Lucas Enzo Machiavelli
...
Aku bisa melihat Ellis masih berdiri di terotoar menatap kepergianku, dia mungkin sama seperti aku yang tidak ingin pertemuan kami berakhir secara singkat seperti ini.
Seandainya dia gadis biasa aku akan merayunya bukan untuk sekedar mengajaknya naik keranjangku, tapi lebih dari itu aku ingin mengajaknya makan malam, berbelanja, liburan dan berbagai hal lainnya yang sering di lakukan pasangan normal pada umumnya.
shit, apa yang aku pikirkan? Bangun Lucas kau tidak boleh berkhayal. Berkhayal hanya untuk orang-orang lemah, yang tidak mampu mewujudkan impiannya dan berakhir dengan membangun dunia firtual.
Aku harus bisa mengendalikan diriku dan menyingkirkan Ellis dari pikiranku, kalau tidak dia akan menjadi parasit kalau tidak segera dilenyapkan.
Tapi ini New Heaven, bukannya aku tidak tahu tempat hiburan yang bagus dengan wanita bayaran. Tapi aku tidak bisa pergi ke tempat yang berkelas selama aku berada di sini karena aku sedang dalam penyamaran.
Lucas Enzo Machiavelli adalah nama lengkapku dan orang-orang hanya mengenalku sebagai Lucas Machiavelli. Hanya orang tua dan teman lama yang satu sekolah denganku di Boston yang tahu tapi sekarang satu orang lagi yang masuk daftar orang-orang itu adalah Ellis.
Aku tidak tahu kenapa aku malah memperkenalkan diri dengan nama asliku alih-alih menggunakan jutaan bahkan miliaran nama diluar sana.
Aku memarkirkan mobil ku di pinggir jalan dan masuk disalah satu bar yang terlihat cukup ramai. Suasana didalamnya juga cukup nyaman meskipun ukurannya tidak terlalu besar.
"minum apa tuan?" ujar salah satu bartender.
"salah sau yang terbaik yang kau buat" jawabku.
Beberapa saat kemudian bartender tersebut meletakan minuman berwarna keemasan yang terlihat seperti Wiski yang biasa aku minum. Tapi saat satu tegukan minuman itu meyentuh tenggorokkanku rasanya sungguh luar biasa lebih nikmat dari minuman manapun yang pernah aku minum.
Aku mengangkat gelas ku di hadapan bartender tersebut dengan senyum miring, yang di balasnya dengan senyum bangga seolah mengatakan, terima kasih atas pujiannya.
Seorang wanita berambut hitam dengan kulit eksotis dan mata cokelat berjalan kearahku. Aku menatap matanya dengan seringaian, dia terlihat sangat percaya diri dan membalas tatapanku sambil tersenyum. Aku suka gadis ini!.
"hai" katanya sambil duduk di sampingku.
"hai"
"berikan aku yang biasa Daniel" katanya kepada bartender yang membuat minumanku tadi.
"kau datang dari mana?" dia bertanya kepadaku. Dengan tatapannya yang intens berusaha menggodaku
"Apakah kau menanyai semua orang yang kau temui?" dalilku.
dia menyesap minumannya kemudian berkata "aku memilih siapa orang yang akan aku ajak bicara" lalu membersihkan sisa cairan yang ada di bibirnya menggunakan lidah.
Lidah yang berwarna merah muda yang yang basah dan menggoda.
"kalau begitu sebuah kehormatan bagiku"
"jadi dari mana asalmu?" sambungnya. Yang membuatku tersenyum karena rupanya dia tidak menyerah.
"Austin, Nevada" dustaku.