Pada pagi itu semua anggota Maracakra dikumpulkan. Mereka semua berencana untuk menyerang markas Paladin. Mereka semua sedang menunggu perintah langsung dari Sang Ketua. Mereka sudah menunggu momen di mana mereka bisa benar-benar menghancurkan Paladin.
Tak lama kemudian Sang Ketua pun datang dan berdiri di atas sebuah mimbar. Dia adalah seorang pria berumur 38 tahun namun dengan perawakan seperti pemuda berumur 20 tahun. Dia memiliki ciri-ciri berambut hitam pendek lurus dengan poni ke samping kiri, berkulit putih cerah, iris mata berwarna merah dengan tatapan mata yang terlihat serius dan tinggi badan sekitar 185 cm dengan postur ideal. Dia mengenakan setelan jas hitam dan sepasang sepatu pantofel.
“Rekan-rekan sekalian! Sekarang adalah saat yang sudah kita nanti-nanti sejak lama. Kita akan melakukan perang terbuka dengan Paladin, jadi teguhkanlah hati dan siapkan mental kalian untuk menghadapi perang kali ini!” Kata Sang Ketua Maracakra. Semua anggota Maracakra pun bersorak.
Setelah selesai melakukan pidato Sang Ketua pun turun dari mimbar dan segera masuk ke dalam sebuah mobil. Kemudian mobil yang dinaikinya pun mulai berjalan dan diikuti oleh para anggota Maracakra. Mereka semua bergerak menuju markas Paladin.
“Akhirnya kita bisa membalas mereka!” Kata Brian.
“Aku harap kamu enggak ngelakuin kecerobohan kayak kemarin lagi!” Kata Karina.
***
Sementara itu di markas Paladin komandan mereka juga sudah kembali. Sang Komandan adalah seorang pria berumur 35 tahun dengan ciri-ciri berambut panjang lurus terurai berwarna putih, berkulit putih cerah, iris mata berwarna merah dengan sorot mata yang tajam dan tinggi badan sekitar 180 cm dengan postur ideal. Dia mengenakan sebuah kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai sesikut, celana jeans biru dan sepasang sepatu sneakers berwarna hitam.
“Komandan Tirta? Anda sudah kembali?” Tanya Olivia.
“Saya dengar kalau dua orang dari Maracakra yang kita tahan berhasil meloloskan diri.” Kata Komandan Tirta.
“Mohon dimaafkan, ini akibat kelalaian saya!” Olivia pun langsung membungkuk meminta maaf.
“Tidak, ini semua karena saya terlalu percaya diri dan meremehkan musuh sehingga mereka berhasil kabur!” Darius pun ikut membungkuk meminta maaf.
“Sudahlah, yang penting sekarang kita harus bersiap-siap! Karena sebentar lagi kita akan kedatangan tamu yang tak diundang.” Kata Komandan Tirta.
“Siap, Komandan!” Kata Olivia dan Darius secara serentak.
Setelah itu mereka kembali ke posisi masing-masing untuk bersiap mengatasi serangan. Semua anggota Paladin dikerahkan untuk menjaga tempat tersebut. Bahkan orang luar seperti Levin dan Rendra pun juga ikut membantu.
Selang satu jam Maracakra pun tiba di tempat itu dan mereka pun saling berhadapan. Kedua pemimpin dari Maracakra dan Paladin juga saling berhadapan. Mereka saling menyapa dan membicarakan sesuatu.
“Sudah lama kita enggak ketemu, Yudha!” Kata Komandan Tirta dengan menyebut nama Sang Ketua Maracakra.
“Ya, sejak aku bergabung ke Maracakra 10 tahun yang lalu kita enggak pernah ketemu!” Kata Yudha.
“Padahal dulu kamu itu senior yang paling kukagumi waktu kita masih jadi anggota biasa di Paladin. Aku masih belum ngerti kenapa kamu berkhianat waktu itu.” Kata Komandan Tirta.
“Kita enggak bisa balik lagi ke masa itu, Tirta! Kita memilih jalan yang berbeda. Tentunya aku punya alasan kenapa waktu itu aku memilih gabung ke Maracakra, begitu juga kamu yang memilih buat tetap di Paladin.” Kata Yudha.
“Jadi itu jawabanmu? Kalau gitu aku enggak akan ragu lagi buat melawan kamu!” Komandan Tirta pun mengeluarkan Mystic Armament-nya. Bentuknya seperti baju zirah putih yang menyelimuti bagian tubuh dari leher hingga ujung kaki dan di bagian punggungnya terdapat 6 buah sayap putih layaknya sayap malaikat.
“Judgement ya? Kita lihat apakah kamu bisa mengalahkan The Devil-ku!” Yudha pun juga mengaktifkan Mystic Armament-nya. Secara tiba-tiba dia langsung mengenakan sebuah baju zirah hitam dari leher hingga ujung kaki dan sebuah headgear berbentuk tanduk hitam di kepalanya. Pada baju zirah tersebut terdapat sepasang sayap kelelawar berwarna hitam layaknya sayap iblis.
Mereka berdua pun saling beradu pukulan dan karena saking kuatnya pukulan mereka beradu, sehingga menghasilkan sebuah hembusan angin yang cukup kencang. Kemudian mereka berdua pun terbang dan bertarung di udara. Melihat pemimpin mereka saling bertarung seluruh anggota Paladin dan Maracakra juga mengeluarkan Mystic Armament mereka. Akhirnya pertempuran antara Paladin dan Maracakra pun dimulai.
“Akhirnya aku bisa menghajar mereka!” Brian meninju beberapa anggota Paladin sampai terpental.
“Hati-hati dan jangan ceroboh kayak kemarin!” Kata Karina sambil membantai para anggota Paladin dengan sabitnya. Tubuhnya seperti diselimuti aura gelap dan dia semakin kuat seiring dengan jumlah orang yang dia bunuh.
“Ya, kamu juga! Aku mau cari si Richard sialan itu.” Brian terus menghajar anggota Paladin sambil mencari Richard. Namun dia tidak juga menemukannya dan malah bertemu dengan Akbar. Tanpa basa basi Brian pun melancarkan tinjuan kepada Akbar.