Pagi pun menjelang, Erlangga yang sebelumnya tak sadarkan diri kini sudah kembali siuman. Dia terbangun di atas sebuah sofa dan mencoba untuk melihat sekeliling. Di sebuah sofa yang berhadapan dengan sofa tempat dia berbaring terdapat seorang gadis yang tidak lain adalah Friska. Dia sedang duduk sambil menjilat sebuah permen lollipop.
“Kakak sudah sadar?” Tanya Friska.
“Di mana ini?” Tanya Erlangga.
“Sekarang kita lagi ada di The Tower!” Jawab Friska.
“The Tower?” Erlangga pun kebingungan.
“Ya, bangunan ini namanya The Tower dan bangunan ini Mystic Armament!” Jelas Friska.
“Apa?!” Erlangga pun terkejut mendengarnya.
“Kenapa kakak kelihatan kayak kaget banget? Bukannya kakak ini juga seorang User?” Tanya Friska.
“Aku? User?!” Erlangga pun semakin kebingungan.
“Bukannya kemarin kakak dipilih sama Mystic Armament yang bentuknya kayak pedang?” Tanya Friska.
“Kamu sudah sadar? Selamat datang di The Tower!” Tiba-tiba Ivan pun muncul dan menyapa Erlangga.
“Siapa ya?” Tanya Erlangga.
“Perkenalkan, namaku Ivan Chandrakusuma! Aku orang yang membawamu ke tempat ini.” Ivan pun memperkenalkan diri pada Erlangga.
“Terima kasih telah menolong saya kemarin! Kalau boleh bisa anda jelaskan apa yang sedang terjadi?” Kata Erlangga.
“Baiklah! Saya harap anda tidak terkejut! Kami sedang berusaha untuk menghentikan seorang penjahat perang yang sangat berbahaya di masa lalu.” Jelas Ivan.
“Penjahat perang?” Tanya Erlangga.
“Dia adalah pemilik Mystic Armament tipe Zodiac Series ketigabelas yang bernama Ophiuchus. Orang-orang menyebutnya dengan sebutan Raja Ketigabelas.” Jelas Ivan.
“Saya sering membaca buku tentang sejarah Perang Commoner-User tapi baru kali ini saya mendengar hal itu.” Kata Erlangga.
“Itu wajar! Karena informasi ini sangat dirahasiakan dari publik. Dulu Profesor Fahrezi sampai rela mengorbankan nyawanya untuk menyegel orang itu di dimensi lain. Namun sekarang dia telah terbebas.” Jelas Ivan.
“Itu tidak benar! Ibu saya selalu bercerita kalau mendiang ayah saya meninggal karena kelelahan setelah bertarung melawan kelompok yang ingin menggagalkan ikrar perdamaian.” Bantah Erlangga.
“Kamu tahu siapa yang memimpin kelompok itu?” Tanya Ivan.