Lucas Enzo Machiavelli
...
Untungnya saat aku mengantar Ellis pulang di hari pemakaman, aku memasukan nomorku ke kontaknya. Karena dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi untuk dihubungi. Setelah lama menunggu Ellis menelponku. Akhirnya tadi malam dia melakukannya. Tapi aku terkejut saat mendengar suara seorang pria yang menelpon menggunakan nomor Ellis. Tapi ternyata dia hanya seorang OB disebuah Bar.
Bar, mendegar pria tersebut mengatakan Ellis berada di Bar dan sedang mabuk membuatku lebih terkejut lagi. Atau mungkin seharusnya aku tidak. Karena wajar bagi Ellis untuk mabuk mengingat beratnya takdir yang di bebankan kepadanya.
Sejak pemakaman neneknya, tiga hari setelah itu aku tidak melihat Ellis. Dia tidak pergi berkerja dan kuliah. Aku sangat kahwatir selama itu, takut kalau terjadi apa-apa dengan Ellis. terutama kalau dia benar-benar mencoba bunuh diri. Tapi satu hal yang mencegahku mendobrak pintu Ellis yaitu keyakinanku. Dia sudah melalui banyak hal yang lebih pahit dari pada ini dan aku yakin dia bisa bertahan dan melalui yang satu ini. Walaupun dia sering berkata ingin mati, itu karena dia marah, kecewa dan lelah dengan hidup yang tidak adil ini.
"Ellis, bangun. Ini aku Enzo" aku mengguncang bahunya dengan hati-hati. Dia berjuang membuka kelopak matanya yang terlihat berat.
"Halo, Mr. Machiavelli" matanya setengah terbuka saat menatapku tapi senyumnya sangat lebar hingga memperlihatkan giginya yang berbaris rapi.
"Akan ku antar kau pulang"
"Pulang? Aku tak mau pulang. Aku sudah tidak punya rumah" dia menangis.
Betapa dia sangat menggemaskan saat mabuk, sedetik dia tersenyum sedetik kemudian dia menangis.
"Kalau begitu kita akan pulang kerumahku, ayo biar ku bantu" aku meraih lengannya untuk membantu dia berdiri. Tapi Ellis malah memukul tanganku.
"Biarkan aku bangun sendiri, aku bisa melakukannya. Kamu pikir aku tidak bisa berdiri!!" dia memarahiku dengan air mata yang masih menggenang dipelupuk matanya, tapi caranya berbicara sangat lucu hingga membuatku tertawa. Ellis manis sekali.
Dia berhasil bangkit dari kursinya "lihat! Aku bisa berdiri"
Tapi sayang kakinya hanya mampu menopang tubuhnya dalam hitungan detik, alhasil tubuh Ellis perlahan jatuh ke kiri.
"Wouw...." aku sontak menangkap tubuhnya sebelum menghantam lantai.
"Biarkan aku membantumu bayi besar"
Ellis tidak mendebatku saat aku merangkul tubuhhya, tenyata dia tertidur. Bagus sekali. Sekarang Aku harus menggendongnya ke mobilku.
....
Ellis seperti janin, meringkuk di atas ranjangku. Dia terus memberontak ingin turun kalau aku membawanya pulang kerumahnya. Dia menangis, berteriak dan mengatakan berbagai hal tentang hidupnya yang menyedihkan. Aku tidak menyangka Ellis bisa selucu itu saat mabuk. Meskipun aku suka melihat tingkahnya saat mabuk Tapi aku tidak akan pernah membayar satu senpun untuk mimuman Ellis. Karena dia peminum yang payah.
Dia muntah dia atas jok mobilku dua kali. Dan di lorong apartemen satu kali. Bajunya dipenuhi muntahan dan itu sangat bau. Aku terpaksa harus melepaskan pakaiannya dan memakaikan dia kaosku. Sejak kapan kaosku terlihat sangat seksi saat dipakai? Atau karena Ellis yang memakainya.
Ellis terlihat damai dalam tidurnya, tidak ada amarah, kecewa dan kehancuran. Dia terlihat seperti seorang bayi yang meringkuk dalam kedamaian di atas ranjangku.
Sangat sulit untukku hanya menatap Ellis, di atas ranjangku dengan pakaianku. Tapi aku senang bisa melihatnya lagi dan bisa mengagumi kecantikannya.
...
Matahari menyilaukan pandanganku. Pukul berapa sekarang? Aku tidak ingat pernah tidur selelap ini.
Betapa indahnya pemandangan yang menyambut indera penglihatanku. Ellis terlelap di sampingku.
Sejak kapan aku tidur dengan seorang wanita? "Hanya" tidur. Diranjangku, sepanjang malam.
Terlalu banyak hal-hal baru yang ku alami dengan Ellis. Dan itu membuatku terkejut karena aku tidak menyangka bisa melakukannya.
Butuh beberapa menit untukku beranjak dari ranjang, aku bahkan tidak bisa mengalihkan pandanganku dari Ellis. Dia seperti malaikat yang jatuh di atas ranjangku.
Aku mandi dan berganti pakaian, kemudian menelpon asistenku Tyrell untuk membelikan Ellis obat penghilang sakit kepala dan makanan.
Ellis duduk di kepala ranjang saat aku masuk kekamar, tatapannya menjelajah ruangan kamarku yang asing. Aku berdiri dan bersandar di pintu, tatapan kami bertemu dan dia terlihat kaget.