The Naked Face

Riri
Chapter #5

Chapter 5. Hello Strangers

We sometimes encounter People, even perfect strangers, who begin to interest us at first sight, somehow, suddenly, all at once. Before word has been spoken.

-Unknown-

...

Ellisa Grace

...

Belum lagi kering keringatku karena berlari menyelamatkan hidup, kini keringat itu kembali keluar di keningku. Seolah aku baru saja terbangun dari mimpi buruk.

Tubuhku seketika lemas setelah mengatahui alasan di balik kejadian malam ini. Alasan kenapa pria itu mencoba membunuhku. Karena aku adalah saksi tunggal dari sebuah pembunuhan.

Tapi kali ini tidak ada air mata yang keluar, aku tidak akan menjadi Elis yang lemah. Karena aku tidak bersalah.

'Tapi, bagaimana sekarang?'

' apa yang harus kulakukan kalau Boss mereka muncul?. Aku tidak bisa bersembunyi selamanya. Tapi aku tidak bisa keluar, a-aku takut!'

Aku menatap nanar kearah lukisan Bunga Daisy di dinding.

"Bagaimana kalau dia datang membawa pisau? Atau...atau menembakku seperti yang di lakukannya kepada pria tua yang malang itu?" Ujarku. Merasa gelisah dan ketakutan.

Di satu sisi aku takut kalau aku keluar orang itu akan datang dan menghabisiku. Tapi di sisi lain, aku harus belajar dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku.

'Tetap waspada, dan selalu berada di keramaian'

'Ya!, itu yang harus kulakuan maka aku Akan baik-baik saja'

Aku melafalkan kalimat itu seperti mantra didalam hatiku.

Masalahnya, aku tidak tahu sampai kapan aku bisa terus seperti itu, aku selamanya akan di hantui rasa ketakuan terhadap orang-orang di sekitarku, dan berpikiran buruk terhadap siapa saja, dan itu tidak baik. Tapi untuk saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tidak punya pilihan lain.

Sudah hampir pukul 12 malam setelah aku selesai membersihkan diri dan mengobati luka di leherku.

Untungnya saat ini adalah bulan maret, artinya masih di penghujung musim dingin. Alu masih bisa mengenakan syal untu menutupi perban dileherku. Dan mungkin sudah akan sembuh di musim semi, walaupun mungkin akan meninggalkan bekas luka nantinya.

_________

Suara Alarm di ponsel yang terletak di atas nakas samping tempat tidur membangunkan aku. Rasanya aku baru saja terlelap dan sekarang sudah harus pergi bekerja.

Aku menyetel Alarm dua jam lebih awal yaitu pukul 5 pagi. Begitu banyak pekerjaan yang harus aku lakukan, mulai dari memasak, beres-beres rumah, memandikan nenek. Dan sedikit waktu untukku bersiap-siap dan bernapas dengan lega.

Jalanan di tutupi dengan salju tipis seperti taburan gula halus diatas roti panggang. Karena musim dingin segera berakhir saljunya tidaklah begitu tebal. Tapi hawa dingin masih menggigit kulit.

orang-orang berjalan dengan baju hangat mereka. Sambil menunduk dan merapatkan anggota tubuh untuk menahan hawa panas.

Aku berjalan menuju Coffee shop tempat aku bekerja. Sambil sesekali menoleh kebelakang, dan memincingkan mataku kesetiap sudut bangunan Cafe, dan toko-toko sepanjang jalan.

Lihat selengkapnya