the ORDO

Anakbarunulis
Chapter #1

Bendera 12 Kesatria Suci Agung Berkibar

Jadwiga kala itu tenggelam dalam danau darah ribuan musuh Tuhan sedang menatap rembulan. Bersama sebelas kesatria, Elmond, Uthred, Haaraldson, Louis, Duriham, Bruce, Desmond, Helpharos, Joan, Marcus, dan Andalus. Dikawal dengan mayat para musuh yang perlahan tenggelam dalam darah, tatapannya perlahan termakan kehampaan, namun masih terasa aura kesetiaan dan keteguhan yang terus diuji hingga pada 30 siklus bulan purnama, Hingga Tuhan menampakkan diri-Nya. Dengan bulan sebagai pelayan-Nya, cahaya terang menembus danau, menembus zirah, menembus jasad dua belas kesatria pelayan sejati Yang Maha Kuasa.

"Dan dari darah ribuan musuh-Ku, dua belas kesatria menunggu datangnya keputusan yang menentukan jalan mereka dalam menerangi dunia. Aku angkat keduabelasnya dan kuberkahi mereka. Melalui berkah-Ku Jadwiga, Elmond, Uthred, Haaraldson, Louis, Duriham, Bruce, Desmond, Helpharos, Joan, Marcus, dan Andalus kujadikan kesatria suci pertama di Babilon."

Codex Delerus Bab 3 Bagian 1



I

Bendera 12 Kesatria Suci Agung Berkibar

Tahun 1100, raja Valm ke-11 Lord Blessed Alexander dieksekusi karena menentang perintah gereja untuk menyulut peperangan atas nama kemanusiaan dan ajaran Codex Delerus. Selama tiga tahun kerajaan disibukkan dengan kudeta, pemberontakan, dan ancaman peperangan oleh kerajaan luar. Hingga tahun 1103, secara ajaib gereja agung mendapatkan anugerah dari Tuhan melalui seorang bayi yang diwahyukan untuk menjadi raja selanjutnya. Setidaknya itu yang tertulis di dalam sejarah. Tahun 1123 setelah konsolidasi kekuasaan raja Valm ke-12 yaitu Lord Blessed Frederick, Pendeta Agung Cruchih Drethmond atau Drethmond III menegaskan bahwa saatnya tiba bagi para manusia untuk keluar dari fase bertahan dan mulai bergerak menyebarkan ajaran Codex Delerus ke seluruh dunia. Banyak ras paganid yang bermukim di kerajaan Valm diusir dan bermigrasi menuju kerajaan tetangga bahkan berlayar ke benua-benua seberang. Bendera-bendera bergambar 12 belas kesatira suci agung ditegakkan dan membanjiri seluruh dataran. Saat kastil pertama Kerajaan Avalas yaitu Tres Castle berhasil dikuasai, sembilan kerajaan paganid di Benua Babilon secara sigap membentuk koalisi untuk membendung serangan kerajaan Valm pada perang suci yang mereka deklarasikan. Raja Avalas Sermus II, Raja Capelon Schelm IV, Raja Birm Urnad II, Raja Fallur Tresemus, Ketua Suku Saka dari Koloni Lurker, dan Ketua konfederensi ras kurcaci Balamund berkumpul untuk menyetujui pakta "Babilon Fridamitzia" atau Bebaskan Babilon.

Pasukan kesatria suci berbaris melewati gerbang yang membatasi kerajaan Valm dengan pemukiman paganid, yaitu Gerbang Lofoten. Komandan utama yang merupakan pemimpin ke-15 ordo Jadwiga, Sir Blessed Aragorn membagi pasukan menjadi tiga divisi utama. Divisi pertama ditugaskan untuk menerobos tiga kastil utama Kerajaan Avalas setelah mereka berhasil menguasai Tres Castle. Divisi kedua dan ketiga berangkat menuju pelabuhan The Whale yang menjadi jantung utama Kerajaan Capelon. Walaupun kelompok pasukan kecil kerajaan Capelon yang ditugaskan untuk menjaga pelabuhan tersebut berhasil dikalahkan, tetapi mobilitas kedua gabungan pasukan Kerajaan Capelon dan Birm begitu cepat untuk kembali membebaskan The Whale. Wilayah tanpa benteng dan daerah komersial yang luas menyebabkan area vital ini sangat mudah dikuasai namun sangat sulit juga untuk mempertahankannya.

