Geralda Ruins 11.30 A.M
“Hei, Rabella kamu kenapa? Dari sejak kamu pergi ke reruntuhan istana Geralda kok kamu jadi lesu?” tanya Mira,”Kamu tuh gak tau apa yang terjadi di reruntuhan istana itu……” ujar Rabella. “Emangnya kenapa?” tanya Keisya, Rabella pun menceritakan semuanya yang membuatnya badmood. “Kau serius?! Dia beneran lakuin itu, Gilak! Kukira dia orang yang sopan, taunya bisa kelepasan juga” ujar Mira. “Selain itu kayaknya polisi yang namanya Marry itu gak suka sama kamu deh, tapi kamunya gak cari masalah sama dia kan? Kudengar dia sensi lho” ujar Keisya. “Ya enggak! Aku gak ada cari masalah sama dia, tau – tau aja dia jadi galak dan nyebelin banget, mana suaranya kayak kambing kesamber petir lagi “ujar Rabella.
“Dari omonganmu kurasa dia sudah seperti mak lampir ya Ra?” tanya Mira, “Hm….Oh! aku ngerti dia tuh iri + cemburu sama kamu kali” ujar Keisya. “Tapi Ra, tumben kamu gak bikin masalah sama orang baru, biasanya kamu selalu bertingkah menyebalkan” ujar Mira, “Nggak, aku nggak cari masalah sama tu mak lampir, tapi kayaknya aku nyebelin ke jendralnya deh” ujar Rabella polos. “Wah, gila sih” ujar Mira, “Pantesan aja kau di ‘gituin’ dianya jadi gemes sama kamu kan. Ya sudah salah mu sendiri” ujar Keisya dan Mira. “Tapi kok, aku ngerasa aneh ya ? akhir – akhir ini aku suka ngerasa deg – deggan kalo deket sama dia “ujar Rabella.
“Aku harus bagaimana…….?” tanya Rabella. “Maksudmu? Ah, tauklah kita berdua mau pergi dulu ada tugas kelompok nih” ujar Mira. “Eh, mau sekarang ? tumben amat kau jadi semangat ngerjain tugas” ujar Keisya, “Udah kita harus pergi….Jangan urusin masalah percintaan orang, ntar jadi orang ke tiga lho!” bisik Mira. “Tapi…tapi” ujar Keisya, “Udah, kau gak nyadar dia sudah jadi bucin ?!” bisik Mira. “Oh ya, satu hal lagi, tadi kamu bilang kamu satu kelompok sama Ray ya, terus anggotanya cuma kalian berdua ya?” tanya Mira, “Iya, terus kenapa? “ tanya Rabella. “Nggak, hanya mau bilang semoga gak terjadi apa – apa diantara kalian berdua” bisik Mira iseng. “Mira!!!!” ujar Rabela. “Bye…Bye…Kita pergi dulu!” ujar Mira sambil menggandeng tangan Keisya.
Beberapa menit setelah mereka berdua pergi dari kelas, Rabella pun ikut keluar kelas, kali ini sendirian biasanya dia selalu Mira dan Keisya. “Triinng…” tiba – tiba hp-nya bergetar, “Pesan dari Ray? ‘Datang ke ke Markas besar polisi sekarang’” gumam Rabella, “Padahalaku mau pulaaang T_T” pikir Rabella.
Saat itu Rabella sedang berjalan kaki di tepi jalan yang sepi. Dia memang lebih memilih untuk berjalan kaki karena Markas besar polisi tidak telalu jauh dari kampusnya. Tiba – tiba ada beberapa brandalan yang mengikutinya. “Firasatku mulai nggak enak sama orang – orang ini” pikir Rabella. “Hei, jalannya pelan – pelan dong cantik, emangnya lagi buru – buru mau ketemu siapa?” tanya salah satu dari mereka. “Mau apa kalian?!” ujar Rabella berbalik menghadap mereka, “Wah, lantang banget suaranya neng, ya…Kita cuma iseng saja” ujar salah satu dari mereka. “Hm…sepertinya hari kalian sedang sial ya? yah aku mau aja sih, sudah lama juga tak bermain” ujar Rabella tersenyum sinis.
