The Mystery of Country

Najwa Rana
Chapter #14

The Accident

In Sabana Delapaz City………….

Adeline, dia bersiap dan mengemasi barang – barangnya. “Nona Funny Cat? Apa nona sudah siap?” tanya salah satu anak buah , “Sebentar lagi!” ujar Adeline. Setelah itu ia keluar dari cabang perusahaanya, yang juga merupakan rumahnya. Ia pun masuk kedalam mobil. “Nona, aku tak menyangka ini, kenapa anda mendirikan sebuah panti asuhan, dan sering menyamar menjadi pegawai disana?” tanya salah satu anak buahnya. “Itu karena….Aku tau betul bagaimana rasanya menjadi anak miskin….Kelaparan, tak punya tempat tinggal..” ujar Adeline.

“Mungkin memang kedengaran agak aneh, padahal aku sendiri yang membuat kekacauan sehingga menyebabkan banyak anak yang ditelantarkan. Awalnya aku memang tidak peduli dengan anak – anak itu, tapi…Kau ingatkan saat kita terpaksa makan di restoran pinggir jalan? Ada seorang anak kecil yang meminta – minta. Saat itu aku jadi teringat Kai yang suka mengemis dulu, aku pun jadi kasihan padanya. Akhirnya aku pikir untuk mendirikan panti asuhan” jelas Adeline.

 “Lalu apa untungnya bagi anda?” tanya salah satu bodyguard yang lain. “Yah, gak ada sih. Ditambah juga kayaknya gak ada yang mau mengadopsi mereka. Tapi aku juga agak benci melakukan sesuatu yang gak ada untungnya secara materialis, jadi mungkin akan ku didik sampai kuliah, setelah itu mereka akan ku jadikan sebagai anak buah yang setia padaku” ujar Adeline.

15 menit kemudian…………..

“Sudah kalian antar aku sampai sini saja. Kedepannya aku akan naik kendaraan lain saja supaya gak ada yang curiga. Ingat ya, bisnis tetap berjalan sesuai rencanaku, kalau sampai ada yang gak kerja lapor langsung padaku biar ku potong gajinya 90% dan tidak mendapat makan malam” ujar Adeline. “Baik nona” ujar seluruh anak buah Adeline. Adeline pun berjalan kaki kemudian menaiki taksi, dan sampailah ia di panti asuhan miliknya.

“Eh? Teman – teman itu Kak Adel! Kak Adeline sudah pulaangg!!!” ujar salah satu anak di panti asuhan. “Haloo semua..!!” ujar Adeline, iapun di sambut dengan hangat oleh seluruh anak – anak panti asuhan. “Kak Adel bawa oleh – oleh apa hari ini?? Ada oleh – oleh buat Rina tidak?” tanya salah satu anak bernama Rina, “Hush! Bantu bawain tasnya dulu dong! Ya kan kak?” ujar Hendra. “Ah, Hendra memang anak yang paling baik deh” puji Adeline, “Ayo kak masuk!” ajak Rina.

“Bibi, Kak Adeline sudah pulang!!” ujar Ardi yang juga salah satu anak yatim piatu di panti asuhan itu. “Oh, benarkah itu?” tanya Bibi Margaret, salah satu pegawai yang berumur 60 tahun, “Bibi, aku pulang!!” ujar Adeline. “Oh, Shion!! Lama tidak bertemu” ujar Bibi Margaret, “Aduh, bibi ini! Namaku Adeline bukan Shion bi!” ujar Adeline, kemudian memeluk Bibi Margaret. “Tidak apa – apa panggilanku untukmu adalah Shion” ujar Bibi Margaret. “Dan aku akan memanggilmu Adelia” ujar Azalea yang juga salah satu pegawai yang seumuran dengan Adeline, “Iiih, kok kamu malah ikut – ikuttan sih” ujar Adeline.

“Ha ha ha, selamat datang kembali Adeline!” ujar Azalea kemudian memeluk Adeline. “Bagaimana kabarmu?” tanya Adeline, “Ah, aku baik bibi juga. Oh, ya soal preman yang suka memaksa kita membayar pajak pada kita itu…..” ujar Azalea. “Haaah, padahal aku sudah bayar pajak ke pemerintah kota, tapi soal preman itu mereka sendiri juga tidak tau. Mentang – mentang aku bukan orang asli dari suku mereka, masa mereka bilang itu tanah mereka! Padahal aku sudah beli tanahnya mahal – mahal dari mereka beberapa bulan yang lalu” gerutu Adeline sambil menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Tapi kalau ada kau disini mereka tidak mungkin berani datang sejak kau buat retak tulang leher mereka. Kalau kau tidak ada habislah kita harus bayar” ujar Bibi Margaret. “Huuh, kalau saja seandainya bisa pasti sudah ku buat meraka jadi patung emas” pikir Adeline. “Tapi, apa mereka masih saja datang sampai sekarang?” tanya Adeline. “Soal itu 2 minggu lalu saat kau tidak ada perman itu datang, kemudian tiba – tiba ada orang – orang berpakaian jas hitam, katanya mereka di suruh untuk menghentikan perbuatan si preman dan mengusir mereka. Karena preman itu gak terima mereka mulai menghajar orang – orang yang pakai jas hitam itu, tapi karena orang – orang berjas hitam itu bawa senapan preman itu langsung mundur” jelas Bibi Margaret.

“Yah, sebenarnya aku sih yang mengirimkan orang - orang berjas hitam itu, mereka kan anak buahku” pikir Adeline, “Bibi kan sudah pernah cerita kejadian yang itu” ujar Adeline. “ Iya, lalu setelah kejadian itu kau kan datang dan tinggal disini selama 2 bulan lalu pergi lagi karena katanya kau ada perlu dengan keluargamu dan usahamu di luar sana. Lalu preman itu datang lagi, tapi untungnya Asher si mentri Ekonomi itu datang berkunjung dan langsung menangkap preman itu. Sekarang dia membantu perekonomian kita dan sering mengunjungi kita, saat ini dia sedang bermain dengan beberapa anak – anak lain ujar Bibi Margaret lagi. “Mentrinya cogan roti sobek lho!” bisik Azalea, “Kau pikir aku peduli?” ujar Adeline.

“Oh, ya soal korupsi besar – besaran dan banyak kejadian patung – patung emas itu, apakah berpengaruh denga semua anak di panti asuhan ini?” tanya Adeline. “ Soal itu sih, ya paling hanya kadang suka mati lampu terus pas ke PLN bilangnya kita belum bayar tagihan listrik, padahal aku sudah membayarnya 3 hari yang lalu sebelum mereka tagih lagi, penarifan pajak yang naik 2 kali lipat” ujar Azalea.

Lihat selengkapnya