Hippogriff mendarat dengan sempurna tepat dihalaman belakang milik kerajaan Zucker. Wilson, Elizabeth, Gaffin serta para prajurit kerajaan pun segera turun.
Apa yang dikatakan oleh Hippogriff masih terngiang-ngiang dipikiran Gaffin. Benar-benar tak masuk akal. Tetapi lelaki itu tak boleh percaya 100% dengan ucapan Hippogriff, bisa saja dia berbohong.
“Selamat bersenang-senang, Yang Mulia.” Hippogriff terkekeh pelan, “Kau akan terkejut jika sang putri mengubahmu menjadi seekor kodok.”
Argh.. Hippogriff ini benar-benar menyebalkan. Lihat saja setelah pulang nanti, akan kupatahkan lehermu. Lelaki itu membatin, sebelum pada akhirnya meninggalkan Hippogriff yang masih tertawa geli.
Masih dengan Jubah, penutup mulut, hidung yang terpasang apik ditubuhnya dan juga wajahnya, mereka memasuki kediaman kerajaan Zucker.
Pintu Istana terbuka, memperlihatkan bahwa keluarga Zucker sudah menanti kehadiran mereka. Keluarga Wilson pun masuk kedalam, dan disambut baik oleh mereka.
“Selamat datang di Istana Zucker, Raja Wilson.” Pria dengan style baju bangsawan itu berjalan maju mendekati Wilson, menjabat tangannya sembari tersenyum.
“Terima kasih, Raja Zucker.“ Wilson tersenyum dan mambalas jabatan tangannya dengan Zucker.
“Ini adalah istriku, Ratu Viona.” Zucker memperkenalkan wanita yang berdiri tepat disampingnya. Viona pun tersenyum sembari menundukkan kepalanya untuk beberapa saat, “Terima kasih telah datang ke Istana kami, Raja Wilson. Aku sangat senang atas kehadiran kalian.”
“Baik, tak masalah. Ini sudah hal yang kita rencanakan bukan?” Wilson tertawa pelan, membuat semua orang yang ada diruangan itupun ikut tertawa, “Ini istriku, Ratu Elizabeth dan ini adalah putraku, Pangeran Gaffin.”
Elizabeth menundukkan kepalanya sembari tersenyum, begitu juga dengan Gaffin, lelaki itu menundukkan kepalanya, dengan tangan kiri yang ia letakkan dibelakang punggung dan tangan kanan yang ia letakkan didepan dada.
“Wow! Kau begitu.. tampan.” Ujar Viona antusias, “Claudia… akan sangat senang jika bertemu denganmu. Sayangnya dia lagi berdandan, kau harus sabar menunggunya oke?”
Gaffin menundukkan kepalanya, “Terima kasih, Ratu Viona,” Ia mengangkat kembali kepalanya, dengan wajah yang kebingungan ia pun bertanya, “Tapi.. siapa itu Claudia, Ratu Viona?”
Tiba-tiba Wilson tertawa hambar, membuat semua orang langsung mengalihkan pandangan kearahnya, “Aha..aha..aha, jangan bercanda kau.. Pangeran Gaffin, itu.. adalah Putri keluarga Zucker.. calon tunanganmu.”
Wilson melirik putranya dengan seksama, mengerutkan sedikit dahinya. Seperti tersadar bahwa ayahnya akan marah, ia pun ikut tertawa, “Oh iya! Aha..aha..aha, Bagaimana mungkin aku bisa lupa, maafkan aku… Ratu Viona, Raja Zucker.” Lelaki itu menundukkan kepalanya untuk beberapa kali.
Ratu Viona melayangkan tangan kanannya secara lentik, lalu menatap suaminya sembari tersenyum kikuk, “Tak apa, mungkin… kau juga masih shock dengan perjodohan ini kan, Pangeran Gaffin?”
“Tidak, aku… tidak shock, Ratu Viona. aku… aku bahkan sangat menantikan.. hal ini.” Gaffin menjawab asal, senyuman kikuk terukir disudut bibirnya.
“Ah baiklah kalau begitu,” Ujar Zucker menyudahi, “Lebih baik kita makan, kami sudah menyiapkan makanan khusus dari pelayan terbaik kami untuk kalian.” Zucker dan Viona bergegas menuju ke meja makan, begitu juga dengan keluarga Wilson yang mengikutinya dari belakang.
***
“Et sicut mandatum.” (mantra untuk menghipnotis seseorang)
Gadis dengan gaun berwarna putih itu tengah berada didalam kamarnya, duduk bersandar sembari meluruskan kakinya, dan menggerakkan jari telunjuknya secara berulang-ulang dengan mantra yang masih ia pilah.
Ya benar, gadis itu adalah Claudia, Putri tunggal dari kerajaan Zucker. Saat ini, ia tengah memikirkan mantra yang pas untuk ia gunakan kepada calon tunangannya itu. Jujur, ia tak suka jika harus dijodohkan seperti ini. Ia ingin menemukan cinta sejatinya sendiri. Mengapa ayah dan ibunya begitu keras terhadapnya?