Ellisa Grace
...
Dia..
Pergi...
Separuh hatiku..
Pergi...
Bagaimana mungkin aku bisa hidup sekarang? Saat organ vitalku direnggut paksa, mungkin aku bisa hidup tapi kehidupan yang hampa dalam kesendirian.
Semangatku telah pergi, terkubur dibalik tanah yang dingin dan pergi entah kemana bersama separuh hatiku.
Jam berapa dan Tanggal berapa sekarang?
Apakah di luar gelap atau terang?
Dingin atau hangat?
Aku mati, mati suri dalam kesendirian dan terkubur dalam keheningan.
Kuliah, pekerjaan dan bersenang-senang. Aku tak perduli lagi. Mungkin aku sudah dipecat dari pekerjaanku sekarang dan sudah dikeluarkan dari kampus. Pasalnya ini sudah beberapa hari sejak kepergian nenekku dan aku tak melakukan apa-apa. Hanya berbaring di atas kasurku, menatap langit-langit kamarku yang usang dan terkelupas.
Renggutlah juga nyawaku Tuhan. Sebelum aku sendiri yang merenggutnya tanpa seijinmu.
Itu adalah sebuah doa yang kupanjatkan akhir-akhir ini. Kesunyian ini membunuhku. Kadang aku berhalusinasi mendengar suara decitan kursi goyang nenekku dan kadang mendengar nenek memanggil namaku.
Ellis
Ellis
Ellis
Seolah dia berbisik ditelingaku, kemudian aku bangkit dan masuk kekamarnya. Dan tersadar bahwa dia telah pergi.
Lupa, aku ingin melupakan. Tapi sayangnya semua kenanganku dengannya telah kuukir dihatiku. Dia ada dimana-mana. Saat aku berbaring, saat aku menatap ke arah pintu, ke dapur, kamar mandi, ruang tamu. Semuanya dipenuhi dia. Aku harus pergi dari rumah ini.
Celana Jeans dan kaos, dua potong pakaian Yang selalu melekat sempurna ditubuhku. Tak ada gaun yang bermacam-macam bentuk dan warna yang mengisi lemariku.
Aku mengambil Handphone dan menekan tombol daya sedikit lebih lama, karena sudah beberapa hari ini kumatikan. Puluhan panggilan tak terjawab dari Julia dan Linda muncul di layarku. Tak mengejutkan, karena hanya mereka orang-orang terdekatku. tapi yang membuatku terkejut adalah nama Enzo yang muncul di layar Handphoneku. Sejak kapan aku menyimpan nomor Enzo?
Terlalu lama larut dalam kesedihan membuatku menjadi pelupa.
Aku sudah siap untuk pergi, pergi entah kemana kaki ini membawaku.
Sialnya kakiku seolah tahu rutenya, aku berjalan di jalan yang biasa ku lewati saat berkerja di Coffee shop. Tapi sekarang sudah larut malam dan tempatnya tutup.
Rute berikutnya adalah Bar. Aku bisa melihat Mia melalui sekat kaca dia sedang mondar mandir membawakan pesanan. Aku tidak bisa masuk kesana atau aku akan diteriaki oleh dia dan Daniel. Oh Daniel, aku merindukannya dia sangat baik padaku.
Kurasa alkohol bagus untuk saat sekarang, percaya atau tidak seumur hidup aku belum pernah menenggak minuman beralkohol tersebut. Baunya saja membuatku tidak tahan apalagi rasanya. Lagipula tidak ada alasan untukku meminumnya. Orang meminum minuman beralkohol biasanya untuk merayakan sesuatu yang bagus yang terjadi di hidup mereka. Tapi aku tak pernah merasakan hal bagus terjadi dalam hidupku.
hanya sekali, jika masuk universitas termasuk dalam sesuatu yang bagus menurutmu. Karena sebagian orang menganggap universitas adalah penjara.
Hal lain yang menjadi alasan orang meminum minuman beralkohol selain hal baik yaitu kebalikannya, hal buruk. Kecewa dan stres membuat mereka melakukan itu. Dan sekarang aku mengalaminya.