Candace menekan tombol pada alat komunikasi dengan Anastasia “Kak, aku ingin bicara berdua saja denganmu boleh?” ujar Candace. “Ya, tapi tentang apa?” tanya Anastasia, “Xavier” bisik Candace. “Panggil Adeline sekalian, aku ingin bicara dengannya” ujar Anastasia, “Ok” balas Candace singkat. “Kau dengar itu? kemarilah!” ujar Candace, “Pertama tolong lepaskan borgolku dulu , ini sungguh tidak nyaman!” ujar Adeline. “Tapi…” ujar Candace, “Oh, ayolah aku tidak mungkin lari” ujar Adeline, Candace pun melepas borgolnya.
Mereka berduapun pergi ke taman di dekat rumah sakit pusat dan duduk di kursi taman dekat air mancur. “Jadi ada apa?” tanya Anastasia, “Um…Sebenarnya aku hanya ingin curhat tentang pengalamanku di Verhana Heaven.” ujar Candace kemudian melirik ke arah Adeline. “Tidak apa – apa” ujar Adeline, “Jadi….....Sebenarnya saat aku ada disana aku tinggal bersebelahan dengan Xavier. Malam itu, aku tidak bisa tidur entah kenapa, mungkin karena kelelahan. Mengingat banyak anak yang putus sekolah, karena kondisi yang tidak aman, dan Narapidana yang masih banyak berkeliaran dengan bebas itu cukup membuatku kewalahan juga. Jadi aku memutuskan untuk jalan – jalan sebentar. Kakak taukan aku sangat menyukai langit malam. Kakak tau? ternyata ada taman di dalam perumahan itu. Dan baru pada saat itulah aku kembali bertemu dengan Xavier….” ujar Candace.
“Maaf, tapi apa kau bilang? Kau menemui kakakku tengah malam?! Apa kau baik – baik saja?!” ujar Adeline yang terkejut lalu berdiri . “Tidak, memangnya ada apa?” tanya Candace. “Kau gila ya?! Ups! Maaf aku tak bermaksud” ujar Adeline iapun membungkam mulutnya lalu kembali duduk. “Ti..Tidak apa – apa, tapi memangnya ada apa?” tanya Candace lagi.
“Jadi, sebenarnya begini kakakku punya semacam gangguan atau kelainan. Awalnya kakakku sih normal – normal saja, seperti yang Kak Anastasia kenal. Dulu dia sangat baik hingga suatu saat ‘kekasih’-nya itu selingkuh lalu di bunuh oleh seseorang. Padahal dia masih sangat menyayangi kekasihnya itu. Saat itu dia benar – benar marah, sedih dan kesal. Dan saat itu Kak Willi~ ah! Maksudku Nicholas mengambil kesempatan dari kejadian itu. Dengan membuatnya semakin emosi dan mau ikut membalas dendam kematian orang tua kami, yah itu cuma alasannya sih. Tapi dengan menjadi seperti sekarang, kakakku jadi merasa seperti dia sedang membalaskan dendam kematian kekasihnya, maksudku seperti membunuh orang lain. Dan setiap malam setelah tragedi itu kakakku jadi tak bisa tidur dan membunuh orang lain setiap malam.” jelas Adeline.
“Kau serius? Bahkan setelah dikhianati sekalipun?!” ujar Anastasia. “Yaa…Begitulah” ujar Adeline. “Tidak juga, saat aku bertemu dengannya, waktu itu aku……Tidak langsung mengenalinya” Ujar Candace.
Jadi begini aku berjalan terus kedepan mendekati sosok hitam yang tampak sedang duduk di bangku taman, “Halo? Siapa itu..?” ujarku namun sosok itu tak menjawab. Lalu aku pun mengambil dan menyalakan senterku. “Haloo…” ujarku, lalu sosok itu seperti merogoh kan sesuatu. Kemudian sosok itu berdiri dan mendekatiku, dan ternyata itu dia, Xavier! “Apa yang kau lakukan disini?” ujarnya dingin. “Huaah!! Ngagetin aja sih!” ujarku yang terkejut. “Kau belum menjawabku, apa yang kau lakukan disini?” ujar Xavier lagi. “Ya memangnya kenapa? Aku Cuma berjalan – jalan sebentar di sini” ujar Candace lagi. “Oi, jawab dengan benar!” ujar Xavier yang mulai berjalan mendekatiku”. “Baiklah – baiklah aku mengaku aku nggak bisa tidur jadi aku berjalan – jalan sebentar. Tunggu dulu! Kau sendiri sedang apa?!” ujarku. “Yah sama juga sih, aku nggak bisa tidur dan sedang mencari hiburan di sekitar sini” ujarnya dingin sambil menengok ke belakang….” jelas Xavier. “Hiiii…Pasti yang dia maksud itu pasti bunuh orang” komentar Adeline yang mulai merinding.