1 jam setelah menangani Kei yang mengamuk, Karen melapor bahwa dia sudah berhasil menangkap teroris yang berbuat kekacauan di kota. Berita itu pun sudah menyebar luas. Namun, karena penasaran dengan apa yang membuat Kei menjadi seperti itu, Karen meminta izin untuk menelitinya. Dan pada akhirnya ia di berikan izin.
Lab Caroline (salah satu lab milik Karen), 19.30 PM
“Haaah……Ternyata rumit juga kasusnya! Benar –benar menguras tenaga!” keluh Karen sambil meminum cokelat panasnya. “Tapi nona, walaupun susah bukankah bagus kita bisa mengetahui ‘penemuan’ baru ini?” ujar Ann. “Iya juga sih, tapi sepertinya robot yang ada di tangannya ini, sepertinya termasuk barang illegal, belum pernah aku lihat robot seperti ini” ujar Karen. Tiba – tiba ada suster yang membanting pintu ruangan Karen dengan sangat keras. “Nona, ada yang janggal dengan pasien! Tolong sekarang juga anda pergi ke lab!” ujar suster itu.
Karen dan Ann pun segera berlari ke lab, “Ada apa?! apa yang terjadi?!” ujar Karen. “Nona, pasien tiba – tiba terbangun dan tak terkendali!!” ujar salah satu ilmuwan. “Sigh, cepat kalian semua keluar! Panggil polisi sekarang!” ujar Karen.
Semua orang yang ada di lab berlarian keluar ruangan kecuali Karen. Ia menatap tajam ke arah Kei yang mengeluarkan banyak daging yang mulai menelan alat – alat laboratorium, dan juga merasa heran mengapa tatapan matanya jadi kosong. “Jadi ini pria yang mengeluarkan daging – daging itu, tak kusangka ternyata dagingnya semakin besar semakin cepat melahap benda lain. Untung aku selalu memepersiapkan diri” pikir Karen.
Iapun membuka bajunya dan terlihat sebuah armor yang terbuat dari silver, dan besi. Armor itu memang agak terbuka dan terlihat sangat berbeda dengan armor – armor lainnya, dengan kata lain mirip seperti baju aksi di film – film. “Aku memang sengaja membuat armornya seperti ini agar kekuatanku bisa keluar dan diatur dengan mudah.” pikir Karen. Iapun merogoh sakunya dan mengambil sebuah kotak yang berisi penuh dengan jarum besi. Iapun sedikit mendekatkan tangannya pada jarum itu, kemudian jarum itu tiba – tiba melayang.
Ia pun membuat jarum itu mengitarinya sebagai pelindung. Bersamaan dengan itu, para polisi datang dan melihat hal itu, mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat. “Ba..Bagaimana dia bisa melakukan hal itu?!” ujar salah satu polisi. “Apa yang kalian lakukan di sana?! Cepat bantu aku!!!” ujar Karen. Karen pun mulai menancapkan jarum – jarum itu ke beberapa titik di daging itu. namun ternyata jarum itu tidak terlalu mempan hanya sedikit daging yang menjadi kaku, sebagian besarnya dapat menelan jarum – jarum itu.
“Sial! kenapa malah jadi begini?! Kenapa sebagian besar jarum itu bisa di telan? Mungkinkah kalau aku celakai Kei semua ini akan berakhir?” pikir Karen. “Semuanya, serang dia dengan peluru bius!! Targetkan pada tubuhnya!” perintah Karen. Para polisi pun mulai menembakkan peluru bius itu pada Kei. Tiba – tiba kulit Kei memerah seperti daging, saat peluru bius itu sudah mulai mengenai tubuh Kei, tiba – tiba peluru itu lepas dan terjatuh.
“A..Apa pelurunya tidak mempan? Sial, apa mungkin karena dia tau? bagaimana jika aku menyerangnya diam – diam? Tak ada salahnya di coba” pikir Karen. Dia pun berlari kebelakang Kei. Kemudian mengangkat tangannya perlahan, membuat pinggir lantai bergetar dan tiba – tiba ada begitu banyak jarum keluar dari bawah lantai. Diapun mengarahkan jarum – jarum itu sehingga membentuk semacam jembatan ke atas mengarah pada Kei.
Iapun berlari menaiki jembatan itu, melompat tepat di belakang Kei dan menancapkan sebuah suntikan berisi cairan bius di bagian pundak Kei tanpa ia sadari. Perlahan Kei pun mulai melemas, daging – daging itu pun mulai bergerak lamban. Ia pun pingsan, dan kejadian itu telah berakhir.