The Mystery of Country

Najwa Rana
Chapter #25

The Memories

Tiba – tiba, pasukan robot semakin bertambah. Karena pasukan Dallesca Lothia yang berhasil masuk itu jumlahnya pas – pasan, dan Banyak yang gugur. Merekapun mulai terdesak. “Jett O35 QR! Apa sudah tidak ada bala bantuan lagi!!??” tanya Adeline. “Maaf nona, kalau mengirim bala bantuan ke dalam pesawat itu tak bisa. Saat ini kami hanya bisa membantu menyerang dari udara. Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk mencegah pesawatnya tidak pergi ke Istana. Kami juga sudah mengirim pasukan untuk menjaga Istana Geralda.” balas anak buah Adeline.

“Oh, sial” keluh Adeline. “Pasukan kita mulai menipis, Kak apa tidak ada cara lain yang lebih singkat untuk mematikan bomnya?” tanya Adeline. “Tidak ada! Jadi bekerjalah dengan cepat!” ujar Anastasia. Mereka terus bertarung, “Pasukan kita semakin menipis! Cepat habisi mereka!” ujar Ray. “Mudah saja kau mengatakannya Ray!” ujar Xavier. “Mereka sama sekali tak ada habisnya!!” ujar William. “Apa ada yang melihat Nicholas?” ujar Karen. “Belum” jawab yang lain. “Aneh sekali, mahluk itu tak muncul – muncul” ujar Ace.

“Apa mungkin dia ada di ruang kendali? Atau diruangan lain” tanya Vanessa. “Ya, mungkin saja” ujar Ace. “Mau kusamperin aja?” tanya Kayla. “Kau serius dengan jumlah pasukan robot yang tak kunjung habis – habisnya” ujar Candace. “Sebaiknya jangan, terlalu bahaya!” ujar Sheila.

Sementara itu Nicholas……

“Tuan, pasukan Dallesca Lothia semakin menipis!” lapor salah satu anak buah Nicholas. “Tapi, kita terus mendapat serangan udara!! Saya tak bisa menjamin pesawat ini masih dapat bertahan sampai di istana” ujar anak buahnya yang lain. “Kalau begitu tangkap dan cepat bunuh keluarga kerajaan, keluarga Gerald, dan si tua Bangka itu sekalian!!” perintah Nicholas. “Baik tuan!” ujar para anak buah Nicholas.

Pasukan Dallesca Lothia masih mencoba untuk bertahan. Namun pasukan robot terus bertambah. Hingga akhirnya mereka mulai menangkap Anastasia, Adeline, Candace, Xavier dan Jendral Raider sedangkan sisanya, berusaha bertahan. “Lepaskan aku!! Lepaskan!!!’ ujar Anastasia. “Energiku melemah aku gak bisa lagi merubah orang dan benda sekitar menjadi patung emas” ujar Adeline.

Xavier dan Jendral Raider mulai di siksa. Mereka berusaha membunuhnya. Tiba – tiba kepala Candace terasa sangat pusing, “Entah kenapa, situasi ini seperti pernah terjadi sebelumnya….Tapi dimana?? Ugh kepalaku!!” pikir Candace. Kepalanya semakin terasa sangat sakit dan iapun melihat sesuatu di dalam pikirannya.

Waktu itu ia masih berumur 13tahun. Waktu itu adalah hari pesta perayaan Negara Dallesca Lothia di Istana Geralda. Pesta besar – besaran itu diadakan untuk merayakan penghargaan yang di dapat Dallesca Lothia sebagai negara yang paling disiplin, kuat, maju, juga yang paling bersih di seluruh dunia. Saat itu ia habis dari toilet. Awalnya ia pikir semuanya baik – baik saja seperti biasanya. Ia pun kembali dengan santai ke aula dansa.

Sesampainya disana, ia sangat terkejut ketika melihat aula dansa itu terbakar. Tidak hanya aula dansa, hampir seluruh bagian istana terbakar. Ia begitu panik, kemudian ia pun berusaha lari melewati jalan. Kemudian ketika ia berada di koridor istana. Ia melihat adiknya Ray yang baru berumur 11 tahun itu berlarian kocar – kacir. Awalnya Candace ingin memanggilnya dan menyuruhnya untuk menaiki tangga dan keluar dari istana itu.