12.00 AM Ruang introgasi
Permisi, aku Rabella Rossa Jendral Ray memintaku untuk datang” ujar Rabella pada salah satu polisi, “Oh, ya silahkan ikuti saya “ ujar polisi itu. “Dia ada di dalam ruangan ini kau tunggu saja, silahkan duduk” ujar polisi itu lagi, Rabella pun duduk. Diam – diam Rabella mengintip ruangan itu, dan melihat ada seorang pencuri yang tertangkap. “Hee…Dia lagi…Dia lagi, nggak kapok – kapok juga ya? sudah tertangkap berapa kali kau dalam kasus pencurian?” tanya Ray “Sebaiknya kita harus berikan hukuman apa kali ini jendral?” tanya salah satu polisi. “Hm….Potong saja tangannya, lalu bebaskan dia, besok kalau dia masih mencuri potong saja kakinya” ujar Ray.
Kemudian Ray mengeluarkan sebuah pedang dan memgarahkannya ke tangan sang pencuri. “To… Tolong jendral ampuni saya, sa..Saya janji takkan mencuri lagi!” ujar si pencuri ketakutan, “Seharusnya kau menyesalinya saat kami masih mengampunimu dengan memberimu hukuman – hukuman ringan” ujar Ray, kemudian ia pun mulai memotong tangan si pencuri. Rabella pun langsung berbalik dan kembali duduk dan menutup telinganya, “Arrrrgggggghhhh!!!” jerit si pencuri. “A..Ada apa ini?! Bukankah aku sudah terbiasa dengan hal seperti itu?! kenapa aku jadi sangat takut!?’ pikir Rabella. “Oh ya nodanya! Masih ada sedikit jangan sampai ada yang curiga!” pikir Rabella kemudian mengeluarkan sapu tangan kemudian mengelap, sepatunya lalu menyemprotkan parfum ke seluruh bajunya.
15 menit kemudian……..
Ada polisi yang melihat Rabella, iapun masuk kedalam ruangan introgasi. “Jendral, dia sudah datang dan sepertinya sudah menunggu lama, apa urusan anda masih lama?” bisik polisi itu, “Oh, ya tunggu sebentar” ujar Ray. ia pun keluar ruangan itu, Rabella pun berdiri. “Ayo ikut aku” ujar Ray.
“Lihat saja nanti” ujar Ray, kemudian mereka berdua masuk kedalam sebuah ruangan. “Selamat siang jendral” ujar seluruh polisi yang ada di dalam ruangan itu, “Selamat siang” balas Ray. “Jadi jendral, kami sudah berhasil mengevakuasi brandalan – brandalan di Jln. Ampera, 3 diantara mereka mati mengenaskan, 1-nya menjadi gila, dan yang satu berhasil di selamatkan. Di duga ini semua adalah perbuatan Deadly Siren’s” lapor Marry. “Umm……Apa kau sempat melihat wajah teroris itu?” tanya Ray pada si brandalan.
Rabella pun menatap tajam pada brandalan itu, “Di…Dia…Disini!! A..Aku takut!!” ujar si Brandalan itu, “Rabella kau datang kesini lewat jalan Ampera bukan? Kau naik apa ke sini? Apa kau sempat lihat teroris itu?” tanya Ray. “Ya, aku berjalan kaki ke sini dan aku sempat bertemu dengan brandalan itu! mereka berniat jahat padaku tadi!” ujar Rabella sedikit ketakutan. “Memangnya apa yang mereka lakukan?” tanya Marry, “Jyaah, ternyata ada si mak lampir di sini! Harus hati – hati” pikir Rabella.