Pada awalnya kombinasi pasukan kavaleri Bogr milik kerajaan Birm dan infanteri tombak enam lengan kerajaan Capelon memberikan tekanan yang signifikan pada garis pertahanan pasukan tombak pike kesatria Valm. Namun kerajaan Valm memiliki keunggulan dalam pertahanan melalui peralatan perang yang lebih superior. The Horde, ketapel balok raksasa dengan kemampuan menembakkan seribu anak panah dalam sekali tembak berhasil mengacaukan formasi kavaleri badak kerajaan Birm hingga para Bogr yang merupakan tunggangan pasukan Kerajaan Birm saling menabrakkan taringnya karena panik serta membabi buta menerjang infanteri tombak kerajaan Capelon. Saat formasi pasukan gabungan tersebut terpecah belah, formasi tombak pike Valm saling membuka celah untuk kavaleri kesatria suci membersihkan medan perang.

"Tidak biasanya Kerajaan Birm hanya mengandalkan pasukan kavaleri saja untuk menembus pertahanan pasukan, terutama menembus barisan tombak pike." Ujar seorang kapten di dalam formasi pertahanan. Seorang veteran perang dengan zirah berwarna putih disertai emblem ordo kesatria suci Louis, emblem dengan gambar seorang kesatria yang menunggangi pegasus dan menghunuskan pedang ke langit. Tentara memanggilnya the Old Man, dalam kalangan kesatria suci ia dikenal sebagai Verdend, Sang Kebijakan Louis. Mengikuti insting yang ia rasakan, Kapten Verdend segera menulis sebuah surat dan mengutus seorang kurir untuk segera memacu kudanya.

"Untuk sementara waktu pikiranku akan sedikit sibuk dengan spekulasi" gumamnya.

"Kita akan membentuk fotmasi bertahan untuk setidaknya dua hari, Kuatkan kuda-kuda dan lengan kalian para pemuda Valm !" lanjutnya dengan berteriak kepada seluruh pemimpin divisi pasukan.

Kuantitas pasukan gabungan dua kerajaan tersebut terus menerjang formasi bertahan para kesatria suci Valm dua hari berturut-turut. Namun kualitas pasukan dan teknologi peralatan perang milik Valm perlahan memukul mundur serangan mereka sedikit demi sedikit. Selangkah demi selangkah barisan pertahanan maju ke depan diiringi kavaleri kesatria Valm yang terus menekan sisi kiri dan kanan barisan musuh. Disaat barisan pertahanan kesatria suci Valm berhasil mendapatkan keunggulan, tiba-tiba saja kavaleri Kerajaan Birm mundur dan barisan pasukan tombak enam Capelon merubah formasi barisan dua sisi sehingga membentuk sebuah jalur. Barisan pasukan Valm dikejutkan dengan suara - suara drum yang dipukul kencang, terompet-terompet yang ditiup sekuat tenaga namun berirama, dan sorak-sorakan prajurit yang seakan menyambut sesuatu. Tak lama ketika irama itu berbunyi, dari ujung barisan pasukan Birm dan Capelon tampak sosok yang sangat besar. Semakin dekat sosok tersebut semakin jelas. Entitas legenda buku muncul ke permukaan.

