The Mystic Armaments: Arcana

Razze Pahlevi
Chapter #10

Chapter IX

Dua hari telah berlalu sejak terbentuknya aliansi sementara antara Paladin, Maracakra dan Yggdrasil. Mereka semua menetap di sebuah menara yang disebut The Tower. Sebenarnya menara tersebut adalah Mystic Armament milik Ivan Chandrakusuma dan termasuk salah satu dari Arcana Series. Namun tidak seperti kebanyakan Mystic Armament yang bisa dinonaktifkan, The Tower selalu berada dalam kondisi aktif. Bahkan Mystic Armament seperti The Hierophant yang memiliki kekuatan untuk menonaktifkan Mystic Armament dalam radius tertentu sekalipun tidak bisa menonaktifkannya.

Di puncak menara terlihat Komandan Tirta dan Yudha sedang berbincang. Tak lama kemudian Levin dan Olivia datang menghampiri mereka berdua. Mereka ingin memberikan laporan hasil investigasi mengenai keberadaan Raja Ketigabelas kepada Komandan Tirta.

“Komandan, saya ingin memberikan laporan hasil investigasi!” Kata Olivia.

Komandan Tirta pun menerima laporan tersebut. “Ah, jadi begitu!” Kata Komandan Tirta setelah membaca isi dari laporan tersebut.

“Cih, ini membuang-buang waktu!” Keluh Yudha.

“Kamu sama sekali enggak berubah ya, Senior Yudha? Masih sama kayak sepuluh tahun yang lalu.” Kata Komandan Tirta.

“Mohon maaf kalau saya lancang! Tapi sepertinya anda sudah sangat akrab dengan ketua dari Maracakra.” Kata Olivia.

“Itu wajar lah, soalnya dia ini senior saya waktu saya masih baru bergabung ke Paladin sekitar sepuluh tahun yang lalu.” Jawab Komandan Tirta.

“Lantas kenapa beliau bergabung ke Maracakra? Maaf kalau pertanyaan saya terlalu menyinggung!” Tanya Olivia.

“Yah… Banyak hal yang sudah terjadi sejak 10 tahun yang lalu!” Jawab Komandan Tirta yang agak gugup.

“Kejadian 10 tahun yang lalu?” Levin pun penasaran dengan perkataan Komandan Tirta.

“Kasih tahu saja mereka berdua! Enggak usah ditutup-tutupin!” Kata Yudha memotong pembicaraan mereka.

“Kamu enggak keberatan?” Tanya Komandan Tirta.

“Menurutku justru mereka yang masih muda ini harus tahu, biar mata mereka lebih terbuka dalam melihat dunia yang kejam ini!” Kata Yudha sambil tersenyum menyeringai.

“Ya sudahlah! Kalau begini mau enggak mau akan kuceritakan.” Komandan Tirta pun mulai menceritakan kejadian 10 tahun yang lalu pada Levin dan Olivia.

***                                                                                        

Tangerang Raya tahun 2033, sepuluh tahun sebelumnya. Waktu di mana kondisi kota sudah cukup pulih pasca tragedi Perang Commoner-User. Kehidupan orang-orang di kota ini pun sudah berjalan dengan normal. Namun masih banyak yang harus dibenahi dari kota ini sehingga banyak sekali pembangunan infrastruktur di masa ini.

Di sebuah kamar di sebuah rumah yang terletak di sebuah kompleks perumahan, terlihat seorang pemuda berumur 25 tahun yang memandangi sebuah foto. Pemuda tersebut tidak lain adalah Komandan Tirta yang baru bergabung dengan Paladin dan foto yang dilihatnya adalah foto dari Profesor Fahrezi. Dia memandangi foto tersebut dengan tatapan yang penuh semangat dan percaya diri.

“Om Revan, hari ini aku sudah resmi jadi anggota Paladin! Suatu hari nanti aku pasti bisa jadi pahlawan kayak Om Revan!” Kata Tirta dengan tatapan penuh percaya diri.

“Kak Tirta, Ibu nyuruh kita sarapan tuh!” Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Tirta dan memanggilnya.

Tirta pun membuka pintu kamarnya dan di hadapannya telah berdiri seorang pemuda berumur 20 tahun yang mengenakan sebuah tactical armor dengan simbol Aruna. Pemuda itu tidak lain adalah Komandan Yaksa dari Aruna. Namun pada saat ini dia masih menjadi seorang kadet di organisasi Aruna. Dia adalah adik kandung dari Tirta.

Tirta pun segera turun dari kamarnya yang berada di lantai 2. Mereka sekeluarga pun sarapan bersama di sebuah meja makan. Setelah sarapan mereka berdua berpamitan dengan orang tua mereka dan pergi untuk bertugas. Mereka berdua berangkat dengan mengendarai sepeda motor masing-masing. Mereka pergi ke arah yang berlawanan karena markas Paladin dan Aruna tidak berada di tempat yang sama.

Hari ini adalah hari pertama Tirta bertugas sebagai anggota Paladin. Dia merasa sedikit gugup. Setelah memarkirkan sepeda motornya dia pun masuk ke sebuah gedung yang tidak lain adalah markas dari Paladin. Di sana banyak sekali anggota Paladin yang berlalu-lalang. Tirta pun terus berjalan menuju sebuah ruangan yang merupakan kantor komandan Paladin pada masa itu.

Di ruangan itu terdapat seorang pria yang berumur 40 tahun yang sedang duduk di kursi. Pria tersebut memiliki ciri-ciri berambut pendek bergelombang berwarna cokelat, berkulit kecokelatan, iris mata berwarna abu-abu dan tinggi badan sekitar 179 cm. Dia mengenakan setelan serba putih dan sepasang sepatu pantofel yang juga berwarna putih. Dia adalah Rangga Wijaya, orang-orang dari Paladin biasa memanggilnya Komandan Rangga. Dia adalah komandan dari Paladin pada masa itu.

“Jadi kamu anak baru yang dibicarakan itu?” Tanya Komandan Rangga.

“Siap benar, Komandan!” Jawab Tirta dengan agak kaku.

“Tidak usah terlalu formal begitu! Selamat datang di Paladin!” Komandan Rangga pun menyambut kedatangan Tirta.

Lihat selengkapnya