The Only Woman

Tjong Mi Mi
Chapter #1

#1 Keanehan Bos Besar

ALEX POF

Sebetulnya sebuah kebanggaan bagi gue bisa kerja diperusahaan terbesar di negeri ini. Salah satu perusahaan terbesar nomor 3 di Indonesia. Yup, BS Corporation. Perusahaan terkenal dan memiliki banyak bisnis diberbagai sektor. Siapa pendirinya?, Brandon, beliau adalah CEO sekaligus Founder , tokoh yang sangat berbakat dan hebat dibidang bisnis. Dia sudah berkali-kali menjadi cover majalah bisnis terkemuka, baik Nasional maupun Internasional karena diluar negeri pun dia juga mengembangkan bisnisnya.

Semua orang tau dia sosok yang sempurna, baik hati, cerdas, dan rupawan. Ya semua tahu itu, tapi ada satu karakter anehnya yang hanya kita bawahannya yang tahu. Disini kami berusaha menutupi karakter anehnya yang sangat Membenci Perempuan. Oke stop dulu bercerita, gue harus konsentrasi jadi notulis mencatat hasil meeting.

“Analisisnya sudah dilakukan dengan betul? Angka ini didapat dari mana? Dan apa kalian yakin ide ini akan berhasil? Apakah sesuai dengan pangsa pasarnya? Saya gak mau sampai gagal gara-gara ketidakbecusan kalian bikin proposal seperti ini” Pertanyaan beruntun itu keluar dari bibir pria berjas hitam legam yang duduk persis di depan gue, tangannya memegang pulpen mewahnya sambil mengetuk-ngetuk ke meja, kebiasaannya kalau sedang menunggu, siapa lagi kalau bukan Brandon.

Kita duduk disatu meja panjang berbentuk boardstyle dengan jajaran direksi lainnya dari masing-masing sektor bisnis yang dibawahinya. Apalah daya aku yang hanya notulen ini bila dibandingkan dengan mereka. Tapi gue kadang kasian deh liat muka-muka mereka, direksi-direksi malang (gue bilang malang karena punya bos unik kayak Brandon) yang kebanyakan sudah paruh baya ini tidak tahu lagi harus menjawab apa, mereka sudah melakukan riset dan bikin proposal yang tebalnya kayak skripsi, memutar otak mereka sampai lembur-lembur tiap hari tapi tetap tidak membuat Brandon puas.

Paling-paling nanti selesai meeting para direksi-direksi ini akan berjulid ‘gue ga habis pikir deh sama si Bos, kenapa sektor kosmetik dan peralatan kecantikan harus tanya ke kita, kenapa dia gak cari orang lagi yang lebih ngerti soal ini, cewek kek sekali-kali’ , ‘iya mau sampe kapan gitu terus, alergi cewek, penyakit jiwa paling aneh yang gue denger’.

Direksi paling muda, meski masih lebih tua dari gue dan Brandon sih, Bapak Andri namanya di Sektor Retail, tiba-tiba bersuara “Pak Brandon, proposal itu adalah hasil dari pemikiran kita bersepuluh disini. Kami tentu sudah melakukan riset sebelum menyimpulkan. Dan saya yakin apabila ini dijalankan dan disertai dengan management yang baik maka akan berhasil. Tapi saya sarankan satu hal pak, kita perlu orang yang ahli dibidang ini, karena kosmetik dan peralatan kecantikan ini wani . . .” perkataannya terhenti ketika Pak Direksi sektor Bisnis Pariwisata dan Rekreasi yang duduk disampingnya, Pak Gunawan menyikutnya.

Pak Andri tergagap sejenak, sulit menerka-nerka dia sengaja atau memang lupa soal karakter bosnya yang bahkan anti banget mendengar kata ‘wanita’, ‘cewek’ atau ‘perempuan’ bahkan ‘mbak’, ‘nona’, ‘neng’ dan ‘ibu’, kata-kata terlarang untuk disebut kalau sedang didekat bos. Pak Andri menarik napas dan menghembuskannya, raut wajahnya seperti pasrah akan mati besok, perasaan gue tiba-tiba langsung ikutan gak enak banget.

Benar saja, dia menyebutkan kata-kata terlarang itu “maaf, tapi harus saya katakan pak, meski bapak mungkin akan sangat tidak suka, tapi kita butuh wanita pak, mereka tentunya lebih mengerti dan lebih paham untuk sektor ini, inikan untuk kebaikan perusahaan juga”. Aku melirik dari Pak Andri lalu ke Pak Brandon. Mampus deh dia bakal jungkir balikin meja atau lempar pulpen nembus bola mata si Pak Andri, atau pemecatan spontan. Yang mana kali ini yang akan dia lakukan?

Dia memejamkan matanya dan berdeham, rahangnya mengeras, gue tau betul dia kesel banget nih. Hawa-hawanya panas banget, gue yang duduk disebelahnya ngeri-ngeri sedap. Dia memandang Pak Andri dengan tajam “Ini perusahaan gue, kalo menurut gue gak butuh, ya gak bu . . . tuh. Lo nggak guna banget Dri, itu bukan saran dan bukan solusi” ucapnya pelan namun mengerikan.

Suasana ruang meeting menjadi mencekam gini. “Gue kira kalian bisa!! Gue percaya kalian mampu handle ini!! Tapi gue kecewa sekarang, menurut kalian harus sampah itu yang melakukan hal ini!” (‘Sampah’ sebutan untuk wanita versinya dia, maaf ya yang wanita jangan tersinggung, ini orang memang aneh.) Suara si boss meninggi. Nahh kan semua jadi kena sekarang, gue spontan langsung nunduk, gue gak ikut-ikutan ya bos, di notulis juga gak gue tulis kok.

“Keluar lo smua, gak becusss!!!!” selesai berteriak, kaki kanan atletis Brandon yang sudah terlatih bela diri menendang meja hingga terdorong hampir 2 meter jauhnya. Gue yakin itu meja sebelum terlempar jauh, kaki meja sudah lebih dulu ngebentur kaki-kaki orang malang ini termasuk gue. Sekarang dengkul kanan gue cenut-cenut alamat bakal biru nanti malam.

Belum move on dari sakit dengkul, sebuah proposal setebal skripsi itu melayang ke muka Pak Andri, “Gue gak mau liat muka lo lagi! Out!” teriaknya dengan urat-urat yang bermunculan dilehernya sangking marahnya. Untung proposal itu segera ditangkap oleh Pak Andri sebelum mendarat keras diwajahnya.

Direksi-direksi membereskan dokumen mereka yang berantakan di lantai lalu meminta maaf sambil menunduk dan berbondong-bondong keluar. Tinggal lah si Pak Andri yang masih berdiri di tengah-tengah ruangan, wajahnya pucat pasi. “Pak Brandon . . . Maafkan sa . . .” belum selesai dia minta maaf, sudah diteruskan oleh Brandon “maafin lo? Elo bukan anak kemarin sore Dri, elo harusnya mikir, selama ini gue bisa jalan dan bahkan sukses tanpa bantuan sampah-sampah itu.”

Lihat selengkapnya