The Naked Face

Riri
Chapter #9

Chapter 9. Memories of murder

Ellisa Grace 

...

Aku baru menyadari kalau ternyata tali tasku hampir putus. Nyawanya masih tinggal sedikit lagi dan aku harus menjahitnya saat sanpai di rumah.

Kondisinya masih lumayan bagus dan aku sangat sayang dengan tabunganku kalau harus digunakan untuk membeli tas baru lagi setelah insiden penembakan beberapa bulan lalu.

Tasku yang dulu dipenuhi bercak darah dan sudahku simpan di bawah kolom tempat tidur. Aku tidak pernah menyetuh tas itu lagi setelahnya. Karena hanya dengan melihat benda-benda yang berkaitan dengan kejadian mengerikan itu maka adegan pembunuhan yang tragis itu akan terus berputar diotakku seperti sebuah kaset yang disetel otomatis.

satu hal yang membuatku tidak bisa membuang tas itu karena di dalamnya terdapat benda pemberian pria paruh baya yang tewas di sana. Itu adalah benda peningglannya, mungkin dia ingin aku untuk meengantarkan benda tersebut kepada keluarganya. Tapi aku masih terlalu takut untuk kembali mengenang kejadian itu ataupun terlibat dengan masalah itu.

Tapi cepat atau lambat aku harus memenuhi pesan terakhir pria itu. Aku tidak tega untuk berpura-pura lupa akan pria malang itu. Saat keluarganya sendiri tidak ada di saat-saat terakhir sebelum ajal menjemputnya. Tapi sisi baiknya adalah mereka tidak harus menyaksikan bagaimana cara orang yang mereka cintai terbunuh, dan. 

Aku adalah orang yang hidup dengan bayang-bayang itu selama hdupku. Sekarang adalah giliranku, mereka mencoba untuk membunuhku dengan cara yang sama ataupun berbeda intinya mereka ingin aku mati. 

Memikirkan bagaimana sebuah peluru meluncur kearahku dan menembus kepala atau dadaku membuatku bergidik ngeri. 

Aku berjalan dengan tergesa-gesa dan sedikit berlari kecil untuk segera sampai ke flatku. 

Orang-orang yang kulalui menatapku sambil menyipitkan mata mereka, karena aku berjalan seperti orang yang sedang dikejar oleh sesuatu. Atau begitulah kenyataan pahit yang tidak mereka ketahui.

Nenekku sedang duduk di dekat jendela sambil merajut syal. Dia sudah sangat renta, dan setiap kali aku menatapnya aku berpikir mungkin ini adalah yang terakhir kalinya. 

Terakhir kali yang bermaka ganda yaitu untukku dan untuk nenekku. Karena bisa saja aku yang akan pergi terlebih dahulu meninggalkan dia bukan sebaliknya.

"apakah kau akan berdiri semalaman sambil menatapku seperti itu Ellis?"

"ya, aku akan berdiri semalaman hanya untuk menatapmu nek" aku berjalan ke arahnya lalu memeluk dia sepenuh hatiku.

"pergi istrahatlah sayang" 

Lihat selengkapnya