MERAIH KUNCI.
BANDUNG, 29 0KTOBER 2052
Subuh menyingsing keheningan malam, gelap perlahan terusik dengan terangnya ufuk timur, seorang pemuda berdiri tegak menghadap barat menuju kiblat yang selalu dicinta, menghadap Sang Pencipta kehidupan, mengais pamrih untuk semua kekurangannya, unggul diantara millenial yang tak pernah bersimpuh lutut pada Yang Maha Kuasa, setelah shalat subuh ia pergi mengambil Al-Qur’an berterjemah perkata mendalami setiap alinea arti lalu mempelajarinya secara otodidak mulai dari waktu yang penuh berkah.
“Aku bukanlah seorang yang melek walang, aku hafal Al-Qur’an, namun kurang mempelajari indahnya, mulai dari segi bahasa sampai inti sari dari ayat itu sendiri, jangan menyia-nyiakan apa yang kau mampu.” Hati menitip siratan surat untuknya.
“A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim...
Bismillaahir rahmanir rahiim....
Alhmdulillahi rabbil ‘alamiin...
Arrahmaanirrahiim..
Maaliki yaumi ddiin...
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin...
Ihdinash shiraathal mustaqiim...
Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil magdhuu bi’alaihim wa ladh dhaalliin...
Aamiin...” setiap kata nan ayat diselami hingga menemukan mutiara teramat indah bagi hidupnya, merutinitaskan hari-hari mulai dari akhir masa kelulusan,dan akhirnya...
“Kaifa haluka?”
“Alhamdulillah, innii bikhoirin.”
Alhmdulillah
Tak diduga, kemampuan berbahasa arab terasah dengan sendirinya, mulai dari menelaah Al-Qur’an, percakapan sederhana dan beberapa kosa kata mudah ia kuasai untuk memetik tujuan, menyusul Abdul Munir, Sang Legenda.
“Umi, Ahmad ingin masuk pesantren.” Dengan mulut penuh ia bicara.
“Mau mondok? Memangnya Ahmad mau apa disana?” Karim bertanya penuh lembut.
“Ahmad masih ngerasa kurang dibagian pendidikan jua bahasa, lagian, beasiswa yang numpuk itu mau buat apa? Kan sayang kalau nggak kepake?”
“Jangan sombong nak! Bersykur, Alhamdulillah, memang mau mondok dimana?” sahut rahma yang membaur dalam kebersamaan.
“Ke Manarul Basyir, cabangnya Darussalam, yang telah mengalirkan alumninya keseluruh penjuru dunia, dan jadi orang besar, karena fasilitasnya menyediakan beasiswa kerja sama antar Universitas Internasional teruntuk siswa akhir, contohnya Abdul Munir yang beruniversitas di Al-Azhar.” Membara pekat dimatanya sekepal api semangat.