"Raksasa yang tertidur. Konon ia adalah penghuni pertama sebelum para iblis. Aku pernah membaca terkait sosok tersebut di perpustakaan milik Conclave of Babilon. Satu tangan memegang jamur raksasa dan satu tangan lainnya kecil seukuran manusia namun memegang sebuah tongkat sihir kuno. Seluruh tubuhnya penuh luka dan ditumbuhi jamur. Ternyata benar apa yang tertulis di buku, wajahnya hanya terdapat mulut yang penuh taring. Bersiap untuk mundur perlahan! Telah datang Sang Dewa Hutan, Blespher !" teriak seorang pria dari belakang barisan kesatria Valm.

"Wahai kesatria suci Bruce, ujian apakah yang sedang kau berikan padaku ?" Ujar salah satu kesatria suci yang berserah diri diikuti pasukan lainnya satu demi satu.

"Sialan ! Bahkan the Old Man ragu jika the Horde mampu memberikan serangan yang memadai." ujar kesatria yang melihat peralatan perang milik mereka yang dikomandani oleh Verdend mundur.

Merasakan kegaduhan yang terjadi di barisan tentara, Kapten Verdend memutuskan untuk keluar dari tenda utama. Terlihat ia sedang didampingi oleh tiga letnan bawahannya. Saat dua dari mereka sedang berdiskusi dengan Kapten Verdend, seorang lainnya secara cepat bersiul memanggil kudanya. Setelah menganggukan kepala untuk berpamitan dan menyiapkan peralatan perangnya, letnan tersebut segera menaiki kudanya dan berpacu menuju barisan pasukan. Disusul dengan dua letnan lainnya yang berpacu menuju lokasi dimana perlatan perang the Horde diposisikan ulang.

"Dua hari menahan serangan yang mengerikan, akhirnya kita berhasil menarik kartu AS mereka walaupun sangat mengejutkan bahwa kartu tersebut adalah entitas kuno yang sudah dianggap dewa. Setelah peralatan perang berhasil dipindahkan dan Sang Phoenix kesayangan Joan memasuki medan perang, permainan papan the Whale akan kumenangkan." gumam Kapten Verdend menatap sebuah peta taktik di mejanya.

Melihat gerakan mundur perlahan para pasukan Valm, kavaleri badak Birm yang berada pada garis belakang pertahanan The Whale membentuk ulang formasi. Melalui raungan keras dari Blespher yang seakan-akan memberikan motivasi kepada pasukan Birm dan Capellon, tercipta formasi yang membentuk anak panah raksasa. Posisi Blespher yang berada di ujung anak panah memberikan keuntungan signifikan bagi para kavaleri badak untuk menerjang barisan pasukan pike Valm yang tengah perlahan mundur. Kombinasi kavaleri berat dan ringan milik para kesatria suci pun berusaha meghambat formasi anak panah musuh selama prajurit pike mundur bertahap dengan formasi bertahan. Namun prajurit tombak lengan enam Capellon berhasil lolos dari jangkauan kavaleri Valm sehingga dengan cepat menyerang pasukan pike yang mundur perlahan.

Hanya membutuhkan beberapa detik bagi Sang Dewa Hutan untuk menghempaskan puluhan kesatria suci kerajaan. Beberapa kavaleri berusaha untuk menerjang kaki makhluk tersebut namun berakhir hancut terinjak, diterjang oleh cula besar Bogr, dan tertabrak antara satu sama lain karena panik. Benar - benar kualitas tinggi dari sebuah pasukan. Satu-satunya yang mencegah formasi berantakan dikala formasi Blespher menyerang secara bertubi-tubi adalah para kavaleri Valm yang terus melakukan perlawanan dengan menghalau kavaleri badak Birm dan terus mencari titik lemah Blespher. Ribuan langkah yang perlahan membentuk debu tebal pada medan perang. Ditengah asap-asap debu pertempuran, terdapat teriakan instruksi untuk membuka celah pada formasi pasukan yang berasal dari belakang batisan. "Buka jalan !" "Buka jalan !" ujar mereka.

Lihat selengkapnya