The Mystery of Country

Najwa Rana
Chapter #4

Hello Nice to Meet You

Rabella Rossa, umur 21 tahun, akan mengikuti kuliah umum. Pagi yang cerah, Rabella berlari bersama temannya Mira. Mereka berfikir sudah hampir terlambat masuk kelas, sehingga berlari – lari di koridor kelas. “Hei! Mira, tunggu aku!” ujar Rabella, namun Mira terus berlari semakin jauh. “Bruuk”, tiba – tiba Rabella menabrak seseorang di depannya, dan ternyata itu Ray, sehingga buku – bukunya terjatuh. “Ah maaf – maaf” ujar Rabella terburu – buru, “Biar aku bantu” ujar Ray, “Ah, terimakasih” ujar Rabella kemudian kembali berlari. “Mira tunggu!!” ujar Rabella sambil berteriak.

Sesampainya di sana, Rabella pun duduk di samping Mira. “Hei, kau ini kenapa berlari secepat itu udah gitu aku di tinggal lagi” ujar Rabella dengan nafas yang masih terengah – engah. “Ya deh maaf habis takut telat lagi, BTW Ciee tadi aku lihat kamu nabrak Cogan ya?” tanya Mira. “Nggak tau deh, tadi aku emang nabrak orang sih tapi gak tau deh itu orang ganteng atau nggak, emang kenapa?” tanya Rabella polos. “Ih, kamu gak tau ya? tadi aku liat kamu nabrak Ray, si mentri pertahanan yang ganteng itu lhoo….” ujar Mira.

“A…Apa kau serius?!!” tanya Rabella, “Iya beneran!” ujar Mira, “Kenapa Ciee, kau jatuh hati padanya? Oh, sepertinya akan jadi kisah yang menarik antara seorang gadis yang terpopuler di kampus ini, yang selalu di lamar banyak pria dan selalu menolaknya, kini jatuh cinta dengan pria berambut jingga berbadan kekar dan seorang jendral, akankah mereka bisa bersatu? Kyaa” ujar Mira sedikit berteriak. “Mira tutup mulutmu!” ujar Rabella.

Tiba – tiba dosen pun masuk bersama Ray di belakangnya, seketika semua orang langsug berbisik – bisik, “Harap tenang semuanya, hari ini Ray akan ikut kuliah bersama kalian, sambil mengawasi kota kita, dia ingin melanjutkan pendidikannya” jelas dosen. “Mohon bantuannya” ujar Ray dengan senyum yang manis, kemudian ikut duduk bersama lain. Ketika pelajaran di mulai, Aura Ray yang ramah berubah kembali menjadi dingin, tatapannya kembali tajam, ia terlihat sangat serius memperhatikan dosen.

“Wah, lihat itu awal masuk tadi kelihtana ramah kok sekarang kelihatan dingin lagi ya? “ ujar Mira. “Itu artinya dia tau betul mana waktu untuk serius dan mana waktu untuk bersantai, bukankah tipikal seseorang seperti itu bagus” jelas Rabella. “Yah aku gak menyangka juga sih, ternyata dia masih muda bahkan masih seumuran dengan kita, kayaknya dia bakal jadi yang paling pintar di antara kita” ujar Mira. “Kau ini tidak pernah membaca sejarahya? Atau tak ada seorangpun yang menceritakan bagaiman kehidupan mereka berjalan ya?” sindir Rabella. “Ya tau lah!” balas Mira.

10.00 A.m

Waktu itu sedang istirahat, Ray nampak dengan mudah berbaur dengan yang lainnya dalam sekejap dia sudah punya banyak teman. “Lihat itu! Sepertinya dia mudah untuk berteman dengan orang lain, jadi yang kau perkirakan itu tidak benar” ujar Mira. “Yah, tauk deh terserah kamu, kalo udah ngeliat Cogan otaknya langsung bekerja” sindir Keisya. “BTW Ra, kamu lagi ngapain sih?” tanya Mira, “Ini, banyak banget pria yang ngechat aku mulu” gerutu Rabella. “Maklum sih, kamukan cantik jadi banyak yang naksir, kalo hidup kayak gitu diajak dinner mulu ya sebagai kencan pertama bagi si pria, kamu itu hidup enak banget ya? yang naksir cowok- cowok ganteng kaya lagi, kan lumayan makan enak tapi gratis” ujar Mira.

“Tapi, kayaknya kok Ray sama sekali gak lirik kamu ya?” tanya Mira. “Hei Mira, jangan samakan seorang jendral dengan playboy. Ray kemari hanya untuk mengawasi dan menangkap si teroris kau taukan apa yang teroris itu lakukan sampai Ray turun tangan? Dia nyaris menghancurkan kota Geralda Ruins. Aku yakin pasti teroris itu yang membuat suara – suara hipnotis yang membuat sebagian masyarakat berubah menjadi Pyscopath dan membunuh warga lain. Dan ada juga seorang wanita misterius yang menyanyi di balai kota yang membuat beberapa orang menjadi gila, sesosok gadis remaja itu menggunakan jubah hitam dan tak ada satupun polisi yang dapat menangkapnya, gadis itupun disebut Deadly Siren’s.” jelas Keisya.

“Lagi pula dia juga punya kehormatan dan harga diri” ujar Keisya. “Ya tapi kan lumayan kalo dia jatuh hati sama salah satu wanita disini bisa dapat kemewahan besar” ujar Mira. “Ya, bisa jadi, aku baru ingat salah satu kelemahan pria adalah wanita cantik, dengan begitu mungkin saja aku bisa melancarkan rencanaku” pikir Rabella.

12.30 P.m

Setelah kegiatan di kampus berakhir, Ray tampak pulang sendirian, di belakangnya Rabella mengejarnya. “Tuan Ray!!!! tunggu” ujar Rabella. ”Hm? Ada apa?” tanya Ray, “Ah…Anu, aku pernah melihat euu….Deadly Siren’s, atau apalah itu namanya, intinya seorang teroris yang melakukan ke kacauan disini” ujar Rabella. “Benarkah? Kalu begitu ayo ikut aku ke kantor polisi sekarang!” ujar Ray.

Di Markas Polisi, Rabella menceritakan semuanya tentang Deadly Siren’s, semua polisi dan Ray pun percaya dengannya. “Ya, jadi begitulah intinya aku sering melihat teroris itu di sebuah kastil itu” ujar Rabella penuh keyakinan membuat para polisi dan Ray percaya dengannya. “Kalau begitu kita awasi saja, reruntuhan Istana Geralda” usul Marry, seorang polisi wanita yang berpangkat AIPTU umur 25 tahun,. “Tapi Istana Geralda sangatlah luas dan lebar walaupun sudah hancur sebagian” ujar Rabam, teman Marry.

 “Rabella memangnya kapan terakhir kali kau melihatnya?” tanya Ray, “Istana Bagian timur, dia juga sering muncul di sana” ujar Rabella agak gugup. “Tadi dia bercerita dengan lantang, tapi ketika ditanya di mana teroris itu terakhir kali muncul di gugup, dia ini lupa atau apa?” pikir Ray yang mulai curiga. “Kalau begitu, kita coba bagi 4 kelompok saja untuk mengawasi bagian selatan, timur, barat, dan barat daya” ujar Ray. “Sungguh pilihan yang bodoh jendral” gumam Rabella sambil tersenyum licik.

Lihat selengkapnya