Siang hari itu sangat cerah, matahari bersinar tanpa dihalangi sedikit pun awan. Sinar matahari menyinari lapangan luas beserta gedung bercat warna kuning kepucat-pucatan. Didepan gedung itu terdapat papan nama cukup besar bertuliskan Taman Kanak-kanak Harapan Abadi. Sekolah anak TK yang cukup bergengsi pada jamannya. Tempat dimana anak-anak dari keluarga orang kaya, anak artis terkenal, anak pejabat dan konglomerat bersekolah disini.
Jam menunjukan tepat di 12, dan lonceng sekolah berdenting dengan nyaringnya. Pintu-pintu yg berjejer dikoridor masing-masing kelas satu per satu terbuka dengan anak-anak kecil yang berhamburan keluar kelas sambil membawa tas ransel masing-masing dengan wajah yang ceria seolah-olah sudah lama menantikan jam pulang. Beberapa orang tua sudah siap sedia sejak kurang dari beberapa menit yang lalu juga terlihat tidak sabar menyambut buah hati mereka di depan gerbang sekolah.
Di koridor kelas lantai 2 sudah cukup sepi setelah sebagian besar anak-anak sudah turun menuju ke gerbang. Seorang anak laki-laki kecil keluar dari salah satu pintu kelas, diikuti oleh seorang wanita muda yang tak lain adalah gurunya.
Anak kecil yang menggunakan name tag bertuliskan nama Brian itu tersenyum dan dengan sabar menunggu ibu gurunya menutup pintu kelas yang sebelumnya mengecek apakah ada barang yang tertinggal di dalam kelas. Ibu guru muda itu menunduk dan tersenyum pada Brain sambil menjulurkan tangan hendak meraih tangan kecil Brian. "Ayo Brian, kita kebawah. Hari ini mamamu sedikit telat menjemputmu, kita main bola lagi yuk." ajaknya dengan sangat-sangat manis, membuat senyum kecil Brian mengembang.
Setelah dekat tangga untuk turun, langkah kaki Ibu Guru itu terhenti tiba-tiba setelah teringat pintu ruang kelas sebelah belum terkunci, "Brian Manis tunggu dulu disini ya, Ms Cya mau kunci pintu kelas sebelah dulu ya, Ms Cya lupa", Guru yang biasa dipanggil Miss Cya itu balik lagi kearah menuju kelas sebelah dan melepas genggaman tangannya dari Brain. Brian menoleh dan tetap menunggu dengan sabar dari kejauhan.
Lalu sepasang tangan kecil memeluknya dari belakang Brian, erat sekali sampai hampir mencekiknya. Brian meronta-ronta karena kaget dan berbalik badan melihat siapa yang memeluknya. Seorang gadis kecil seusianya tersenyum manis dan melepaskan pelukannya dari Brian. "amu byom pulang? ayo pulang".
Melihat gadis kecil dengan name tag Felice itu, Brian hanya menggeleng dengan ekspresi datar dan mundur perlahan. Felice terlihat gemas dan maju mendekati Brian yang sudah mundur. Felice memang sudah sering mengganggunya dan tertarik padanya, namanya juga anak kecil yang polos dan berperilaku apa adanya. Kini Felice semakin gemas dan mendekati hendak memeluk dan mencium Brian. Brian sontak geli dan meronta-ronta tidak ingin disentuh.