The Mystery of Country

Najwa Rana
Chapter #3

Amerlie Agerson

Di pagi hari yang cerah di kota Geralda Ruins, di sebuah pasar tradisional yang masih rapi dan bersih. Ada seorang ibu yang sedang berjalan – jalan di sekitar pasar. Ibu tersebut membawa sebuah tas yang cukup besar dan terlihat mewah, sehingga menarik perhatian seorang penjambret kemudian diam – diam membuntutinya. Tepat saat ibu itu hendak keluar dari pasar, penjambret itu pun berlari, dan menjambret tas milik ibu tersebut. Seketika ibu itu panik dan berteriak minta tolong, warga sekitar bersama satpam ikut membantu ibu tersebut mengejar sang penjambret.

Bersimpangan dengan arah lari si penjambret, Ray sedang dalam perjalanan menuju pusat kantor polisi mengendarai mobil bersama sopirnya. Ketika melihat si penjambret “Berhenti” ujar Ray, iapun keluar dan menangkap si penjambret. Namun tak disangka si penjambret rupanya membawa sebuah belati dan mengarahkannya pada Ray, dengan sigap Ray menangkisnya, dan segera menjatuhkannya, ”Berhenti kau di tangkap” ujar Ray.

“Lihat penjambret itu sudah di tangkap” ujar salah satu warga. “Ray? ah, terima kasih atas bantuannya jendral ujar salah satu polisi sambil memberi hormat, polisi lain pun ikut memberi hormat. “Ya, sudah menjadi tugasku, apa ada yang punya tali atau borgol?” tanya Ray, kemudian salah satu polisi memberikan borgolnya.

“Siapa pemilik tas ini?” tanya Ray, kemudian ibu yang di jambret pun maju kedepan, “Tas itu miliku, terima kasih, tapi boleh aku tau siapa dirimu?” tanya ibu itu. Ray pun tersenyum, “Aku Ray Waverly, anak ke-4 dari 7 bersaudara, menteri pertahanan negri ini” ujar Ray.

Tak jauh dari lokasi ada seorang gadis remaja bertubuh tinggi, memakai jaket biru dongker, celana hitam ketat dan menggunakan masker warna hitam dan topi. “Ada apa ini?” tanya gadis itu, “Oh, ada Jendral Ray, oh ya tuhan di tampan sekali” ujar salah satu gadis di kerumunan itu. Gadis bermasker hitam itu pun datang ke arah kerumunan itu, dan melihat Ray dari kejauhan. “Hmm…ternyata salah satu rival keluarga kami datang ya? Aku harus memberitahukannya pada seluruh saudaraku – saudaraku ” gumam gadis itu sambil tertawa kecil. Kemudian memfoto Ray.

Gadis itu pergi ke apartemennya, dan langsung mengemasi barang – barangnya, lalu keluar menaiki taksi menuju stasiun. Sesampainya disana dia menuju loket untuk boarding pass dan check in, kemudian masuk dan menunggu kereta datang. “Kereta A21 dari Geralda Ruins menuju Sabana Delapaz akan segera datang pada peron jalur 2”. Gadis itu pun segera bersiap masuk ke dalam kereta.

Setelah 3 jam keretapun sampai Sabana Delapaz, lalu naik taksi selama 15 menit sampailah di sebuah gerbang yang cukup besar dan begitu banyak penjaga yang mengenakan jas dan kaca mata hitam. Ia pun berjalan menuju gerbang itu, “Siapa kau apa ada keperluan dengan nona Funny Cat?” ujar salah satu penjaga tersebut. “Kalian lupa aku ya? Aku Kayla Gerald adik dari Adeline, atau yang kau sebut sebagai Funny Cat” ujar Kayla sedikit angkuh, sambil melepas maskernya. “Maaf nona, tapi lain kali tolong jangan sebut nama asli Nona Funny Cat, jangan sampai ada orang asing mendengarnya. Ada mobil untuk membawamu ke rumah Nona Funny Cat, dan beberapa penjaga untuk menemanimu” ujar salah satu penjaga. Kayla pun masuk kedalam mobil itu.

Halaman Rumah Adeline memang sangat besar dan mewah sengaja di buat agar tak ada sembarangan orang yang mengetahuinya dan memberitahukannya pada pemerintah. Begitu masuk kedalam rumahnya yang sangat besar dengan bagian depan rumahnya terdapat Casino, namun sebenarnya Adeline tidak pernah benar – benar tinggal di Sabana Delapaz, Dallesca Lothia. Rumah itu hanya cabang usahanya.

Adeline adalah seorang pengusaha yang sangat licik. walaupun terkenal dengan pebisnis muda, gadis ini sudah memiliki sebuah perusahaan besar bernama Funny Cat, yang memproduksi berbagai senjata, alat transportasi, dan berbagai alat elektronik. Dia bahkan sudah punya beberapa pelanggan setia dari berbagai negara tapi dia selalu menutupi identitasnya dan meminta orang memanggilnya nona Funny Cat.

Begitu masuk Kayla tertawa kecil begitu melihat pesta besar yang di dalamnya terdapat sekumpulan orang bodoh yang mabuk – mabukkan dan bermain judi. Mereka sebenarnya tidak sadar bahwasanya mereka masuk kedalam perangkap kematian kakaknya yang tak akan pernah bisa kembali. Mereka tidak akan pernah sadar dan terus bermain judi dam mabuk – mabukkan sampai mereka mati. Untungnya kakaknya tidak sekejam yang lainnya, dia akan mengirim jasad – jasad orang mati itu kedalam tempat yang terjadi kecelakaan besar, misalnya seperti rumah yang terbakar sehingga agar orang akan mengira mayat itu adalah korban ke bakaran.

Lihat selengkapnya