Pertempuran antara Paladin dan Maracakra masih terus berlangsung. Untuk saat ini posisi Paladin lebih diuntungkan setelah kekalahan Karina. Terlihat Komandan Tirta masih bertarung melawan Yudha. Di sisi lain Rendra juga masih bertarung melawan Brian, keduanya sudah tampak kelelahan. Sementara itu Levin bertarung dengan sengit melawan Radheya.
“Kamu bisa bertarung sambil pegang buku kayak gitu? Hebat!” Radheya pun memuji Levin.
“Hati-hati, buku yang dia pegang itu Mystic Armament yang namanya The Moon!” Garin pun memperingatkan Radheya sambil berusaha menghindari serangan dari anggota Maracakra yang dikendalikan oleh Richard.
“Apa?! Itu kan salah satu Mystic Armament yang penggunaannya paling sulit! Kenapa dia bisa gampang banget ngegunainnya?” Radheya pun terkejut ketika mengetahui nama Mystic Armament milik Levin.
Levin menghunuskan pedangnya pada Radheya. Bilah pedangnya mengeluarkan hawa dingin yang lebih kuat dari sebelumnya, bahkan sampai mempengaruhi kondisi sekitar. Orang-orang yang berada di tempat itu mulai merasa kedinginan.
Melihat hal tersebut Radheya pun tidak tinggal diam. Dia menggunakan kekuatan Mystic Armament-nya sampai ke batas maksimal. Seketika pedangnya pun diselimuti oleh api yang sangat membara. Hal tersebut membuat kondisi sekitar yang tadinya dingin menjadi lebih hangat.
Radheya pun maju terlebih dahulu dan berusaha untuk menebas Levin. Levin pun menangkis tebasan tersebut dengan pedangnya. Kedua pedang yang memiliki atribut elemen saling berlawan tersebut menghasilkan uap yang lebih tebal dari sebelumnya ketika bilahnya saling beradu. Uap tebal tersebut menyelimuti area sekitar sehingga tempat tersebut menjadi seperti berkabut.
“Kabut?!” Radheya pun terkejut dengan kemunculan kabut tersebut. Pandangannya pun terhalang oleh kabut yang sangat tebal.
Dalam kondisi seperti ini Levin pun terus menyerang Radheya. Rupanya hal ini telah direncanakan oleh Levin. Dia mengetahui dengan pasti atribut elemen dari pedang miliknya maupun pedang milik Radheya. Dia sengaja mengadu kedua pedang tersebut untuk menciptakan uap tebal yang kemudian membuat suasana tempat itu menjadi berkabut. Hal ini membuat serangannya sulit untuk ditebak oleh musuh.
Melihat temannya yang sedang dalam kesulitan, Garin pun menggunakan kekuatan Mystic Armament-nya untuk menolong Radheya. Dia memegang topi tophat-nya di tangan kiri, kemudian dia mengetuknya dengan tongkatnya. Seketika kabut yang menyelimuti tempat itu pun masuk ke dalam topi tophat tersebut dan membuat pandangan tidak terhalang lagi. Setelah itu Garin pun mengenakan topi tophat-nya lagi.
“Sekarang lebih baik! Kayaknya kali ini terpaksa aku gunain teknik ini. Aku enggak percaya harus gunain teknik ini cuma buat lawan dia. Phoenix!!!” Setelah kabut itu menghilang, Radheya pun kembali melancarkan serangan. Dia menggunakan teknik pamungkasnya. Api dari pedangnya menyelimuti tubuhnya dan membentuk wujud seperti burung api raksasa. Kemudian dia pun terbang dan menukik ke arah Levin.
“Fenrir!!!” Levin pun melakukan hal yang sama. Hawa dingin dari pedangnya menyelimuti tubuhnya dan membentuk wujud seperti serigala raksasa. Dia pun bersiap untuk menerkam Radheya yang terbang menukik padanya.
Mereka berdua pun saling beradu dan Radheya tidak menyangka kalau Levin bisa melakukan teknik yang hampir sama dengannya. Kedua serangan itu menimbulkan kabut yang lebih tebal dari sebelumnya. Semua orang di sana menjadi kesulitan untuk melihat sekeliling karena kabut tebal yang muncul kembali akibat pertarungan antara Levin dan Radheya.
Garin pun tahu apa yang harus dia lakukan. Dia kembali menyedot kabut tebal tersebut dengan topi tophat-nya. Perlahan-lahan kabut pun menghilang dan pandangan pun kembali jelas. Setelah seluruh kabut menghilang, terlihat jelas hasil akhir dari pertarungan antara Levin dan Radheya. Terlihat Radheya yang sudah tumbang dan Levin yang masih tegak berdiri.
“Radheya!!!” Garin pun berteriak ketika melihat kondisi Radheya.
“Selesai sudah!” Kata Levin sambil berdiri mengamati sekitar.
“Ini enggak bagus!” Garin pun langsung memindahkan Radheya dengan kekuatan Mystic Armament-nya. Kemudian muncul sebuah tirai besar yang entah dari mana asalnya yang kemudian membungkus mereka berdua. Dengan sekejap mereka berdua pun menghilang dari medan pertempuran.
“Kamu enggak apa-apa?” Setelah pertarungan dengan Radheya berakhir, perhatian Levin tertuju pada Olivia. Dia pun menonaktifkan Mystic Armament-nya dan berjalan menghampiri Olivia.
“Aku enggak apa-apa.” Olivia mencoba untuk berdiri namun dia tidak bisa karena kakinya terkilir.
“Ayo kita mundur dari sini!” Levin pun menggendong Olivia untuk meninggalkan medan pertempuran.
“Tapi gimana sama Komandan Tirta dan yang lainnya?” Olivia mencemaskan rekan-rekannya yang masih bertarung.
“Kita serahin saja sama mereka!” Jawab Levin.
“Tapi…” Kata Olivia.