Tapi sebelum Candace memanggilnya, tiba – tiba saja Ray di pukul oleh sosok hitam. Ray pun pingsan. Waktu itu ia ingin berteriak, namun mulutnya tiba – tiba menjadi kelu karena sangat ketakutan. “Ada pembunuh di sini!!” pikirnya. Ia pun segera berlari kembali mencari jalan keluar dari istana itu. Ia pun terus berlari penuh dengan rasa ketakutan.

Ia benar – benar tak percaya apa yang baru saja terjadi. Kemudian ia melihat di lantai atas dari koridor. Ia melihat Kakak tertuanya, Anastasia di pukul dari belakang hingga pingsan kemudian di seret dan di bawa pergi. Candace semakin ketakutan “ada apa ini?!!” pikirnya. Tiba – tiba ia tergelincir, dan terguling – guling. “Candace!!!” ujar seseorang. Ia merasa seperti mengenali suara itu. Suara yang sangat familiar, rupanya itu ibunya Dorothy, dan Ayahnya Abigail. “Nak, kau baik – baik saja?!” tanya sang ayah. “A…Ayah, Bunda!!! Aku sangat takut!!” ujar Candace.

Ia pun langsung memeluk ayah dan bundanya dengan erat. “Ayah bunda! Ray, dan Kak Anastasia, mereka di pukuli sampai pingsan kemudian di bawa entah kemana! Aku takut!!!” ujar Candace. “Iya, ayah tau nak. Ada penghianat yang berniat membunuh keluarga kita!!” ujar Abigail. “Suamiku, dari sini sebelum dia datang lagi!!” ujar Dorothy. “Ya, kau benar! Ayo nak kita pergi sebelum dia datang lagi!!!” ujar Abigail. “Si…Siapa yang akan datang ayah??!!” tanya Candace. “Ayah jelaskan nanti saja nak! Sekarang pokoknya kita harus keluar dari sini!!” ujar Abigail. “Tapi, bagaimana dengan anak – anak kita yang lain?!” tanya Dorothy. “Pertama kita bawa Candace ketempat yang lebih aman dulu! Baru kita cari yang lain” ujar Abigail.

Mereka terus berlari, hingga akhirnya terdengar derap langkah kaki. “Sial! mereka pasti sudah dekat!!” ujar Abigail. “Berhenti kalian!!!” ujar para tentara yang mengejar mereka. “Ada apa ini ayah?! Bukankah ayah adalah seorang raja? Kenapa mereka mau membunuh keluarga kerajaan?” tanya Candace. “Sudahlah nanti saja untuk hal itu! Yang terpenting kita harus pergi dari sini!!!” ujar Dorothy.

“Dor!!!”. Tiba – tiba ada yang meluncurkan peluru, dan peluru itu pun mengenai kaki Abigail. “Arrggghhh!!” jerit Abigail. “Ayah!!!” pekik Candace. “Kalian berdua cepatlah pergi!!! Tinggalkan saja aku!!” ujar Abigail. “Tidak…Ayah..Aku nggak bisa ningalin ayah!!” ujar Candace. “Dorothy, cepat bawa Candace pergi!!! Bawa dia ketempat yang aman!!” ujar Abigail. Dorothy hanya mengangguk. “Ayo nak! Kita harus segera pergi!!!” ujar Dorothy. “Apa!? Tidak bunda aku tidak ingin pergi meninggalkan ayah!!” pekik Candace.

“Ayo nak!! Nanti kita selamatkan ayah dan yang lain!! Sekarang kita harus bisa pergi dari sini dulu!!” ujar Dorothy. Mereka pun pergi dan terus berlari meninggalkan Abigail. Hingga akhirnya mereka berdua terjebak. Kemudian merekapun di bawa ke sebuah ruangan. Betapa terkejutnya Candace ketika melihat ayahnya di siksa sampai sekarat. “Tuanku, kami sudah berhasil menangkap Ratu Dorothy Waverly dan Putri Candace Waverly” ujar salah satu tentara, yang rupanya adalah seorang anak buah.

Lihat selengkapnya