Lucas Enzo Machiavelli
...
Mobilku melaju dengan kecepatan tinggi menuju landasan udara dimana Charlie menunggu dengan privat jet. Aku tidak ingin membuang waktuku yang berharga untuk satu masalah yang bisa diselesaikan dalam hitungan jam. Atau mungkin Mario sengaja memintaku untuk datang ke Meksiko untuk menghambat rencanaku, apapun itu yang jelas dia punya motif tersembunyi.
Baru tadi pagi aku datang menginjakkan kakiku di bandara ini sekarang aku harus pergi lagi dan melakukan penerbangan beribu-ribu Mil ke Meksiko. Tapi pikiranku tidak pernah meninggalkan New Haven tempat dimana Ellis berada.
Charlie berdiri seperti biasa untuk menyambutku dengan beberapa awak pesawat lainnya. Tapi aku sedang dalam kondisi yang tidak bagus untuk berbicara dan langsung naik begitu saja ke dalam pesawat tanpa mengucap sepatah katapun.
Pesawat mendarat pukul tujuh pagi di bandara internasional Meksiko setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih Sembilan jam tiga puluh tujuh menit.
Pertemuannya di adakan jam sepuluh malam, dan aku memiliki cukup waktu untuk istirahat karena beberapa hari belakangan ini aku tidak terlalu banyak beristirahat dan hasilnya aku terlihat berantakan.
St Regis merupakan hotel bintang lima yang terletak di Meksiko City dengan pelayanannya yang bagus. Hotel ini selalu menjadi langganan kami untuk mengadakan pertemuan. Seperti biasa aku hadir terlebih dahulu di salah satu president suits yang menjadi tempat pertemuan kami. Seharusnya aku sudah tahu ini akan terjadi, karena Mario biasa hadir terlambat hampir disetiap pertemuan. Dia merasa dengan begitu dia dianggap orang penting karena orang lain menunggunya.
Tidakkah dia sudah tumbuh dewasa dan belajar bahwa terlambat adalah salah satu ciri dari orang yang sulit untuk meraih kesuksesan, karena tidak bisa disiplin terutama dalam hal waktu.
Tapi selain usaha dan kerja keras, faktor keberuntunga juga ikut andil dalam kesuksesan. Mario hanya salah satu dari jutaan anak yang beruntung yang lahir dari keluarga kaya raya sehingga dia bisa selangkah lebih dulu di kehidupan. Di bandingkan dengan anak-anak yang lahir dari keluarga miskin dan pas-pasan yang harus berjuang sangat keras untuk bisa mencapai kesuksesan.
Suara pintu terbuka membuatku waspada. Mario masuk dengan mengenakan setelan hitam sama seperti yang ku kenakan. Rambut cokelat keemasannya disisir dengan rapi menggunakan cologne.
"maaf telah membuatmu menuggu, di jalan agak macet"
"tidak masalah" jawabku dengan nada biasa, tapi dalam hati aku sangat marah.
Mario duduk di kursi di seberangku. Di dalam ruangan berfurnitur kayu yang mengkilap.
"Jadi bagaimana pendapatmu?" Ujarku membuka percakapan.
"Kau tahu sendiri aku ini seperti apa Lucas, kau yang menjadi nahkoda dan memegang kemudi. Dan aku, hanya melihat dan menikmati hasilnya"