10.30 Pm
Malam itu terjadi pembantaian di istana Putri Vanessa. Tiga orang teroris bersama beberapa pasukan robot telah menghabisi hampir seluruh pegawai istana. Setiap ruangan telah mereka bantai, dan kini tersisa 1 ruangan yaitu ruangan sang putri. “Hehehe, aku sudah tak sabar menangkap si putri bercadar itu!” ujar Ace, “Hmp! Kita akan segera melakukannya Ace!” ujar Xavier. “Kalian pergilah duluan aku ada urusan penting di beberapa ruangan”ujar William berbalik kemudian pergi. “Hhh, memangnya kapan dia tidak meninggalkan kita?!” ujar Ace mulai kesal, “Sudahlah kita harus cepat menangkap si bocah tengik itu” ujar Xavier.
Ace pun menendang pintu ruangan sang putri, ”Ooh tuan putri~ kami datang dengan sendirinya untuk menangkap mu~”ujar Ace. Vanessapun terkejut dia pun berdiri, “Pe…Penjaga!” ujar Vanessa. “Percuma saja! Kami sudah membantai seluruh penjagamu!” ujar Xavier, “Sial! Jangan – jangan dua pria yang memakai masker itu adalah teroris aku harus kabur dari sini” pikir Vanessa. iapun merogoh sakunya dan mengeluarkan parfum, dia pun membuka tutupnya dan segera membantingnya, ternyata itu bukan parfum biasa melainkan monotov sehingga keluar asap tebal.
“Uhuk – uhuk” Xavier dan Ace pun langsung terbatuk – batuk, Ace pun membuka matanya sedikit dan melihat Vanessa menggunakan armor hendak loncat dari jendela, dan meninggalkan istana. Saat asap dari monotov itu memudar, “Hei, dimana gadis itu?! kenapa hanya ada gaunnya saja?!!” ujar Xavier, “Dia kabur dari jendela. Sepertinya dibalik gaun besarnya dia menggunakan baju pelindung”ujar Ace.
“Aku akan mengejarnya!” ujar Ace lagi, iapun berlari dan melompat melewati jendela, “Hei, kau! Tunggu kita masih~”ujar Xavier, “Tenang saja kak! ini tidak akan lama!” ujar Ace. Mereka pun terus berkejar – kejaran, “Tak peduli jalan apa yang harus aku lalui yang penting aku bisa segera lolos dari teroris itu” pikir Vanessa. Tanpa mereka berdua sadari mereka sudah berlari sangat jauh hingga ke pelabuhan, lebih tepatnya tempat pengangkutan barang.
“Sepertinya sampai kapan pun gadis ini tidak akan pernah berhenti, sepertinya aku harus mengeluarkan senjata untuk menakut – nakutinya “ pikir Ace. Ia pun mengarahkan tangan kanannya ke arah Vanessa, “Berhenti kau!” ujar Ace , “Bwooosshhh!!!!! Sraaaaakkkk!!!”, tiba – tiba ada tembakan es yang keluar dari tangannya. Untungnya dengan cepat Vanessa melompat dan berhasil menghindari serangan, “A…Apa itu?! Es!!!” pikir Vanessa. “Kalau perkiraan ku tidak salah, jangan – jangan orang ini yang membuat kehancuran di Kota Deature?!” pikir Vanessa.
Ia pun kembali ingat dengan Kota Deature yang kabarnya banyak mengalami pembunuhan, penganiyaan, dan perampokan yang disebabkan oleh rasa iri hati, diduga juga ada serangan es dan banyak patung – patung yang terbuat dari es, setelah ditelili patung itu bukan sembarang patung namun manusia yang dibekukan dan juga banyak serangan es yang membunuh banyak orang.
Vanessa tetap terus berlari sambil menghindari serangan Ace, sampai akhirnya tanpa disadari mereka berdua pun masuk kedalam bagasi kapal. “Bagus, sekarang aku malah masuk kedalam bagasi kapal! semoga kakak gak marah tau aku malah ngilang. Tapi dengan begini aku bisa lebih leluasa menghajar gadis itu!” pikir Ace, “Sial! aku malah terjebak disini! Baiklah tak ada pilihan selain melumpuhkannya” pikir Vanessa. “Hei, tuan putri! Apakah kau memikirkan hal yang sama denganku?” tanya Ace.