The Naked Face

Riri
Chapter #14

Chapter 14. Guilty

Lucas Enzo Machiavelli 

...

Apa yang baru saja ku perbuat?

Kenapa aku merasa sangat bersalah?

Tidak ada alasan untukku merasa bersalah kepada Ellis. Dia bukan siapa-siapa bagiku, apapun yang kulakukan itu urusanku.

Kata-kata ini yang aku gaungkan dipikiranku tapi hatiku tidak setuju dengan gagasan itu. Sejak kepulangan Hanley, tidak! namanya bukan Hanley. Mungkin Hasley atau Halsey. Aku tidak yakin siapa nama wanita itu lagipula tidak alasan untukku mengingat nama wanita yang hanya semalam kugunakan. Intinya setelah kepulangan dia hati dan pikiranku berdebat tentang rasa bersalahku pada Ellis.

Ini adalah kedua kalinya aku mandi air dingin pada dini hari, sekali lagi itu berkat Ellis. Aku tidak bisa melanjutkan apa yang baru ku mulai dengan wanita tadi. Karena saat melihat Ellis duduk dibalkonnya menonton aksiku dengan mata yang terlihat meneteskan air. Hatiku terasa dicabik-cabik, seolah aku baru saja melakukan dosa besar dengan bercinta.

Raut wajah kesedihan tergambar jelas diwajahnya. Dan ikut membuat hatiku terenyuh.

Apa yang sudah kumulai harus ku selesaikan.

Tapi aku bahkan tidak bisa menelanjangi gadis itu seutuhnya. Tidak dengan mata Ellis yang seolah menghujam hatiku dengan belati. Terpaksa aku harus mengusir wanita itu dari apartemen dan aku harus puas dengan hanya mandi air dingin.

Itu adalah salah Ellis, dia membuatku tidak pernah puas dengan memuaskan hasratku hanya satu atau dua kali. Aku mengingikan lebih saat melihat Ellis, parahnya aku bahkan tidak bisa mengeluarkan Ellis dari pikirannku saat aku bercinta dengan wanita di luar sana. Dan Kemarin hampir saja kemaluanku di tendang oleh salah seorang wanita karena menyebutkan nama Ellis saat bercinta dengannya.

Hati dan pikiranku terus berdebat tentang siapa yang salah atas air mata Ellis. 

Aku tidak tahu bagaimana caranya memulai percakapan dengan Ellis dan mencari tahu apakah dia benar marah padaku atau tidak. Satu-satunya percakapan diantara kami adalah saat di pergi bekerja dan aku pura-pura pulang kerja.

Sekarang waktunya aku hitung mundur untuk menuggu datangnya malam. Menggunakan kesempatan itu untuk berbicara dengan Ellis.

______

Pukul tujuh malam. Aku melihat Ellis sedang berjalan di pinggir terotoar menuju pemberhentian bus. Dia berjalan menunduk dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku hoodie. Kepalanyapun terlihat tenggelam dalam tudung hoodie yang ia kenakan tersebut, menyembunyikan wajah cantiknya dari pandangan orang asing. Dan iblis yang berniat jahat seperti aku juga tentunya.

Aku berdiri beberapa langkah di depan Ellis, dia belum menyadari kehadiranku karena dia masih setia dengan berjalan sambil menunduk. 

Ellis semakin mendekat ke arahku, jarak kami semakin dekat dan dia berhenti saat melihat sepatuku. Dia mendongak untuk melihatku hingga tudung hoodienya jatuh dan menampakan wajah cantik yang bersembunyi dibalik sana.

Mata hijaunya yang cantik membulat saat menatap mata hitamku. Ada kerutan kecil yang terlihat di dahinya. Jarak kami sangat dekat hingga aku bisa mencium aroma parfum yang dia pakai. Wajahnya, Aku bisa melihat dengan sangat jelas wajahnya. Aku tidak pernah melihat bintik-bintik kecil yang melintang dipipi dan hidungnya sebelum ini. 

Lihat selengkapnya