Maya anak kedua dari tiga bersaudara, kini berdua dengan adiknya Cahaya. Tiga bulan berlalu sejak kakak laki-lakinya, Arya ditemukan tidak bernyawa di kamarnya.
Sampai sekarang kedua orangtua Maya tidak menceritakan kejadian lengkap kematian kakaknya pada kedua anak mereka. Yang Maya dengar, di akhir kebaktian penghiburan, setelah air mata ibunya mengering dan punya sedikit kekuatan berbicara, meskipun masih serak, Maya mendengar dengan jelas ibunya bilang kepada ayahnya, “Untung aku yang menemukannya Herman, kalau Maya dan Bintang.. Mungkin selamanya mereka akan terguncang."
Maya juga tidak pernah membahas atau menanyakan hal kakaknya kepada ibunya, karena takut ibunya menangis lagi, dan Bintang juga terlalu kecil untuk diajak berdiskusi.
Maya dekat dengan kakaknya, bahkan bisa dibilang sangat dekat. Yang dia ingat kakaknya suka bercanda, terlihat ceria dan selalu tertawa. Tapi Maya pernah baca, bahwa orang seperti itu biasa menyembunyikan kesedihan dibalik senyumnya.
Dia sadar, kakaknya lebih sering bertanya kepadanya daripada sebaliknya. Kakaknya bertanya tentang bagaimana dia di sekolah, tentang jurusan yang dia minati kelak, impian dan cita-citanya. Kakaknya selalu mendengarkan curahan hatinya, tapi dia jarang, bahkan tidak pernah bertanya kembali atau mendengarkan curahan hati kakaknya.
Suatu hari, di pertengahan bulan April, ibu Maya memberi tawaran yang awalnya terdengar menggiurkan, "Maya mau punya kamar sendiri gak?"
"Ya mau lah Bu!" Maya dengan spontan menjawab.