The Mystery of Country

Najwa Rana
Chapter #26

Insanity

Tiba – tiba Nicholas dan Ware muncul. “Ya, bagus habisi mereka semua!!” ujar Ware. “Seperti di masa lalu” ujar Nicholas. Kemudian ia melirik ke arah Raider. Lalu berjalan ke arahnya. “Oh, rupanya kau ada di sini juga saudara kembarku” ujar Ware. “Lepasakan dia!” ujar Ware. Raider pun langsung mulai menyerang. Ware pun langsung dengan menghindar dengan cepat dan lalu membanting saudara kembarnya. “Seharusnya, waktu itu kau menyetujuiku dan menjadi salah satu rekanku. Sekarang terimalah rasanya berpihak pada mereka yang lemah!” ujar Ware. “Aku tak menyesal dengan pilihanku kak! Dan jangan pernah meremehkan mereka! Sekarang terimalah kemarahan seorang gadis kecil ketika melihat ada seorang pembunuh yang membunuh orang tuanya” ujar Raider.

“Itu dia! Tak akan ku biarkan dia bernafas lebih lama lagi!” pikir Candace. “Kalian tak akan pernah kuampuni!!!!” ujar Candace sambil berteriak. Dengan cepat ia pun lepas dari robot robot itu. Kemudian ia pun menghancurkan dua robot yang selama ini mengekangnya. Ia pun mengeluarkan katananya lalu berlari dan melompat dari arah belakang. Ia hendak menusuk Ware dengan katananya.

Ware yang melirik ke belakangnya pun langsung menghindar dari serangan Candace. Serangannya pun meleset, dan untungnya tidak mengenai Raider. “Hei nona! Hati – hatilah dengan Katana milikmu!!” ujar Raider. Namun Candace nampak tak mempedulikannya. Ia terus menyerang Ware. Robot – robot yang menghalanginya langsung hancur. Candace nampak sangat emosi. Saking emosinya dia memukuli robot-robot dengan membabi buta sambil ngomel-ngomel. Tak lama kemudian Xavier lepas dari cengkraman robot – robot itu. Lalu menyerang balik anak buah Nicholas yang memukulinya.

Setelah, itu dia membantu William melawan pasukan robot yang lain. “Hei, lihat itu!!” ujar Kai, semua orang pun langsung menengok ke arah Candace. “Apa yang~?!” ujar Anastasia. “Gadis itu sudah gila!!!” ujar Ace. “Kau tau? Kau hampir menganggap kalau kita semua ini gila!” ujar Vanessa. “Itu karena kalian selalu bertingkah seperti orang gila!” ujar Ace. “Hei Ace, kurasa ini bukan waktunya untuk bercanda” ujar William.

“Memangnya ada apa sih?” tanya Aileen. “Dia…Tak pernah seemosi dan seganas ini sebelumnya dalam bertempur” ujar Ray. “Aku punya firasat buruk” ujar Xavier. “Memangnya ada apa sih?” tanya Kai. “Apa kau tidak lihat ekspreksi, dan cara penyerangannya? Ekpreksi dan cara penyerangannya terlihat mirip dengan Kayla yang menyerang Ray. Penuh dengan emosi, tapi kali ini ia terlihat lebih buruk di banding Kayla” ujar Adeline.

“Tapikan kalau menyerang sambil emosi hanya akan mempercepat kematian kita dalam pertarungan!” ujar Aileen. “Kayla, apa kau bisa melihat tingkat emosinya?” tanya Anastasia. “Ya tentu” jawabnya. “Dia sedang berada dalam emosi yang sangat buruk!! Apa dia punya riwayat depresi berlebihan?!” tanya Kayla. “Ya! dia pernah masuk ke rumah sakit jiwa untuk di rehabilitasi” jawab Asher. “Ini buruk! Sepertinya dia kambuh lagi!!! Dia bisa saja menjadi Gila permanen!!” ujar Kayla.

“Apa?!” ujar mereka semua. “Sebelum dia semakin parah dan menjadi gila, harus ada yang bisa menenangkannya” ujar Kayla. “Tapi apa penyebab depresinya kambuh lagi?” tanya Asher. “AKAN KUBALASKAN DENDAM IBUNDA!!!!” ujar Candace sambil berteriak. Ia terus menyerang Ware. “Apa katanya?!” ujar mereka semua. “Oi,oi ini gak bercandakan?’ ujar Kai. “Hei, Ace kalau kakak bilang begitu….Jangan – jangan….” Ujar Vanessa. “Ware adalah pelaku pembunuhan orang tua kita juga pelaku pembakaran istana Geralda?!” duga Ace.

“Tapi, kalau pun iya dia bisa tau dari mana?” tanya Adeline. “Karena Candace melihat sendiri pembunuhan orang tuanya. Aku tau itu ketika aku berusaha menyelamatkannya” ujar Raider. “Kalau begitu harus ada yang bisa menenangkannya!!” ujar Karen. “Akan kucoba!” ujar Kayla. Ia pun berusaha menghalangi Candace. “Jangan menghalangiku! Atau kau akan mati!!” ancam Candace. Dengan cepat ia membanting Kayla lalu melemparnya ke dinding.

“Arrrgghhhh!!” jerit Kayla. “Hei, kau tak apa – apa?” ujar Ray cemas. “Jangan khawatirkan aku bocah! Fokus saja pada kakakmu itu!!” ujar Kayla ketus. Candace terus saja mengejar – ngejar Ware. “Hayo kita tangkap Jendral Ware dan Nicholas, biar Candace Xavier yang urus! Kata William. Xavier pun mulai mengeluarkan rantai – rantainya. Ia berusaha untuk mengikat Candace menggunakan rantai tersebut.

“Traaanngggg!!!” bunyi suara pedang yang begitu nyaring, telah memutuskan rantai – rantai tersebut. “Bagaimana dia bisa memutuskan rantainya dengan mudah?!” ujar Kayla. “Maaf aku kurang serius melawannya. Lumayan kuat juga ya Candace….? Sekarang moodku juga benar – benar bagus saat ini” ujar Xavier dengan nada dingin. “Hiiii….” ujar Kai, ia mulai merinding. “Hei kak! Kau tidak berencana untuk membunuhnya pelan – pelankan?” tanya Kai. “Hmp….Tenang saja, yang jelas aku tak akan membunuhnya kok. Tapi kalau dia terlalu merepotkan…Yaaa…Apa boleh buat? Mungkin dia akan sekarat” ujar Xavier.

“Hii….Dia memang kejam seperti biasanya yaa…” bisik Kai pada Ace. “Iya, kata Kak Adel bilang dia sudah jadi lebih sabar dan tenang. Tapi nyatanya nggak tuh…” ujar Ace. “Hoi, dia bisa dipercaya gak sih?!” tanya Asher. “Tenang aja, mana mungkin dia mau menyakiti seorang gadis berambut putih pirang yang cantik” goda Adeline. Wajah Xavier seketika merona. “Hei Adeline! Setelah semua ini selesai akan kutempeleng kau!!” ujar Xavier. “Dan sebelum kakak menempelengku aku akan pergi ke Alaska!” ujar Adeline nyengir. “Memangnya ada apa sih? Mereka berdua punya hubungan apa?” tanya Asher. “Yaa…Semacam PDKT gitu..” ujar Adeline. “Kau tau darimana?” tanya Asher lagi. “Sebulan yang lalu aku membajak hpnya dan kulihat dia memasang foto Candace sebagai wallpapernya” ujar Adeline.

Lihat selengkapnya