “Aku… tidak melihatnya?”
“Ayahmu sedang memerintah prajurit untuk menyiapkan kendaraan yang akan kita gunakan,” Elizabeth mengulum senyum, membuat lelaki itu mengerutkan dahinya.
“Apa yang salah denganku?” Tanya Gaffin sedikit gugup. Apakah ini karena pakaiannya?
Elizabeth tersenyum, merangkul dan menuntun putranya untuk membawanya kembali kedepan cermin. Memperlihatkan sosok Ibu dan juga seorang anak lelakinya yang amat sangat mempesona.
“Anakku sudah tumbuh besar, kau begitu tampan seperti ayahmu,” Elizabeth semakin mengeratkan rangkulannya dan tersenyum dengan gemas, “Bahkan kau punya sifat yang sama persis dengan ayahmu.”
Tanpa disadari senyuman kecil terukir disudut bibir lelaki itu.
“Ibu harap perjodohanmu bisa berjalan lancar seperti Ibu dan Ayah,” Ujar Elizabeth tulus, matanya tampak berkaca-kaca, “Ibu yakin.. pilihan ayahmu adalah yang terbaik.”
Elizabeth melepaskan rangkulannya, memutar tubuh putranya agar berhadapan dengannya. Wanita setengah tua itu sedikit mendongak, “Argh…. kau begitu tinggi ternyata,” Elizabeth memutar bola matanya, mencari-cari sebuah benda yang bisa ia gunakan agar tubuhnya lebih tinggi dari putranya, “Apakah ibu harus berdiri diatas kursi itu?” Pandangannya berhenti tepat pada sebuah kursi yang ada disampingnya.
Gaffin tertawa melihat tingkah Ibunya. Sesaat kemudian tubuh Elizabeth yang melayang diudara, karena ulah dari putranya membuat kedua pupil matanya melotot kaget, “Bahkan sekarang ibu lebih tinggi dariku.”
“GAFFIN! TURUNKAN IBU!!!!”
***
Seluruh prajurit istana sudah menyiapkan sekitar 6 Hippogriff yang akan mereka gunakan untuk menuju ke kerajaan Zucker. Diketahui bahwa menuju kerajaan Zucker harus menempuh waktu yang cukup lama, karena melewati hutan lebat dan juga kabut tebal, mata akan sangat sulit untuk menjangkau hal itu, maka Wilson pun memutuskan untuk menaiki Hippogriff. Ia juga sudah memberitahu agar setiap orang yang ikut harus memakai jubah kerajaan serta penutup hidung dan mulut.
Halaman belakang istana digunakan untuk meletakan para Hippogriff ini, Raja dan Ratu naik berbarengan, Gaffin menaikinya sendiri, dan sisanya adalah para prajurit Istana yang ikut serta untuk melindungi mereka selama diperjalanan.