Gadis yang berada didalam kamarnya itu, membuka matanya secara perlahan. Menatap langit-langit kamar. Kepalanya benar-benar terasa sangat sakit, ia bahkan sempat memegangi kepalanya selama beberapa detik.
Merenggangkan otot lehernya kekanan dan kekiri. Lalu, memperhatikan keadaan sekitar. Betapa terkejutnya saat matanya menangkap seorang lelaki sedang tidur di kursi panjang berbalut busa miliknya.
“PANGERAN GAFFIN!”
Teriakan histeris dari gadis itu berhasil membuat Gaffin terlonjat kaget dan reflek melompat dari tempat yang ia tiduri sebelumnya. Lelaki itu terkejut dan langsung membulatkan kedua matanya saat melihat gadis itu berdiri diatas tempat tidurnya, menatapnya dengan tatapan bak harimau yang ingin menerkam mangsanya.
“Apa yang kau lakukan dikamarku?!”
Setelah berpikir selama beberapa detik dan pada akhirnya tersadar, Gaffin kembali lagi ke tempatnya semula, menguap sembari menutup mulut dengan kedua tangannya, dan segera tidur kembali. Seperti tak terjadi apa-apa.
Sedangkan Claudia, gadis itu makin terlihat emosi. Seperti benar-benar ingin meledak. Ya, gadis itu tahu mereka akan ditunangkan tetapi bukan berarti lelaki itu bebas tidur dikamar kesayangan miliknya.
Gadis itu pun turun dari atas tempat tidurnya, menghampiri Gaffin yang sudah memejamkan matanya, “Keluar. Dari. Kamarku. Sekarang. Juga!” Perintah Claudia, kalimatnya penuh dengan penekanan disetiap kata-katanya.
Melihat lelaki itu tak menggubris ucapannya, gadis itu pun menarik kasar tangan dan juga kaki lelaki itu, tetapi usahanya sia-sia saja, lelaki itu masih setia memejamkan kedua mata sembari melipat kedua tangannya didepan dada pada posisi itu.
Kalau kau tak mau bangun juga, akan ku keluarkan kau secara paksa dari kamarku ini.
Claudia menyeringai. Beberapa detik berikutnya, gadis itu menggerakkan jari telunjuknya sembari mengucapkan sebuah mantra.
“Aliquis cast.” (Mantra melayangkan seseorang.)
Ya, kali ini ia tidak salah sasaran. Gadis itu menggerakkan jari telunjuknya keatas, lalu mengarahkannya kearah kiri. Ia memberi jeda selama beberapa detik, sebelum pada akhirnya ia menghempaskan tubuh lelaki itu ke depan pintu dengan kasar.
Setelahnya ia berjalan secara perlahan kearah pintu, menutup sebagian pintu kamar dan mengeluarkan sedikit kepalanya untuk memperhatikan lelaki itu. Gaffin kaget saat menyadari bahwa ia barusaja dilemparkan, badannya terasa remuk, lelaki itu pun menatap kearah pintu.
Claudia terkekeh pelan saat Gaffin menatapnya tajam, matanya tampak berapi-api, “Maaf, Pangeran Gaffin… aku tak bermaksud melakukan hal itu padamu...” Gadis itu mengangkat kedua bahu dan juga tangannya sembari mengerucutkan bibirnya, sebelum pada akhirnya menarik kembali kepalanya kedalam dan menutup pintu kamarnya.
***
flashback
Gaffin memutuskan untuk bermalam di Istana Zucker. Lelaki itu menyuruh kedua orangtuanya untuk kembali ke Istana tanpa dirinya. Dengan senang hati, Wilson mengiyakan permintaan dari putranya. Begitu juga dengan Zucker dan Viona, mereka memperbolehkan lelaki itu untuk menemani putrinya.
Gaffin sudah mengatakan kepada Zucker dan Viona bahwa Putri mereka, Claudia tiba-tiba saja pingsan. Tetapi, ia tak mengatakan alasan Claudia pingsan karena ingin membahayakan dirinya. Kasihan melihat gadis itu, jika kedua orangtuanya mengetahui niat buruk yang akan dilakukan kepadanya.