Aileen nampak duduk di sebelah ranjang tempat tidur Sheila. Wajahnya tampak begitu pucat serta diselimuti rasa cemas, dan terus memegangi tangan Sheila dengan erat. Beberapa kali ia memejamkan matanya sambil berkomat – kamit, berdoa kepada tuhan agar Sheila cepat siuman.
“Krieet…” tiba – tiba terdengar suara pintu yang terbuka. Aileen pun menoleh ke arah pintu, ternyata ada Karen dan seorang suster yang memasuki ruangan. “Kak, apa yang kau~” ujar Karen, “Seharusnya kau mengetuk pintu terlebih dahulu!” ujar Aileen. Raut wajahnya menjadi marah , dan tatapannya menjadi tajam, kemudian iapun memalingkan wajahnya.
“Uh!” ujar Karen tersentak kaget, “Maafkan aku!” ujar Karen. Kemudian iapun mundur beberapa langkah kebelakang, dan mengetuk pintunya “Tok…Tok…Tok…”. “Permisi kakak, aku datang kesini untuk memeriksa keadaan pasien” ujar Karen, kemudian iapun melangkah masuk. “Siapa yang mengijinkanmu masuk?” tanya Aileen tanpa meliriknya sedikitpun. “Kenapa dia jadi sangat menyebalkan sih?!” batin Karen, sambil menggerutu pelan.
Dia memang tidak suka ketika kakaknya menyuruhnya menjadi terlalu disiplin dan sopan. Karena baginya itu terlalu berlebihan. “Silahkan masuk” ujar Aileen lagi, Karen dan suster itupun masuk. Merekapun memeriksa keadaan Sheila, “Keadaannya sudah semakin baik mungkin sebaiknya kita…” ujar Karen menjelaskan semuanya kepada suster itu. Aileen tidak peduli dengan apa yang dibicarakan Karen, baginya itu hanya terdengar seperti suara bisikan, dan kemudian ia pun melamun.
“Kak…Kakak!!” ujar Karen yang membuyarkan lamunannya. “Huh!” ujar Aileen yang kaget, “Kakak ngapain melamun? Melamun itu nggak baik lho nanti bisa…bla…bla…bla” ujar Karen yang mulai bawel. “Iya, adikku yang manis~” ujar Aileen sambil mencubit pipi adiknya dengan gemas. Sebenarnya dia benci memotong pembicaraan, tapi dia lebih benci jika harus mendengar bawelan adiknya yang tak begitu penting baginya.
“Uuuh~ ya sudah memangnya kakak lagi ngapain?” Tanya Karen yang ikut duduk di samping Aileen. “Bukankah sudah jelas?” ujar Aileen lagi, “Segitunya amat sama dia, memangnya kakak punya hubungan ya sama dia?” tanya Karen. “Ya…Sebagai teman mungkin juga sahabat” ujar Aileen lagi. “Aku tak menyangka ternyata masalah yang sedang kita hadapi itu lebih rumit daripada yang kita bayangkan” ujar Karen, Aileen pun hanya mengangguk pelan.
Karen pun berdiri dan melihat keluar jendela, “Hei kak kemarilah ada sesuatu yang menarik di sana” ujar Karen. “Apa?” tanya Aileen, “Lihat!” ujar Karen sambil menunjuk ke arah Ray yang nampak sedang duduk sendirian di bangku taman. Kebetulan sekali jendela di kamar itu menghadap ke arah taman yang ada di dekat ruamh sakit. “Bilangnya mau bantuin Kak Asher tapi nyatanya dia malah ngelamun di situ gimana sih?!” ujar Aileen.
“Kayaknya dia lagi galau deh, kira – kira dia lagi galauin apa ya? Jangan – jangan galauin cewek lagi! Mungkinkah dia lagi jatuh cinta sama seorang gadis atau patah hati?” ujar Karen sambil nyengir. Aileen pun menyikut Karen, “Aw! Sakit tau!” gerutu Karen. “Jangan suka berburuk sangka! Apalagi sama kakak sendiri!” ujar Aileen. “Memangnya kalau aku berfikir kakak sedang jatuh cinta itu berburuk sangka?!” ujar Karen.
“Soal prakiraanmu kakak mungkin sedang jatuh cinta mungkin tidak, tapi soal kakak lagi galau atau patah hati itu sama aja seperti berburuk sangka kalau kakak habis terkena masalah!” ujar Aileen. “Ya deh” ujar Karen iapun kembali duduk lalu Aileen pun mengikutinya. “Lihat wajahnya Sheila! Kenapa dia bisa mirip sekali dengan desainer top terkenal si Arvala Caroline?” ujar Karen. “Itu karena memang dia! Kamu gak liat berita di sosmed apa?!” ujar Aileen, sambil menunjukkan berita itu pada Karen. “Sosmed lagi…Sosmed lagi, jadi gini ya? yang di maksud tak ada biji, akar pun jadi, gak ada si Kai, Kak Aileen pun jadi” pikir Karen. “Kenapa sih percaya amat sama berita di sosmed, nanti bisa jadi hoax aja!” komentar Karen. Selama Karen bersama Kai, dia memang selalu diingatkan tentang berita di social medial. Sebenarnya Karen hanya tidak punya banyak waktu untuk membacanya karena sibuk.